Chapter 24

158K 7.5K 198
                                    

***

"Ada banyak alasan untuk memaksa ku pergi, tetapi kau seperti magnet yang terus menarik ku untuk tetap kembali."

-Raveno-

***

Sudah satu bulan lamanya sejak kejadian Rio mengklaim Vanesa sebagai tunangannya. Selama itu pula Raveno melakukan berbagai cara untuk mendekati Vanesa kembali, tapi hanya penolakan yang pemuda itu dapat.

Meskipun masih berstatus sebagai tunangan Angel, Raveno tidak peduli. Baginya, mendapatkan Vanesa adalah yang lebih penting. Egois memang.

Penampilan Raveno kini tak serapi dulu. Seragamnya kusut seperti tidak pernah disetrika, rambutnya hampir sepanjang leher, dan ekspresinya selalu sendu.

Raveno tersiksa dengan hatinya sendiri. Dia sungguh menyesal karena pernah menyia-nyiakan orang sebaik dan setulus Vanesa. Bahkan saat ini, ketika dirinya sedang jalan bersama Angel di salah satu mall di Jakarta, pikirannya tak henti-hentinya dipenuhi oleh Vanesa.

"Sayang, kok kamu diem mulu dari tadi?" Rengekan manja dari Angel membuyarkan lamunan Raveno.

Raveno hanya menatap Angel sekilas dan berusaha melepaskan rangkulan tunangannya itu karena ia merasa risi.

"Kita nonton yuk, katanya ada film horor terbaru." Tanpa menunggu persetujuan dari Raveno, Angel menariknya menuju bioskop di mall tersebut.

Raveno hanya pasrah mengikuti langkah kaki dari Angel. Dia sebenarnya ingin mengakhiri pertunangan ini, tapi karena keluarganya punya utang budi yang cukup besar ke keluarga Caronez, dia tidak bisa melakukan itu.

"Kamu yang beli tiketnya ya, aku mau beli pop corn dulu." Angel lantas menuju ke stand penjual makanan ringan yang ada di sana.

Raveno pun berjalan menuju ke anttrean tiket. Ketika melihat ke depan, dia tak sengaja menemukan seorang gadis mungil dengan perawakan familier.

Raveno mencolek bahu orang tersebut dari belakang dan membuatnya menoleh. Benar dugaannya, orang itu adalah Vanesa.

Vanesa langsung merubah wajahnya dari terkejut ke datar kembali setelah beberapa detik. "Kenapa?

"Lo sama si-siapa?" Raveno meneguk ludah. Shit, kenapa gue jadi gugup begini? Pemuda itu merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

Vanesa menautkan alisnya. "Apa urusan lo?"

Raveno ingin bertanya lebih lanjut, tapi teriakan orang di belakangnya membuat Vanesa mau tak mau harus mengahadap ke depan dan kembali melangkah mengikuti antrean.

Setelah selesai membeli tiket, Vanesa menghampiri Rio yang ternyata duduk di kursi tunggu bersama Angel.

Vanesa mencoba tak menghiraukan keberadaan Angel dan menghampiri Rio. Raveno mengikutinya dari belakang.

"Hai, Sayang, ini aku udah beli pop corn. Oh iya, kenalin, ini kakak sepupu aku, Rio," ucap Angel sambil mengenalkan Rio ke Raveno.

Vanesa dan Rio langsung menegang, lalu saling memberi kode mata.

Hancur sudah rencana gue. Huh ... tuh mulut ember banget, sih, maki Vanesa dalam hati.

Di lain pihak, Raveno hanya menyeringai. "Raveno." Raveno mengulurkan tangan dan berjabat tangan dengan Rio.

Rio menghela napas kasar dan menerima uluran tangan dari Raveno. "Rio."

"Kak, aku ke toilet dulu," pamit Vanesa ke Rio.

Rio menganggukan kepala.

"Ngel, gue juga mau ke belakang, ya." Kali ini Raveno yang bersuara

Tanpa menunggu persetujuan dari Angel, Raveno berbalik dan mencoba mencari keberadaan Vanesa. Tidak jauh dari sana, Raveno langsung mempercepat langkah dan menarik lengan Vanesa.

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang