Chapter 5

159K 8.2K 365
                                        

"Hai, Nes." Suara bass terdengar dari seseorang yang berdiri di samping Vanesa.

Dengan wajah menahan malu, Vanesa menyapa. "Hai, Kak." Hingga secara tidak sengaja matanya dan mata Raveno bertemu.

Raveno menatap Vanesa tajam, seakan-akan mengatakan secara telepatis, 'apa lo liat-liat?'

Mengerti dengan kode yang diberikan Raveno, Vanesa langsung memutus kontak mata dan mengalihkan pandangannya ke Ozi.

"Kita boleh gabung enggak?" tanya Ozi.

Vanesa melirik Diva meminta persetujuan. Kebetulan meja yang diduduki mereka memang bisa menampung hingga enam orang, sedangkan tempat-tempat lain hampir semuanya penuh, jadi tak heran Ozi berinisiatif menghampiri mereka.

Diva mengangkat bahunya tak acuh, bisa dibilang setuju.

"Bo-boleh, Kak."

Setelah mendapat persetujuan dari Vanesa, Ozi langsung mengambil tempat duduk di samping Vanesa. Nick duduk berhadapan dengan Diva. Rico berseberangan dengan Ozi. Sedangkan Raveno sendiri mau tidak mau harus duduk di depan Vanesa karena tidak ada lagi bangku yang tersisa.

Seluruh penjuru kantin memekik histeris melihat si cupu yang bisa duduk semeja dengan gerombolan most wanted Cakrawala.

"Oh iya, itu yang sebelah lo siapa, Nes?" tanya Ozi.

"Kenalin dia Diva, sahabat Nesa, Kak, dia baru pindah."

Entah kenpa hati Raveno sedikit tak terima melihat Ozi yang akrab dengan Vanesa.

"Hai, Diva, kenalin gue Ozi, cowok paling ganteng, paling pinter, dan paling rajin menabung, hehehe." Absurd memang, seorang Ozi yang notabene adalah salah satu most wanted boy punya lawakan yang garing dan receh.

"Diva," jawab Diva tak acuh dan kembali fokus ke layar ponselnya.

"Hahaha, makan tuh, Zi." Tawa keluar dari mulut Nick yang bermaksud mengejek Ozi.

"Enggak apa-apa, yang penting gue masih ganteng," jawab Ozi dengan percaya diri sambil menyisir jambul kesayangannya.

Lantas semua kompak memutar bola mata, mencoba maklum.

"Nes, ke kelas yuk." Dengan segera Diva menarik tangan Vanesa untuk segera pergi.

Vanesa sempat bingung kenapa tiba-tiba Diva mengajaknya ke kelas, padahal sotonya masih setengah habis.

Melihat Vanesa yang tak kunjung bergerak dari posisinya, Diva segera mendekat dan membisikan di telinga kiri Vanesa. "Udah, ayo, lo enggak mau, 'kan, kalo tiba-tiba ada perang dunia di sini? Buruan."

Vanesa yang masih bingung hanya menganggukan kepala dan mengikuti Diva yang berjalan lebih dulu.

Tanpa mereka sadari, ada dua pasang mata yang menatap ke arah punggung keduanya yang perlahan menghilang di balik pintu kantin, salah satunya menatap Diva dengan tatapan sendu.

***

Brukk ...

Saat akan masuk ke kelas, tanpa sengaja Nesa menyenggol dada bidang seseorang di depannya. Vanesa refleks mendongak dan saling bertatapan dengan orang yang ia tabrak.

Diva yang awalnya berjalan di depan Vanesa lantas berbalik dan melihat Nesa dengan pandangan khawatir. "Nes, lo enggak apa-apa?"

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Nesa, setelahnya Vanesa menyeret tangan Diva untuk segera berjalan ke dalam.

Orang yang ditabrak menatap punggung Vanesa yang makin menjauh dengan pandangan datar. Dasar adek gak tau diri, desis orang tersebut dalam hati, lalu berbalik pergi. Viko, kakak kakak kandung Nesa dan Angel, tapi sepertinya kini cuma sosok kakak bagi Angel saja karena baik di depan publik atau ketika mereka sendirian. Lelaki itu tak pernah memperlakukan Vanesa seperti seorang adik.

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang