Bab 19 - Maaf, Sabila.

26 0 0
                                    

[Author P.O.V]

Sebelumnya, Sabila tak menyangka jika Rizqi berkata kasar padanya. Itulah yang membuat gadis itu sungguh takut dan tak jadi berlatih tilawah di mushola sekolahnya. Rizqi pun bersedih dan ingin memperbaiki hubungan pertemanan dengan Sabila. Namun, usahanya terhenti sejenak ketika bu Fiani menghampirinya dan bertanya mengenai Sabila. Sementara itu, di sisi lain, Sabila pergi ke rumah bu Munah yang di sana juga terdapat seorang lelaki seperti Manta. Sesi curhat di antara mereka dimulai setelah perbincangan Sabila dengan bu Munah.

Apa yang akan dilakukan Manta selanjutnya, ketika mendengar si ‘dia’ itu berlaku kasar kepada Sabila? Bagaimana dengan hubungan pertemanan dari Sabila dan Rizqi? Apakah hancur begitu saja atau kembali lagi seperti semula?

***

“Mana orang itu? Biar kuhajar dia!”

“Kamu yakin?”

Sabila tak percaya jika tiba-tiba saja Manta ingin berbuat sesuatu yang cukup membahayakan. Gadis itupun menunggu jawaban dari teman lamanya itu. Beberapa saat kemudian, Manta akhirnya menjawab, “Yakin, Sab. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakitimu sekarang.”

“Hmm,” gumam Sabila, “terserah kamu sih.”

Manta pun kembali bertanya, “Siapa orang itu? Kelas berapakah dia dan—“

“Dia Rizqi, berasal dari kelas 7-A, sama denganku. Insyaa Allah dia alim, namun kali ini dia berbeda. Aku tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi padanya, padahal dia baru saja menjadi temanku dalam 5 sekawan yang baru saja kubangun belum lama ini,” jelas Sabila itu pada akhirnya.

Manta menyimak penjelasan dari Sabila dengan saksama. Lantas, timbullah rasa keingintahuan yang cukup tinggi dari lelaki yang berambut tinggi tersebut. Bagaimana bisa Rizqi bertindak kasar pada temannya, padahal belum lama menjalani pertemanan yang cukup erat di sekolah mereka?

Ya Allah, bagaimana bisa si Rizqi bertindak seperti itu pada Sabila? gumam Manta, bertanya pada hati kecilnya mengenai sikap temannya Sabila itu.

Namun pada beberapa saat kemudian, Manta memberi usul kepada Sabila. “Sab, sepertinya Rizqi tak sengaja berbuat seperti itu padamu. Saranku, coba kamu tanyakan lagi pada Rizqi, perihal sikapnya yang tiba-tiba kasar itu. Sepertinya ada sesuatu hal yang membuat sikapnya sedikit terganggu,” usul Manta itu kemudian.

“Tunggu sebentar ....”

Sabila pun berpikir sejenak, tentang usul yang dikemukakan temannya itu. Dia sedikit ragu akan pernyataan barusan. Gadis itu berkata dalam hati kecilnya sendiri.

Riz, aku tak mengetahui banyak tentang isi hatimu. Apakah benar kamu punya masalah sehingga sifatmu tiba-tiba berubah seperti ini padaku? Apakah benar aku menjadi pelampiasan olehmu? Maafkan aku, jika dirikulah yang menjadi penyebab kesalahan itu.

Tak lama kemudian, setetes air mata keluar dari mata Sabila. Manta yang melihat sahabat di hadapannya itupun langsung berkata, “Heh, Sab, Sab. Kok kamu menangis? Sabila! Ya Allah ... ada yang salah dari kata-kataku ya? Maafkan aku, Sab ....”

Jujur, Manta cukup panik ketika melihat Sabila dalam kondisi yang seperti itu, barusan.

***

Sementara itu, Radian, Syifa, dan Hani bercengkrama di kantin Bu Jeje.

“Hei, ngomong-ngomong, di mana Sabila dan Rizqi? Tumben-tumbennya Rizqi ikut-ikutan jejak Sabila ... main menghilang begitu saja!” seru Radian kepada kedua gadis yang tempat duduknya saling berdekatan satu sama lain.

Syifa dan Hani saling memandang satu sama lain terlebih dahulu, lalu kembali menghadap ke arah Radian dengan menaikkan kedua bahunya, pertanda tak tahu apa-apa mengenai keberadaan kedua orang tersebut.

Sabilillah: HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang