Bab 16 - Awal Perjuangan

42 1 0
                                    

[Author P.O.V]

Sebelumnya, Sabila dilabrak oleh seorang gadis asing yang mengaku sebagai orang yang layak untuk berteman dengan seorang Rizqi. Berarti, inti dari pembicaraan mereka adalah Sabila harus tinggalkan Rizqi untuk selamanya. Sementara itu di sisi lain, Rizqi, Radian, Syifa, dan Hani sedang membicarakan tentang keberadaan Sabila saat ini. Hanya ada dua dugaan untuk Sabila setelah Hani bercerita panjang lebar mengenai perizinan pulang ke rumah sejak semalam, antara Sabila tak masuk sekolah karena istirahat di rumah atau gadis itu terlambat masuk ke kelas.

Ketika kembali ke masa-masa Sabila dan seorang gadis asing yang mengancamnya untuk menjauhi Rizqi, gadis itu didorong oleh seorang gadis asing hingga dia jatuh ke bawah. Apakah yang terjadi selanjutnya?

***

Sabila yang tubuhnya ambruk gara-gara didorong itupun hanya bisa bersabar. Sebenarnya, gadis asing itu sudah berniat untuk menyiksa Sabila dikarenakan gadis tersebut tak menghiraukan seruan untuk menjauhi Rizqi. Namun, kali ini Sabila beruntung, karena pada saat itu juga, ada seorang guru BK yang menyuruh mereka untuk masuk ke kelas masing-masing.

“Hei, ngapain kalian masih di situ? Ayo masuk!” seru seorang guru BK sambil berteriak dan menunjuk ke arah Sabila dan gadis itu. Seketika itu pula, pertengkaran mereka pun berakhir. Sabila pun merasa lega karena pertengkaran itu tak berlanjut, sementara gadis asing tersebut malah memutuskan untuk kabur dan meninggalkan Sabila sendirian.

Wajar saja, karena hubungan antara Sabila dan gadis asing itu adalah ... mereka itu berada di kelas yang berbeda. Namun lupakan itu, karena yang dilakukan oleh Sabila sekarang adalah berusaha untuk bangkit tanpa bantuan orang lain, lalu mempercepat langkahnya menuju ke kelasnya, meski harus menaiki tangga hingga ke lantai 2.

***

Bel waktu istirahat pun telah tiba. Rencananya kali ini, Sabila akan menemui bu Fiani di kantor guru. Sebenarnya niat itu sudah ada sejak lama—maksudnya sejak gadis itu sampai di sekolah karena diantar oleh ibunya. Namun kali ini baru terwujud sekarang karena ada masalah dengan seorang gadis asing yang tak diketahui namanya. Lantas, Sabila pun bergumam dalam hati seperti berikut.

Ya Allah. Subhanallah. Siapa sih orang yang menyuruhku untuk menjauhi Rizqi? Padahal aku tak ada masalah sedikitpun dengan lelaki itu. Lagipula, aku sendiri tak begitu dekat dengannya, meskipun kini kami berada dalam satu ikatan yang disebut lima sekawan. Berat bagiku untuk meninggalkannya.

Ya Allah, semoga dia diberi hidayah agar semua orang bisa berteman dengan siapa saja asalkan dia itu baik dan dapat membawa orang tersebut ke jalan yang lurus dan diridhoi olehMu ya Allah. Semoga kejadian seperti ini tak terulang lagi, dan dijadikan pelajaran olehku dan yang lainnya. Aamiin.

Setelah berharap sesuatu yang harus diwujudkan itu di dalam hatinya, Sabila memutuskan untuk mempercepat langkah kakinya menuju kantor guru untuk menemui bu Fiani, guru Agama Islamnya di sekolah.

***

Sesampainya di kantor guru, Sabila langsung memasukinya dan menghampiri meja bu Fiani, karena dia sendiri mengingat letak mejanya guru Agama tersebut. Setelah itu, Sabila pun lantas memulainya dengan ucapan salam. “Assalamu’alaikum, Bu Fiani,” ujar Sabila membuka pembicaraannnya dengan guru tersebut.

Beliau pun menjawab, “Wa’alaikumussalam. Nah ini dia, saya cari kamu dari tadi, ke mana saja? Kok jarang muncul? Ibu jadi khawatir padamu, tahu. Perlombaan kan sudah semakin dekat soalnya.”

“Afwan, Bu. Saya belakangan ini sakit mata dan sulit untuk melihat apapun,” ujarnya lirih.

“Oh tidak apa-apa. Yang penting, kamu sudah sehat ‘kan, Nak? Sehingga kita bisa latihan untuk perlombaan yang akan kamu hadapi beberapa hari lagi,” kata bu Fiani kemudian, yang hanya dibalas anggukan oleh Sabila.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang