Bab 4 - Teman dan Rahasia Baru

105 5 1
                                    

[Author P.O.V]

"Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya."

(HR ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 486 dan 487) dan ar-Ruyani dalam “al-Musnad” (2/227))


***

Bel istirahat telah berbunyi. Siswa-siswi SMP yang sudah belajar di kelasnya masing-masing langsung berhamburan keluar kelas untuk melakukan berbagai hal di sekolah. Ada yang membeli makanan dan minuman di kantin, ada yang hanya jalan-jalan mengelilingi sekolah, ada juga yang bersantai di taman sekolah, dan ada pula yang memutuskan diri untuk pergi ke perpustakaan.

Seperti yang dilakukan oleh Sabila. Saking penasarannya sama buku-buku yang tersedia di sekolah, gadis itu memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah. Kali ini dia pergi sendirian, tanpa mengajak Hani maupun Syifa, karena mereka berdua pergi ke kantin untuk sarapan, dikarenakan mereka belum makan sejak tadi pagi.

***

Sesampainya di depan perpustakaan sekolah, Sabila terdiam untuk sementara. Setelah larut dalam lamunannya, gadis itu memutuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan itu dengan melepas sepatunya.

Di dalam perpustakaan sekolah, Sabila mengamati apa yang ada di sekelilingnya dengan saksama. Apa saja yang dilihatnya? Ada beberapa tumpukan buku-buku paket pelajaran SMP, ada 4 meja bulat yang bisa digunakan untuk belajar, ada 3 komputer, ada meja peminjaman buku sekaligus sebagai tempat pustakawan sekolah bekerja, ada banyak sekali rak yang di mana buku-bukunya tersusun rapi di sana. Selain itu, ada gudang tempat penyimpanan buku-buku lama.

Sabila mengelilingi apa saja yang ada di dalamnya dengan saksama. Dalam hatinya, dia bergumam, Wow, bagus sekali ini perpustakaan. Lebih lengkap daripada perpustakaan di sekolah lamaku. Namun tiba-tiba setelah bergumam pada dirinya sendiri, gadis itu mendengar suara dari arah belakangnya.

“Assalamu’alaikum. Selamat datang di perpustakaan sekolah.”

Sabila itupun langsung menoleh ke belakangnya. Rupanya yang mengucapkan kata-kata itu barusan adalah seorang pustakawan. Dia langsung menjawab, “Wa’alaikumussalam. Iya, Bu. Makasih.”

“Mau langsung minjam buku atau gimana, Dik?” tanya pustakawan itu dengan ramahnya.

Sejujurnya, Sabila sangat suka jika bertemu dengan pustakawan yang memiliki kesan baik dan ramah. Apalagi ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di ruangan yang penuh dengan buku-buku yang Insyaa Allah bermanfaat jika dibaca.

Alhasil, gara-gara perasaannya ketika mengunjungi perpustakaan itu, Sabila pun melamun. Kemudian dia pun disadarkan oleh pustakawan itu. “Dik? Kok melamun? Ada apa?” Pertanyaan pustakawan itu berhasil menyadarkan Sabila dari lamunan yang tidak berarti. Seketika itulah dia langsung mengucap istighfar.

“Astaghfirullah!” seru Sabila kemudian. Dia lalu berkata, “Tidak apa-apa kok, Bu. Hanya sekedar kagum terhadap perpustakaan di sekolah ini, kok.” Langsung saja si pustakawan itu mengangguk perlahan. Setelah itu, pembicaraan pun berakhir. Sabila pun kembali melihat-lihat buku-buku yang disusun di beberapa rak di bagian belakang perpustakaan.

Ketika Sabila masih berkeliling di dalam perpustakaan dan berhasil mengambil satu buku yang dia inginkan, tiba-tiba tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seorang lelaki. Alhasil, sebuah buku setebal 300 halaman yang tadi diambil oleh Sabila terjatuh ke bawah. Begitu pula dirinya dan diri lelaki itu. Setelah terjatuh, hanya ucapan istighfar yang lagi-lagi terucap dari mulut si gadis itu.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang