[Author P.O.V]
Sebelumnya Sabila telah merubah penampilannya sampai-sampai dia hampir tak dikenali oleh Rizqi. Pasalnya, dia memakai kacamata hitam dan juga masker, dengan alasan agar teman-temannya tak tertular oleh penyakit mata yang dideritanya sejak hari sebelumnya. Lalu di saat-saat selanjutnya, Syifa merasa iba akan kondisi mata teman sebangkunya, sedangkan Hani memberi usul agar Sabila mengikuti dirinya untuk pergi ke dokter. Awalnya Sabila merasa ragu dan ingin menolak usul tersebut, namun pada akhirnya, gadis itupun menyetujuinya. Maka ketika bel pulang berbunyi, mereka berdua pun menaiki sepeda Hani untuk menemui ibu kandungnya si pemilik sepeda.
Hingga pada suatu hari, mereka berdua pun berseru, “Astaghfirullah!” Hani pun segera menghentikan sepedanya dan tubuh keduanya terdorong secara tiba-tiba ke depan. Itulah yang membuat mereka berdua pun terkejut, apalagi Sabila yang sedari tadi bermasalah dengan matanya.
Tak disangka, mereka menyaksikan suatu tragedi yang sangat menyayat hati keduanya. Siapakah yang mengalaminya dan apa yang terjadi pada mereka?
***
“Han ... aku tak bisa melihat dengan jelas. Apa yang terjadi?” tanya Sabila ketika mendapati bahwa pandangannya kabur sehingga tak bisa melihat kejadian itu dengan sejelas-jelasnya. Hani pun menjawab, “Ada kecelakaan, Sab. Jalan kita terblokir di sini. Kecelakaan beruntun di depan sekolah kita.”
Sabila pun kemudian mengucap istighfar di dalam hatinya. Gadis itu merasa iba ketika mendengar ucapan Hani barusan, apalagi di saat pandangannya kabur dan dia tak dapat melihat apapun di depannya. Akhirnya, layaknya orang yang buta, Sabila mencoba untuk turun dari sepeda tersebut, dengan kedua tangannya yang meraba-raba sekitarnya.
Hani pun langsung menolehkan pandangannya ke belakang dan berujar, “Hati-hati, Sab. Nanti kamu jatuh.” Gadis itu langsung memegang tubuh Sabila, membantunya untuk turun dari sepeda Hani. Seorang gadis yang sedari tadi bermasalah dengan matanya itu mengucapkan ‘terima kasih’ pada Hani, setelah berhasil turun dari sepeda tersebut.
Namun pada akhirnya, Sabila pun langsung pingsan setelah turun dari sepeda. Untung saja, Hani berhasil menangkap tubuh Sabila. “Sab, astaghfirullah! Kenapa kamu?!” seru Hani ketika mendapati tubuh Sabila langsung ambruk dan berhasil dia tangkap. Untung saja, masih terdengar nafas yang tersengal-sengal dari Sabila, sehingga dia masih dianggap hidup dan tak jadi pingsan.
Sabila pun menjawabnya dengan terbata-bata, “Aku ... tidak apa-apa. Aku ... hanya ... kelelahan, itu saja.” Hani pun bersyukur karena temannya masih bisa sadarkan diri dengan bukti berupa ucapan yang diucapkan Sabila dan terdengar jelas oleh Hani. Gadis yang tubuhnya besar itupun berkata kepada Sabila, “Baguslah. Sekarang ikut aku atau kutelpon ambulans, biar kamu dibawa ke rumah sakit saja.”
Namun sayangnya, Sabila pun menolak dengan halus atas ujaran Hani tersebut. Dia tak mungkin membayar semua biaya perawatan rumah sakit, sedangkan gadis itu sendiri berasal dari keluarga yang kemampuan finansialnya hanya sedang-sedang saja, tak kaya maupun tak miskin. “Tak apa, Han. Jangan bawa aku ke rumah sakit. Kutak bisa membayar semuanya,” ujar Sabila lirih.
“Jangan begitu, Sab. Kau harus diperiksa ke dokter yang lebih berpengalaman, tahu,” sahut Hani itu lagi, namun lagi-lagi dibalas dengan gelengan kepala oleh sahabatnya itu. Hani tahu bahwa teman dekatnya ini sungguh keras kepala. Akhirnya, yang dilakukan oleh Hani adalah memanggil ibunya untuk menjemput dirinya dan mengantar Sabila ke tempat kerja ibunya.
Hingga pada beberapa menit kemudian, datanglah mobil yang berjalan mundur dan sampai di belakang Hani yang masih mengurusi Sabila yang hampir pingsan karena pandangannya yang terlalu kabur dan hampir semuanya gelap. Setelah berhenti, pengemudinya langsung keluar dari mobil dan menghampiri kedua gadis itu. “Kalian berdua tak apa-apa, ‘kan?” tanya pengemudi itu yang tak lain dan tak buan adalah seorang ibu kandung dari Hani itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...