Jika kamu berkomitmen mencintai orang yang tak peduli terhadap rasamu, maka konsekuensi yang akan kamu dapatkan adalah sakit hati berkali kali
-Anisarumw8-
#2 dalam Teenfiction (13/11/2018)
#3 dalam Fiksi Remaja (21/10/2018)
#1 dalam Fake Nerd (30...
Vanesa dan Diva tengah berada di halte depan sekolah guna menunggu angkot yang mungkin sekitar tujuh menit lagi akan tiba. Diva sejak tadi sudah lelah membujuk Vanesa untuk pulang bersama, tapi Vanesa tetap berkukuh. Akhirnya, gadis itu hanya bisa menemani Vanesa menunggu di halte.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Supir keluarga Diva yang sejak tadi menunggu pun dibiarkan oleh Diva. Dia akan beranjak pergi setelah memastikan sahabatnya itu mendapat angkot. Dia tak ingin hal buruk terjadi mengingat Bella yang selalu mengawasi Vanesa.
Bunyi notifikasi dari ponsel yang Vanesa genggam menyadarkannya dari lamunan singkat. Dahinya mengernyit ketika mendapati pengirimnya dari seseorang yang tengah berada di sampingnya—Diva.
"Buka aja." Diva lantas bergerak pergi saat melihat angkot yang sebentar lagi menepi ke halte. "Lo hati-hati, gue pulang dulu."
Vanesa membalas lambaian tangan Diva dan berdiri menaiki angkot, menuju ke rumah.
***
Setelah menata buku pelajaran, Vanesa membaringkan tubuh di ranjang sambil menggulir layar ponsel.
Drrt ... drrt ...
"Ck, ganggu aja," gerutu Vanesa. Setelah menggeser tombol hijau, terdengar suara yang sangat cempreng dari seberang telepon.
"Hello, Diva yang cantik kambek. Oi, gue tebak pasti lo sekarang lagi di kamar, terus meratapi nasib karena gak ada yang ngajak keluar." Diva memberi jeda yang menjengkelkan, lalu terkikik mengejek. "J-O-M-L-O, sih!" Diva sengaja menekankan kata jomlo untuk membuat sahabatnya ini kesal.
"Lo repot-repot nelpon gue cuma mau ngomongin tentang status gue? Ngaca, lo juga jomlo, jadi sesama jomlo harus saling menghargai." Vanesa mendengkus tak terima, padahal Diva juga menyandang status jomlo.
"Hahaha, becanda gue. Yeah ... meskipun kita jomlo, tapi jomlo high-quality dong."
"Iyain."
"Eh, lo udah nge-chat Veno?"
"Belum." Entahlah, Vanesa merasa sedikit ragu. Pesan singkat yang dikirim Diva ketika di halte depan sekolah tadi berisi ID Line Raveno, padahal Vanesa tidak memintanya.
"Ya elah ... lo gimana sih? Ngasih bekal aja yang langsung tatap muka berani. Lah ini cuma chat aja enggak berani"
Vanesa menghela napas. "Iya nanti gue coba."
"Sekarang dong, Nesa."
"Gimana mau sekarang, lo kan masih nelpon gue," balas Vanesa gemas. Sahabatnya ini sepertinya minta dicubit ganjilnya.