[Author P.O.V]
Sebelumnya, bu Fiani mendatangkan bang Rahman selaku guru pembimbing yang sekiranya dapat membantu memperbaiki bacaan Al-Qur’an, sekaligus memberikan pengalaman yang tak terduga selama belajar Al-Qur’an dari dulu sampai sekarang. Tentu saja hal ini membuat Sabila dan Rizqi begitu antusias, dimulai dari hari sebelumnya—dua hari sebelum perlombaan. Maka dari itu, bu Fiani menitipkan kedua anak didiknya kepada bang Rahman, lalu pergi meninggalkan mushola sekolah dan mengajar di kelas mereka. Di saat itulah, beliau menyuruh murid-muridnya untuk membuat kelompok sendiri, dan akan diberi tugas kelompok pada saat itu juga. Lantas, Syifa, Radian, Hani, dan Abistha akan menjadi satu kelompok, dan diminta untuk mengamati kesalahan-kesalahan yang dilakukan saat membaca Al-Qur’an. Seketika itulah mereka terpikirkan untuk mengamati bacaan Sabila dan Rizqi, yang akan mengikuti perlombaan Tilawah nantinya, dan juga dari adik kecilnya Hani.
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah ada cobaan-cobaan yang merintangi Sabila dan Rizqi, tentunya, untuk mencapai kesuksesan di hari esok kelak? Inilah kelanjutan dari Sabilillah: Hijrah.
***
“Ponselmu Ayah sita!” seru salah seorang orang tua dari kamar pribadinya Sabila, siapa lagi kalau bukan ayahnya, yang berwatak keras dan protektif kepada anaknya sendiri. Gadis itu benar-benar tak habis pikir dengan keputusan dari ayah yang menurutnya benar-benar tak masuk akal.
Tak terima ketika ponselnya disita, Sabila berseru, “Tetapi, mengapa Ayah harus menyita ponselku? Apa salahku, Yah?”
“Kamu tak mau mendengarkan seruan dari Ayah. Bagaimana mungkin Ayah mau respek pada kamu? Ayah suruh bangun, kamu tak bangun-bangun juga. Makanya Ayah menyita ponselmu,” ucap orang tua tersebut.
Lantas, air mata Sabila meluncur begitu saja dari kedua matanya. Bagaimana mungkin dia bisa menerima sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, apalagi gadis tersebut tak mengetahui sebelumnya tentang resiko yang harus diambil.
Sabila kecapekan gara-gara berlatih selama beberapa jam tanpa henti bersama bang Rahman, dan ponselnya diletakkan sembarang saja di atas nakas samping tempat tidurnya. Naasnya, letak keberadaan ponsel itu diketahui secara pasti oleh ayahnya, maka dari itu beliau mengambil ponsel tersebut setelah pulang dari masjid dan mendapati bahwa Sabila masih tertidur pulas.
“Ayah ... tolong maafkan Sabila. Sabila hari ini benar-benar kecapekan ... pasalnya Sabila itu—“
“Cukup! Ayah tak mau mendengar penjelasanmu lagi. Sekarang, kamu mandi, lalu tunaikan shalat Ashar, dan lakukan pekerjaan rumah, sekarang juga! Ayah akan menyita ponselmu sampai waktu yang tak ditentukan!” seru ayahnya ketika memotong pembicaraan Sabila, alias tak ingin mendengar alasan apapun dari Sabila.
Sekarang coba pikir, yang salah itu Sabila yang shalat Asharnya terlewat gara-gara ketiduran atau ayahnya yang terlalu egois alias tak mendengarkan alasan apapun dari anak gadisnya?
Gadis itu benar-benar terluka. Dia tak tahu arah, bagaimana dia bisa bertanya kepada bu Fiani atau bahkan Rizqi, rekannya sendiri? Apalagi ketika ayahnya langsung pergi saja meninggalkan Sabila yang masih meratapi nasib yang sangat buruk dialaminya. Sekarang dia tak memiliki pegangan untuk berkomunikasi.
Namun drama tersebut tak berakhir, ketika masih terdengar teriakan dari ruang tengah. “Cepat tunaikan shalat Ashar dan lakukan pekerjaan rumah yang ada, atau ponselmu tak akan dibalikkan untuk selamanya!” Maka dari itu, Sabila menghapus air matanya dan mulai melaksanakan ‘hukuman’ yang diberikan kepadanya. Dia tetap tegar dan berharap semoga ayahnya mau mengerti kondisi saat ini.
***
Sementara itu, Rizqi telah selesai menunaikan shalat Ashar. Dari dalam kamarnya, lelaki itu berniat untuk menghubungi Sabila. Ponsel keyboardnya dihidupkan terlebih dahulu, setelah sekian lama mati gara-gara habis baterai. Karena sekarang baterainya telah penuh, ponsel tersebut sudah bisa digunakan kembali. Setelah selesai, Rizqi langsung menelepon Sabila, di mana nomornya telah disimpan sedari dulu. Ponsel tersebut langsung didekatkan ke telinganya, begitu layarnya telah beralih ke panggilan keluar dengan Sabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...