Bab 5 - Kebetulan atau Keberuntungan?

97 4 2
                                    

[Author P.O.V]

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )

***

Untuk apakah bu Fiani memanggilku ke kantor guru?

Itulah satu pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab. Gadis itu mengernyitkan dahinya sambil berkata tidak karuan alias merutuki dirinya sendiri di dalam hatinya. Entah apa yang diucapkannya, tetapi beruntung, tidak didengar sama sekali oleh orang-orang di sekitar.

Ya iyalah, di sekitarnya itu semua adalah teman sebaya atau kakak kelas yang belum dikenalnya sama sekali. Maka dari itu, Sabila langsung melangkahkan kakinya menuju ke sebuah motor yang dikendarai oleh ibunya sendiri. Rupanya, masih seperti biasanya, ibunyalah yang menjemput Sabila ke sekolah.

Dengan gesitnya, Sabila langsung menaiki motor tersebut di belakang ibu itu, kemudian pulang bersama ibunya dengan satu motor yang dinaiki bersama.

***

Sementara itu, Rizqi, si lelaki yang tadinya tidak sengaja bertemu dan akhirnya berkenalan dengan Sabila di perpustakaan sekolah itu masih menunggu orang tuanya yang masih dalam perjalanan untuk menjemputnya ke sekolah.

Di saat kesendiriannya menunggu jemputan dari satu di antara kedua orang tua mereka, dia dihampiri oleh dua orang gadis yang diduga mereka adalah teman sekelasnya Rizqi. "Hei, Rizqi! Ngapain kamu di sini?" tanya Syifa.

Siapa lagi kalau bukan Syifa, yang sering menyapa orang lain terlebih dahulu? Berbeda dengan Hani yang memutuskan diri untuk lebih banyak diam di hadapan orang lain. Sudah biasa jika Hani itu adalah gadis yang pendiam dan tertutup, jadi dia lebih banyak diam dalam bersikap daripada Syifa. Selalu bertolak belakang antara Syifa dan Hani.

"I ... iya, eh, ka ... kalian berdua, Syif sama Han. Aku di sini lagi menunggu jemputan kok," jawab Rizqi dengan sedikit terbata-bata. Dari cara bicaranya barusan, Syifa pun langsung tertawa geli ketika mendengar suara tersebut.

Lelaki yang mendengar suara tawa dari Syifa itupun langsung berkata, "Kenapa kamu tertawa? Ada yang lucu?" Sepertinya, Rizqi langsung kesal ketika mendengar suara tawa, karena tidak ada yang lucu sama sekali dari pembicaraannya barusan.

Syifa itupun langsung membalas ucapan Rizqi dengan lirihnya. "Ma ... maaf, Rizqi. Aku tidak bermaksud untuk-"

"Lupakan. Lupakan atas apa yang kamu dan aku katakan barusan," ujar lelaki itu memotong pembicaraan Syifa.

Hani yang menyaksikan pembicaraan antara Syifa dan Rizqi itu hanya menggelengkan kepalanya. Dia langsung berpikir untuk pulang ke rumah dengan sepedanya daripada harus menyaksikan pembicaraan yang tidak penting dan tidak ada faedahnya.

"Eh ... Syifa. Aku harus pamit ke rumah dulu. Soalnya nanti aku ada urusan," pamit Hani lirih.

Pertengkaran kecil antara Syifa dan Rizqi itu terhenti secara tiba-tiba ketika mendengar suara lirih dan lembut dari seorang gadis yang bernama Hani. Respon mereka itu berbeda. Rizqi, seorang lelaki yang berada di antara mereka itu berkata kepada Hani, "Iya, Hani. Pulanglah, hati-hati di jalan ya."

Namun respon Syifa berbeda dengan Rizqi. Gadis itu justru menolak kata-kata pamit dari Hani."Eh Han, jangan pulang dulu dong. Pasti kamu itu jenuh ketika melihatku 'kan, sehingga kamu memutuskan untuk pulang duluan ke rumah," ujar Syifa dengan rasa dugaannya yang sangat tinggi pada Hani.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang