Selalu berpikir postif membuatmu selalu tenang. Tapi percayalah hal itu berbeda tipis dengan membohongi diri sendiri.
-Fake Nerd-
***
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Vanesa dan Raveno masih berada di D'Vee Restaurant.
"Aku anter pulang," ucap Raveno sambil mengusap puncak kepala Nesa.
Nesa gelagapan. "E-enggak usah, gu—"
Belum sempat Nesa menyelesaikan ucapannya, Veno memotong. "Pakai aku-kamu," tegas laki-laki itu.
"Eh i-ya. Em ... aku bisa pulang sendiri." Nesa belum siap jika Veno tahu tentang rahasianya. Memang, dia tak boleh menyimpan ini lama-lama karena dia tak mau Raveno mengetaui ini dari orang lain, tapi Vanesa ingin mencari momentum yang pas.
Revano menatap Vanesa tajam. "Aku anter."
"Iya, tapi ke rumahnya Diva aja. So-soalnya tadi Diva nelfon katanya suruh nemenin, sekalian buat bahas tugas kelompok." Sebenarnya Vanesa tidak yakin jika Raveno akan percaya kata-ikata Nesa.
"Oke." Namun, di luar dugaan, Raveno terima-terima saja.
Raveno bangkit dari kursi dan menggandeng tangan Vanesa untuk menuju tempat parir. Cowok itu membukakan pintu mobil untuk Vanesa.
Setelah Vanesa duduk, Raveno mendekat ke arah Vanesa. Nesa yang gugup hanya membeku di tempat.
Hembusan napas Raveno yang beraroma mint menerpa wajah Vanesa. Vanesa memejamkan mata.
Klik
Vanesa membuka netranya lagi. Ternyata Raveno hanya memasangkannya sabuk pengaman saja.
"Kenapa? Ngarep pengen ngarep dicium?" Veno terkekeh menatap wajah Vanesa yang sudah seperti kepiting rebus.
Nesa yang kesal hanya memukul dada bidang Raveno. "Paan, sih."
***
Setengah jam kemudian, mobil Raveno memasuki pekarangan rumah Diva. Sebelum Vanesa keluar dari mobil, Raveno menarik pergelangan tangan Vanesa untuk kembali duduk.
"Aku boleh minta tolong?"
Vanesa mengeryitkan dahi. "Apa?"
"Em ... aku minta kamu tetep pake penampilan kamu yang biasa ke sekolah."
Nesa makin bingung. "Buat?"
"Ya ... aku gak mau mereka, khususnya para cowok ngeliat penampilan kamu yang sebenarnya. Aku mau kamu tetap berpenampilan nerd kayak biasa," tegas Raveno.
"Oke." Nesa baru tahu jika Raveno mempunyai sifat yang cukup posesif. "Hati-hati di jalan," tambah Vanesa.
Cup
Raveno mencium kening Vanesa singkat.
Vanesa seketika membeku karena kejadian barusan.
Raveno mengusap puncak kepala Vanesa lembut dan membuat Vanesa tersadar dari lamunannya.
Vanesa keluar dari mobil Raveno. Namun, dia masih memperhatikan mobil cowok itu hingga akhirnya menjauh, barulah dia mengetuk pintu rumah Diva.
Tok! Tok! Tok!
Cukup lama Vanesa menunggu. Ini memang sudah larut, jadi kemungkinan Diva sepertinya juga sudah tidur.
Ceklek ...
"Cari siapa ya?" Diva menatap orang di depannya bingung. Wajah cantik itu familier di ingatannya, tapi siapa?
Vanesa memutar bola matanya malas. "Ck, gue Vanesa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔
Fiksi RemajaJika kamu berkomitmen mencintai orang yang tak peduli terhadap rasamu, maka konsekuensi yang akan kamu dapatkan adalah sakit hati berkali kali -Anisarumw8- #2 dalam Teenfiction (13/11/2018) #3 dalam Fiksi Remaja (21/10/2018) #1 dalam Fake Nerd (30...