[Author P.O.V]
Sebelumnya, Rizqi memutuskan untuk menyendiri terlebih dahulu, memikirkan nasib pertemanannya dengan Sya maupun Sabila. Pasalnya, kedua gadis itu memiliki sifat yang bertolak belakang. Sedangkan Sabila merasa sedih karena lagi-lagi Rizqi bertindak kasar pada dirinya, tetapi gadis itu berharap bahwa sifat Rizqi pasti akan kembali ke normal. Namun, ketika waktu istirahat telah berakhir dan waktu latihan kembali berlanjut, sifatnya masih sama. Apalagi hingga esok hari. Gadis itu juga merasa lega ketika dihampiri oleh Syifa, Hani, dan Radian. Hingga masuk ke aula untuk menghadiri acara pembukaan, ternyata sifat Rizqi masih sama, dingin kepada Sabila. Itulah inti dari sifat Rizqi yang mendadak berubah 180 derajat.
Apakah sifat Rizqi akan berubah seperti sedia kala? Kapankah semua ini akan berakhir?
***
“Jujur, Riz. Kamu marah sama aku?” tanya Sabila pada Rizqi, dengan nada bicara yang semakin dinaikkan, dan sukses membuat ketiga teman lainnya merasa kebingungan. Apalagi si Hani, yang merasakan kejanggalan ketika melihat mereka berdua berantem.
“Ehm ... Sab, Riz?” Hani mencoba untuk mencairkan suasananya, namun apa daya, volum suaranya tak cukup untuk mencairkan suasana di antara kedua temannya. Sabila berharap akan penjelasan dari Rizqi, sedangkan lelaki itu tak mau bicara sama sekali. Mungkin saja niat dari Rizqi adalah agar hati Sabila tak tersakiti, namun tetap saja ....
Diam-mendiamkan itu tak baik di dalam Islam. Dalam suatu hadis Nabi, seseorang hanya boleh mendiamkan saudaranya itu dengan batas maksimal 3 hari. Setelah 3 hari, maka mereka akan terkena dosa. Begitu inti dari hadis tersebut. Namun sayangnya, baru dua hari saja, sikap dingin Rizqi semakin menjadi-jadi.
“Riz, Sabila bertanya padamu tuh, ayo jawab!” seru Radian dari ujung sana.
Sabila yang mendengar seruan dari ujung bangku itupun langsung memberi isyarat kepada Radian untuk diam. “Diamlah, Rad. Nanti suasana semakin memanas lagi,” sahut Sabila itu lagi. “Aku kan hanya membantu mencairkan suasana di antara kalian, tahu,” balas Radian.
“Sebenarnya kalian berdua itu ada masalah apa, sih? Kok kalian menjadi seperti itu?” tanya Syifa yang di mana dirinya sangat syok ketika melihat perubahan sikap di antara Rizqi dan Sabila. Gadis itu tak dapat berkata apa-apa lagi, melainkan menunggu jawaban dari lelaki di sebelahnya. Ditatapnya Rizqi terus-menerus, kali ini dia melanggar perintah dari Allah tentang menundukkan pandangan.
Tetapi ini dilakukannya karena Sabila ingin Rizqi berbicara—maksudnya menceritakan apa yang terjadi padanya, kepada gadis di sebelahnya.
Akhirnya, setelah menyadari bahwa Sabila menatapnya terus-terusan, Rizqi menjawab, “Sab, maafkan aku kalau kamu merasa teracuhkan seperti ini. Aku menjauhimu bukan tanpa sebab. Bagaimana mungkin, aku tak melakukan itu jika Sya sendiri masih terngiang-ngiang tentang prioritas teman. Kamu mengerti aku, ‘kan? Dia ... benar-benar gadis yang tak bisa tertebak. Dia sangat membenci dirimu, dan kamu sendiri ....”
Rizqi tak melanjutkan perkataannya. Hani dan Syifa langsung mendengar suatu nama yang disebutkan oleh lelaki yang tadi. “Sya? Siapa dia?” tanya Syifa pada Hani, yang kemudian hanya dibalas oleh gelengan kepala oleh gadis yang duduk di tengah-tengah barisan.
Sementara itu, Sabila semakin penasaran akan kelanjutan ceritanya. Namun, lelaki itu memberi isyarat agar Sabila melanjutkan perkataannya, bahwa gadis itu sendiri adalah ....
“Aku tak membencinya, begitu maksudmu?” duga Sabila itu kemudian.
Rizqi hanya menganggukkan kepalanya sejenak, memberi isyarat bahwa apa yang dikatakan Sabila itu benar. Setelah itu, gadis yang di sebelah Rizqi hanya berujar, “Riz, aku minta maaf padamu kalau aku telah—“
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabilillah: Hijrah
SpiritualIni adalah sekuel dari Sabilillah Dimana pada saat itu seorang gadis tidak bertemu lagi dengan teman barunya di masa lalu. Dia benar-benar berubah. Dia sudah mulai berhijrah, tetapi selalu mendapat banyak tantangan. Akankah dia tetap istiqomah, atau...