[Author P.O.V]
Sebelumnya, ketika Sabila dan Hani tak bisa pulang karena jalan diblokir oleh kecelakaan-kecelakaan beruntun di depan sekolah mereka, Sabila tak bisa melihat apapun dikarenakan pandangannya kabur selama ini. Hani pun merasa sangat sedih ketika mendengar Sabila ini kondisinya mirip seperti orang-orang yang buta pada umumnya. Penyakit mata yang diderita Sabila sudah cukup menyiksa. Setelah itulah, gadis itu langsung pingsan di dekat Hani. Hingga akhirnya, dia pun dibawa ke tempat kerja ibunya Hani dengan menggunakan mobil. Bagaimanakah kondisi Sabila saat ini? Apakah ada keajaiban yang akan didapatkan untuk saat-saat nanti?
***
Keesokan harinya, tiba-tiba Hani terbangun di samping Sabila. Dia pun sebelumnya tertidur dengan posisi kepalanya yang ditelungkupkan ke sisi ruang yang longgar dari ranjang tempat Sabila berbaring lemah di situ.
Beberapa saat kemudian, Sabila terbangun dengan kedua matanya sedikit berkelap-kelip, menyesuaikan secercah cahaya-cahaya yang masuk ke arah kedua matanya yang sakit sebelumnya. Hani yang melihatnya itupun merasa terkejut ketika melihat perubahan kondisi temannya. Gadis itu segera berseru, “Sab, kau sudah sadar? Sab! Sab!” Namun sayangnya, seruan dari Hani tak begitu didengar oleh Sabila dengan jelasnya, hanya terdengar samar-samar, dikarenakan dia fokus untuk menyadarkan dirinya sendiri.
Hingga pada akhirnya, kedua mata Sabila pun terbuka. Masih sama seperti sebelum-sebelumnya, kornea matanya tak terlihat bening, namun warna merahlah yang mendominasi kornea kedua matanya, alias sakit mata masih dialami dan belum sembuh hingga sekarang. Hani yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, namun dia lega karena teman barunya itu sudah sadar seperti sedia kala.
“Alhamdulillah, kau sudah sadar, Sab. Apa kabarmu hari ini?” tanya Hani itu kemudian.
Sabila yang masih terbaring lemah itupun menjawab, “Baik, Han. Dimana aku saat ini?”
“Di klinik, Sabilaku tersayang. Tepatnya, di tempat kerja ibuku,” ujar Hani lirih, seraya memanggil Sabila dengan embel-embel ‘tersayang’ untuk pertama kalinya. Sabila pun tersenyum kikuk dan berkata, “Aku ingin pulang, Han. Aku sudah begitu merepotkan dirimu dan juga ibumu.”
Hani yang mendengarnya itupun menggeleng-gelengkan kepalanya, mengisyaratkan Sabila agar tak segera pulang terlebih dahulu. Lagipula, kondisinya masih belum begitu pulih seperti sedia kala. “Sab, kumohon jangan pulang dulu. Kondisimu itu masih belum begitu baik dilihat dari pandanganku. Tunggu keputusan ibuku, barulah aku bisa mengantarmu pulang, oke?” saran Hani kemudian.
“Ta ... tapi, Han, aku sudah merepotkanmu dan ibumu disaat aku pingsan dan tak dapat berbuat apa-apa, afwan ya,” kata Sabila dengan sedikit terisak, dimana air matanya sudah mulai keluar dari mata merahnya. Hani yang mendengarnya itupun juga bersedih, apalagi ketika melihat kondisi Sabila yang belum begitu baik itu.
Sabila itu juga berusaha untuk bangkit dari posisi baring menuju posisi duduknya. Setelah punggungnya menyandar ke dinding, Hani pun segera bangkit dan memeluk Sabila, dan itu cukup membuat temannya merasa sedikit syok ketika tiba-tiba dipeluk oleh Hani. Namun, yang dilakukan Sabila selanjutnya adalah membalas pelukan tersebut dengan yang lebih hangat dari sebelumnya.
Dalam suasana berpelukan itulah, Sabila bisa leluasa untuk mengutarakan segalanya pada Hani. “Han, apakah kau tahu? Aku tuh benar-benar takut ketika harus mendapati kedua mataku yang benar-benar parah. Aku tak tahu apa yang mendasari semua ini, apalagi ketika kudapati bahwa semua yang kulihat itu hampir saja gelap, soalnya semuanya kabur. Makanya kuraba-raba kalian semua yang ada di sekitarku.
“Aku tahu, Hani pasti menduga bahwa aku itu buta, benar ‘kan? Seketika itulah aku langsung syok, berharap agar aku tak mengalami kebutaan gara-gara warna merah yang mendominasi kornea kedua mataku. Aku benar-benar takut, Han. Sangat takut ....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...