Bagiku definisi dari cinta adalah semenjak aku merasakan kenyamanan, hingga yang lain aku tidak tertarik.
-Fake Nerd-
***
"Vanesa, will you be my girlfriend?"
Vanesa melongo, mengerjap beberapa kali, melongo lagi, mengerjap lagi. Dia benar-benar tak siap dengan serangan langsung seperti ini.
Kejadian ini sungguh di luar pemikiran Vanesa. Vanesa mencubit pipinya sendiri untuk membuktikan bahwa apakah ini mimpi atau bukan—tapi, meskipun ini hanya mimpi, dia berharap untuk tak pernah terbangun lagi.
Sakit. Ini nyata. Vanesa meneguk ludah tak percaya.
Raveno terkekeh karena tingkah konyol Vanesa. "Ini bukan mimpi," ujar Raveno sambil mengusap pipi Vanesa lembut. "Gue tau ini terlalu cepet," tambah Raveno.
Sedangkan Vanesa tidak tahu harus menjawab seperti apa. Pernyataan Raveno yang tiba-tiba membuat mulutnya sulit untuk berbicara. "K-Kak Veno enggak lagi—"
Raveno tersenyum. "Nanti malem gue jemput jam tujuh."
Vanesa gelagapan. Bisa-bisa Raveno tahu tentang identitas sebenarnya kalau cowok itu datang ke rumahnya. "Na-nanti kita ketemuan di kafe aja, Kak. Aku kirimin alamatnya."
"Oke." Raveno lantas berdiri dan meninggalkan Lab Musik.
Vanesa masih mencoba mengatur ritme jantungnya. Untung dia bisa mencegah kedatangan Raveno ke rumah. Namun, semua ini terlalu tiba-tiba. Seakan semua ini seperti mimpi.
Vanesa mencubit pipinya lagi. Sakit. Namun, ia tersenyum.. Buru-buru gadis itu mengambil ponsel dan mengetikkan sebuah pesan. 'Kak, kapan pulang? Nesa kangen. Nesa pengen cerita banyak sama Kakak.' Tangannya bergerak menekan tombol 'Kirim'. Vanesa sangat berharap kakak sepupunya itu cepat pulang.
***
Tepat pukul setengah tujuh malam Nesa sudah bersiap-siap untuk bertemu Raveno di D'Vee Restaurant.
Malam ini Nesa tidak lagi berdandan cupu. Dia ingin menunjukan penampilan aslinya di hadapan Raveno.
Dengan mengenakan dress sepanjang lima senti di bawah lutut, Vanesa sengaja menampilkan kaki jenjangnya. Dress hitam itu sangat kontras, tapi cocok dengan warna kulitnya yang putih, dipadu dengan bagian lengan panjang berbahan brokat. Bagian pinggung hingga bawahnya nampak mengembang. Mukanya yang ditabuhi sedikit make-up makin menguatkan aura kecantikan naturalnya.
Vanesa mengecek penampilannya sekali lagi. Setelah dirasa cukup, dia segera mengambil sling bag kecil berwarna senada dengan dress-nya, lalu juga memakai flat shoes. Vanesa memang tak suka sepatu berhak tinggi dan hanya memakainya ketika melakukan pemotretan.
Nesa keluar dari kamarnya dan tak lupa untuk menguncinya.
Gadis itu turun ke lantai bawah dan menemukan pemandangan yang membuat hatinya teriris. Di ruang keluarga, sedang ada Mama; Papa; Kakak; dan kembarannya yang sedang membahas pesta ulang tahun Angel ketujuh belas. Seharusnya ini menjadi pesta Vanesa juga, tapi orangtuanya sudah tak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga ini lagi.
"Mau ke mana kamu malem-malem begini?" seru sang mama sinis melihat penampilan Vanesa yang berubah cantik dan rapi.
"Bukan urusan anda." Vanesa melontarkan nada super dingin.
"Itu baju punya siapa? Nyolong kan lo pasti." Angel memandang iri ke baju yang Vanesa pakai. Pasalnya itu dress limited edition, Papa saja tak sanggup membelikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd ✔
Fiksi RemajaJika kamu berkomitmen mencintai orang yang tak peduli terhadap rasamu, maka konsekuensi yang akan kamu dapatkan adalah sakit hati berkali kali -Anisarumw8- #2 dalam Teenfiction (13/11/2018) #3 dalam Fiksi Remaja (21/10/2018) #1 dalam Fake Nerd (30...