[Author P.O.V]
Sebelumnya, Sabila mengalami infeksi pada kedua matanya yang menyebabkan iris mata putihnya menjadi merah. Sudah dilakukan beberapa cara untuk mengatasinya, baik dari Syifa, Rizqi, Radian, maupun Hani, dan usaha Hani-lah yang paling ampuh untuk mengatasinya, yaitu dengan cara memberikan beberapa tetes dari obat mata yang diambilnya di UKS sekolah meskipun sedikit saja untuk mengurangi resiko sakit mata yang berkepanjangan untuk Sabila.
Sebenarnya sudah cukup untuk mengatasinya, namun tiba-tiba setelah sampai di rumahnya, Sabila kembali merasakan sakit mata dan diobati untuk kedua kalinya oleh ibundanya sendiri. Tama dan ayahnya pun hanya menyaksikan apa yang dilakukan oleh ibu kandungnya untuk Sabila. Barulah setelah selesai, Sabila dan Hani saling berbicara lewat telepon dan muncullah berbagai saran yang dapat membantu Sabila untuk menghadapi semuanya.
***
Hingga pada keesokan harinya, Sabila kembali datang ke sekolah, kali ini dengan menggunakan kacamata hitamnya. Semoga saja ini dapat membantunya agar infeksi mata merah yang dia alami itu tak tertular kepada yang lainnya. Itulah yang diharapkannya saat ini. Selain itu, dia juga memakai masker untuk menutupi hidung dan mulutnya. Lengkaplah sudah perubahan tampilan wajah Sabila, entah sampai kapan dia akan memakai kedua benda tersebut.
Setelah sampai di sekolah karena diantar ayahnya, Sabila pun segera memasuki gedung sekolah. Namun, sebelum melangkahkan kakinya naik ke lantai dua di mana ruang kelasnya itu berada di sana, tiba-tiba saja dia dihampiri oleh Rizqi yang terkejut ketika melihat penampilan Sabila yang tiba-tiba berubah drastis, katanya.
"Eh, siapa kamu? Kok masuk sekolah pakai kacamata hitam dan masker begitu?" tanya Rizqi saking terkejutnya pada Sabila. Gadis itupun juga terkejut ketika bertemu dengan teman sekelasnya yang juga datang dalam waktu yang bersamaan itu.
Namun timbullah ide yang iseng bagi Sabila. Dia menginginkan Rizqi itu dapat menebak siapa dia, makanya dia berkata, "Siapa ya? Coba tebak siapa aku, Riz."
"Hmm ...." Rizqi pun berpikir sejenak. Telunjuknya pun dia gunakan untuk menekan kepalanya yang sedang berpikir keras untuk menebak siapa gadis itu. Hingga beberapa saat kemudian, Rizqi pun bisa menebak gadis itu. "Oh aku tahu! Kamu Syifa?"
Sabila pun hanya menggelengkan kepalanya.
"Hani?" Kesempatan kedua kembali Rizqi gunakan untuk menebak siapa gadis yang dimaksud. Namun lagi-lagi, Sabila pun menggelengkan kepalanya untuk kedua kalinya. "Oh ya Allah! Aku salah lagi!" seru lelaki itu, yang hanya dibalas oleh gelak tawa dari seorang gadis bermasker dan berkacamata hitam itu.
Seketika itulah, Sabila pun berniat untuk membuka maskernya dan juga kacamata hitamnya. Itulah yang membuat si Rizqi langsung terkejut ketika melihat wajah di balik kacamata hitam dan masker tersebut, bahwa ternyata itu adalah Sabila. "Sabila?! Kamukah itu?!" seru Rizqi kemudian.
Gadis itu hanya membentuk huruf V dari jari tengah dan telunjuk kanannya, sambil mengatakan, "Peace ...."
"Ya Allah, aku benar-benar sawan, Sab. Kok kamu sampai memakai masker segala. Aku hampir tidak mengenalmu, tahu! Kecuali kalau kamu hanya memakai kacamata hitam gara-gara matamu belum sembuh itu, aku masih bisa memaklumi. Coba kalau sekalian dengan masker, kamu seperti orang yang belum dikenal, tahu!" seru Rizqi itu, yang kemudian perkataannya dianggap bertele-tele oleh Sabila.
Gadis itupun berkata, "Maafkan aku, Riz, tapi aku sengaja melakukan hal ini, hehe." Sabila mengatakan demikian sambil tertawa geli, dan itulah yang membuat Rizqi merasa gemas dan ingin menjitak gadis tersebut, namun sayangnya, kendalanya adalah mereka berdua itu serasa pasangan yang bukan muhrim dan tidak boleh saling berpegangan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
EspiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...