Chapter 1

253K 10.1K 476
                                        

Jika kamu berkomitmen mencintai orang yang tak peduli terhadap rasamu, maka konsekuensi yang akan kamu dapatkan adalah sakit hati berkali-kali.

-Fake Nerd-

***

Tepat pukul lima pagi hari ketiga sang fajar mulai menampakan diri di balik peraduannya, bunyi alarm bergema membangunkan sang pemilik kasur untuk segera beranjak dari alam bawah sadarnya.

Suara merdu milik Anne Marie mengalun di sebuah kamar milik seorang gadis yang masih bergelung di bawah selimutnya dengan lelap.

"I will always remember

That day you kissed my lips

Light as a feather

And it went just like this

No, it's never been better."

Tangan gadis itu meraba ponsel di atas nakas, lalu mengusap layarnya ke atas dengan mata yang masih terpejam. Si gadis yang masih setengah bangun kemudian berpindah posisi dengan kepala bersandar di punggung ranjang.

Diraihnya ponsel dengan raut wajah bersemangat seolah-olah tengah menantikan pengumuman pemenang lotre dengan hadiah bernominal miliaran. Namun, ekspresi itu hanya bertahan kurang dari semenit setelah mendapati notifikasi yang dia tunggu tak kunjung datang.

Gadis tersebut segeara menaruh kembali ponselnya di atas nakas, lalu bergegas menuju kamar mandi. Dari cermin, nampak wajah lesunya yang masam. Si gadis menarik kedua sudut bibir, mencoba tersenyum untuk meyemangati diri

Setelah dua puluh menit membersihkan badan, kini gadis tersebut sudah rapi dengan pakaian khas SMA Cakrawala—seragam putih dibalut almamater berwarna abu-abu tua dengan logo kebanggan di dada sebelah kiri, dipadukan rok abu-abu terang bermotif kotak-kotak dengan panjang lima senti di bawah lutut, tak lupa kaus kaki dengan panjang hampir mencapai lutut untuk menambah kesan cupu pada gadis itu.

Mata sayunya menatap lurus cermin di depan. Tangan lentiknya meraih bedak dengan shade yang sangat berbeda dengan kulit aslinya untuk kemudian diusapkan ke wajah. "Saatnya berperan."

Rambut sebahunya dia biarkan tergerai dengan poni rata yang menutupi kening. Tak lupa si gadis memakai kacamata bulat berbingkai hitam yang semakin menambah kesan cupu dalam sekali pandang.

Penampilan seperti itu sudah ia aplikasikan dalam kehidupannya semenjak duduk di bangku kelas satu SMA.

Gadis yang sudah merubah tampilannya itu beranjak dari meja rias dan segera memakai sepatu. Lalu, dia mulai memasukkan buku-buku pelajaran ke tas pink-nya.

Jam sudah menunjukkan pukul enam tepat. Segera saja dia keluar dari kamar. Namun, baru saja hendak melangkah ke tangga, si gadis berpasasan dengan seseorang yang selalu menampilkan raut wajah mengejek ketika bertatapan dengan dirinya.

"Enggak tau diri."

Tak mau menghiraukan cibiran itu, gadis tersebut tetap lanjut berjalan.

Suasana masih sepi di meja makan. Hanya terdapat seorang wanita paruh baya yang sedang menata sarapan. Wanita berumur sekitar lima puluh tahunan itu adalah seorang asisten rumah tangga yang telah bekerja di sini sejak sang anak pertama keluarga Caronez lahir.

Si gadis berjalan menghampiri. "Boleh Nesa bantu, Bi?"

"Eh, Non Nesa. Jangan atuh, Non, bentar lagi juga udah selesai," tolak Bi Sari halus.

Vanesa tersenyum tipis. "Nesa boleh bikin bekal?"

"Silahkan atuh, Non."

Vanesa menuju pantry untuk menyiapkan bekal. Sederhana, hanya dua potong sandwich dan jus melon favoritnya sebagai minuman. Jika kalian berpikir bekal itu untuk Vanesa makan, maka kalian salah.

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang