Chapter 6

156K 8K 323
                                    

Rumah adalah tempat yang paling dinanti untuk kembali, tampat paling nyaman untuk disinggahi.
Tetapi jika orang-orang didalamnya tak pernah mengiginkan kehadiranku, lantas layak kah ungkapan itu untukku?

-Fake Nerd-

***

Tak terasa hari sudah makin gelap. Jam kini menunjukan pukul 19.00 WIB dan Vanesa masih berkutat dengan beberapa pekerjaannya. "Huh ... udah malem aja." Segera Vanesa membereskan sisa pekerjaannya dan bersiap-siap untuk pulang.

Jalanan yang macet ditambah hujan yang mengguyur deras membuat perjalanan Vanesa jadi terhambat. Sekitar satu jam kemudian Vanesa baru sampai di rumah.

Setelah membayar ongkos taksi, Vanesa berjalan menuju pintu utama rumah. Keadaan di dalam nampak sepi. Gadis itu langsung masuk tanpa mengetuk karena mengira bahwa keluarganya mungkin sedang keluar, tapi tiba-tiba-

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang? Mau jadi anak malam kamu, hah! Enggak usah pulang sekalian, dasar anak enggak tau diri." Kata-kata kasar terlontar dari mulut Edward dan menggema di ruang keluarga.

Angel, Viko, dan Linda hanya menatap Vanesa dengan pandangan benci dari belakang sang kepala keluarga.

"Apa pedulinya Papa? Selama ini cuma Angel dan Kak Viko yang Papa peduliin."

PLAK!

Sebuah tangan melayang dan menampar pipi kiri Vanesa dengan cukup keras hingga membekas dan sudut bibirnya sedikit robek. Vanesa balas memandang Edward nanar dan penuh kekecewaan.

Edward menatap Vanesa dengan sedikit menyesal, yang tadi itu benar-benar tidak disengaja.

Vanesa langsung berlari naik menuju kamar, membaringkan diri di kasur dan mengambil sebuah album foto bersampul kelabu gelap di atas nakas. Gadis itu mengamati foto dirinya dan kedua orangtuanya yang memancarkan wajah bahagia dan penuh keharmonisan.

Air mata Nesa turun makin deras. Dia rindu masa-masa dulu saat semuanya masih utuh, ketika semuanya masih menganggap dirinya bagian dari keluarga ini. "Ma, Pa, kenapa kalian sangat benci Nesa? Nesa salah apa?" lirih Vanesa pilu.

Lembaran berikutnya berisikan gambar Vanesa bersama sang kakak, Viko. Viko saat itu sangat bahagia karena memiliki dua adik kembar. Dengan sengaja, Linda mengabadikan momen di mana Viko kecil memeluk dan mencium kening Nesa saat tertidur.

"Kak Viko kenapa berubah? Dulu, saat Nesa jatuh dari sepeda, Kak Viko nangis, padahal Nesa yang jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Viko kenapa berubah? Dulu, saat Nesa jatuh dari sepeda, Kak Viko nangis, padahal Nesa yang jatuh. Tapi, kenapa tadi saat Papa nampar pipi Nesa, kok Kak Viko diam aja?"

Air mata keluar makin deras dari mata Vanesa. Dia tak sanggup lagi memandang foto yang dulu sempat dia simpan sebagai pengingat bagaimana rasanya benar-benar memiliki sebuah keluarga. Sekarang tidak lagi, Vanesa lupa seperti apa definisi keluarga yang sesungguhnya.

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang