Cahpter 25

149K 7.9K 103
                                        

Kelebihan ku hanya satu. Jika aku sudah mencintai maka akan sulit untuk berpindah kelain hati.

-Fake Nerd-

****

Vanesa sedang mempersiapkan dirinya untuk acara nanti malam—yaitu acara pelepasan kelas dua belas dan prom night.

Selain menyiapkan mental untuk pertunjukkan nanti, dia juga harus siap bertemu dengan orangtuanya karena keluarga Caronez adalah donatur terbesar untuk sekolah selain keluarga Raveno.

Gadis itu buru-buru mempersiapkan pakaian yang sudah dia ambil di butik Bunda Siska siang hari tadi.

Waktu sudah menunjukan pukul 18.30. Vanesa sudah siap dengan penampilannya—dress warna putih lembut yang cocok dengan kulitnya yang cerah dan pas pada tubuhnya yang mungil.

Dengan polesan make up yang natural dan tidak terlalu berlebihan, rambutnya yang sebahu diikat dan dijepit dengan jepitan rambut berbentuk kupu-kupu—menambahkan kesan manis.

Tak lupa Vanesa juga memakai wedges berwarna senada dengan dress-nya yang sepanjang tujuh senti, serta sling bag putih yang berisi ponsel; power bank; parfum; dan juga dompet.

Vanesa berkaca sekali lagi. Saat merasa sudah siap, Vanesa keluar dan mengetuk pintu kamar Rio.

"Kak, udah siap?" tanya Vanesa.

Rio membuka pintu dan langsung berhadapan dengan Vanesa. Pria itu sontak melongo melihat penampilan sang adik sepupu yang begitu memukau bak seorang putri dari kerajaan dongeng. "Lo cantik banget, Dek. Gue yakin nyesel tuh si Raveno pasti."

Vanesa memukul bahu Rio kencang. "Raveno mulu yang dibahas. Udah ah, ayo, entar telat."

Rio dan Vanesa menuju mobil milik keluarga Alvaro dengan sopir pribadi mereka yang sudah siap di balik kemudi.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba hati Vanesa tidak tenang. Ia merasa akan terjadi sesuatu pada dirinya, entah apa. "Kak, kok perasaanku gak enak ya?"

"Mungkin lo grogi karena mau tampil di depan mantan," sahut Rio asal.

Vanesa memukul bahu Rio sekuat tenaga karena jengkel.

"Ish ... lo jadi cewek gak ada lembut-lembutnya. Sakit, nih," gerutu Rio sambil mengusap bahunya pelan.

"Abisnya ngeselin."

"Ye ... emang bener, 'kan?" balas Rio dengan menaik-turunkan alisnya.

Vanesa yang sebal hanya membuang muka keluar jendela dan memilih memperhatikan lampu-lampu malam yang gemerlap.

Tak butuh waktu lama hingga mereka sampai di depan gerbang SMA Cakrawala yang sudah ramai. Banyak tamu penting yang sudah hadir, begitu pula para siswa kelas dua belas.

Gedung SMA Cakrawala sudah dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi indah mulai dari lampu warna-warni, lilitan kain berkelok-kelok, dan balon-balon pesta. Ada juga photo booth untuk para siswa kelas dua belas yang ingin mengabadikan momen ini dengan teman seperjuangan.

Vanesa berjalan bersisihan bersama Rio menuju lapangan basket yang menjadi tempat utama acara ini—di mana di sana sudah disediakan sebuah panggung megah.

"Kak, gue mau ke stage dulu ya, mau nyari Kak Ozi," pamit Vanesa.

"Oke. Gue duduk di kursi tamu ya."

Vanesa berjalan menuju stage belakang panggung. "Em ..., Kak, liat Kak Ozi?" tanya Vanesa pada salah satu panitia acara.

"Oh, Ozi ada di ruang transit, di ruang kelas 10 IPS 1."

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang