Chapter 22

159K 7.7K 980
                                    

"Kita mampir ke kafe dulu ya buat ambil barang barang lo." Suara Rio memecah kesunyian yang sedari tadi tercipta di dalam mobil.

"Oke," jawab Vanesa lesu. Vanesa menerima tawaran untuk tinggal di rumah sang kakak sepupu. Selain karena Vanesa kangen Tante Siska—mamanya Rio—, dia juga sudah tidak ingin tinggal di rumahnya lagi.

"Ada masalah?" tanya Rio.

"Dapet surat panggilan dari BK," jawab Vanesa masih lesu.

"Ya udah, nanti gue yang dateng," ucap Rio sambil mengelus puncak kepala Vanesa dengan penuh kasih sayang.

"Maksih, Kak."

Rio menoleh sebentar dan tersenyum, lalu beralih kembali memperhatikan jalanan.

Vanesa dan Rio akhirnya sampai sampai di depan sebuah rumah yang cukup megah. Itu adalah rumah Rio. Dengan arsitektur ala kediaman Eropa modern, bangunan ini nampak mencolok dari rumah lain di lingkungan ini.

Vanesa turun dari mobil dan lamgsung disapa hangat oleh mamanya Rio.

"Vanesa Sayang," ucap Tante Siska sambil merentangkan tangan.

Vanesa berlari memeluk Tante Vanesa. "Vanesa kangen, Tante."

Tante Siska yang memiliki kemiripan wajah seperti mamanya membuat Vanesa kadang membayangkan sosok ini adalah mamanya sendiri.

"Masuk yuk. Tante udah siapin makanan kesukaan kamu."

Vanesa kemudian digandeng oleh Tante Siska menuju ruang makan.

Sementara Rio yang mengekor di belakang hanya menggeleng-gelengkan kepala, agak sedih karena ia tak mendapatkan sambutan yang sama ramahnya. Berasa anak tiri, batin Rio.

Tante Siska hanya memiliki putra tunggal yaitu Rio Alvaro, karena itulah wanita itu sering merasa kesepian karena sang suami juga sering disibukkan dengan urusan bisnis, sedangkan Rio yang harus pulang-pergi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi. Karena itulah dia senang begitu mendengar Vanesa akan tinggal di rumah mereka.

Tante Siska tentu tahu dengan nasib Vanesa yang dikucilkan dari keluarganya sendiri. Dia merasa sangat kecewa kepada Linda, sang adik.

"Kamu makan yang banyak ya, Sayang. Tante liat kamu agak kurusan."

"Hehehe siap, Tante. Apalagi yang masak itu Tante, pasti Vanesa habisin." Masakan yang dibuat Tante Siska rasanya memang tak jauh beda dengan masakan Linda. Oh, sungguh Vanesa merindukan masakan mamanya itu.

"Kenapa, Sayang, kok murung?" tanya Tante Siska khawatir.

"Gak apa-apa kok, Tan. Oh ya, Kak Rio mana? Kok gak ikut makan?" Vanesa celingukan mencari sosok Rio.

"Rio lagi mandi mungkin. Kamu jangan sungkan ya. Kalo kamu pengen curhat, Tante siap."

"Maksih, Tante," jawab Vanesa sambil tersenyum manis.

"Oh ya, satu lagi, mulai sekarang kamu gak boleh manggil Tante dengan sebutan Tante lagi, tapi Bunda, ngerti?" pinta Tante Siska.

Vanesa mengangguk mengiyakan.

Selesai makan, Vanesa pergi ke atas dan menuju kamarnya. Dulu, dia memang sering menginap di sini, jadi keluarga Rio mempersiapkan kamar khusus untuknya. Namun, sejak Rio pergi ke Amerika Serikat, Vanesa jadi jarang berkunjung lagi.

Vanesa berdiri di depan pintu bercat putih dengan tulisan 'Vanesa' di atasnya itu. Kamar ini bersebelahan dengan kamar Rio.

Vanesa membuka pintu. Keadaan di dalam tidak berubah. Hanya saja ada tambahan gitar dan piano yang diletakkan dekat dengan balkon kamar.

Vanesa sangat suka bermain alat musik karena itu bisa menghiburnya di kala sedih. Karena itulah Rio berinisiatif membelikan gitar dan piano itu untuk Vanesa.

Vanesa melihat barang barangnya sudah tertata rapi. Mungkin saat ia makan tadi, Tante Siska sudah menyuruh salah seorang asisten rumah tangga untuk membenahi.

Vanesa berjalan mengambil gitar dan duduk di sofa yang berada disamping piano. Gadis itu mulai memainkan intro lagu yang akan ia nyanyikan.

Tiba-tiba Rio masuk dan ikut bernyanyi, menyambung lirik yang tengah disuarakan Vanesa.

"Lo tau lagi ini juga ternyata," tebak Vanesa.

"Iyalah. Ini kan soundtrack film One Fine Day," ucap Rio dan mengambil gitar dari pangkuan Vanesa, lalu meletakannya di samping piano.

"Pemeran cowoknya ganteng ya, calon imam gue tuh," sesumar Vanesa dengan percaya diri.

Rio menonyor kepala Vanesa. "Ye ... itu mah lo aja yang ngimpinya ketinggian."

Vanesa mengerucutkan bibir sebal menatap Rio. "Suka-suka gue lah. Jomlo mah bebas."

Rio memutar bola matanya malas. "Serah lu." Setelah beberapa lama, tiba-tiba Rio bersuara lagi. "Eh, buat cover lagu yuk."

"Boleh juga. Entar gue pos ke IG ya," usul Vanesa.

"Sip."

Rio mulai memainkan intro lagu akan ia dan Vanesa nyanyikan.

Rio memberi kode ke Vanesa lewat kedipan mata supaya Vanesa mulai masuk ke bagian pertama. Mereka bergantian menyanyikan lirik lagu Bukti dari Virgoun.

**

"Gue post ke IG ya, Kak." Vanesa mengambil ponsel dan mematikan sesi rekaman.

"Tag gue ya."

"Siap." Vanesa mengangkat jempol.

"Gue ke lur dulu ya."

Vanesa mengangguk sambil menampilkan gigi rapihnya. "Caption-nya apa ya?" Vanesa mencoba mencari kata-kata yang pas untuk postingannya ini.

@VaNessa Bukan hanya surat cinta, tapi bukti juga perlu. @RioAlvaro

❤ 3.327 likes

💬 2.116 comment

@divaa__ Unch, couple hitz

@cuople_terhitzz Mau foto kalian di-repost biar keliatan hitz? Follow dulu kuy

@oziPD Cie ..., Nesaa, ihir @VaNessa

@lisaM Cih, dasar cewek sok kecantikan

@VaNessa Ini yang namanya Rio Alvaro @divaa__ // Apaan sih, Kak @oziPD // Gak penting banget lo @lisaM

@Mimi.periiii Calon imam Akoh, kok kamu di situ? Akoh merindukanmuh

@jual_behell Kuy di-order, ada diskon besar-besaran, Sis, behell dari kawat besi anti karat no tipu-tipu

@divaa__ Ganteng

@Raveno.AP Gantengan juga gue

@divaa___ Eh, kayak ada yang cemburu nih, colek @VaNessa

Seketika wajah Vanesa kembali datar saat melihat kolom komentar postingannya. Gadis itu memutuskan untuk menekan tombol keluar dari aplikasi media sosial itu, lalu menaruh ponsel ke dalam saku.

Vanesa mengambil handuk dan bersiap mandi. Mungkin berendam di bathup bisa sedikit membuat badannya yang pegal-pegal jadi relaks.

Sekitar tiga puluh menit Vanesa habiskan untuk berendam, akhirnya gadis itu keluar dan menuju walk in closet. Vanesa mengenakan setelan yang simpel—kaus pink polos dengan celana kain.

Vanesa mengeringkan rambutnya dengan hair-dryer, lalu membaringkan tubuh di atas kasur, bersiap untuk tidur.

***


Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang