Chapter 18

142K 7.1K 230
                                        

Ikhlas bukan berarti pasrah, bukan juga kalah. Tetapi ikhlas adalah kekuatan untuk terus berusaha agar bisa mendapatkan yang lebih baik

-Fake Nerd-

***

Vanesa menuju kamar mandi untuk membasuh wajahanya yang terlihat sangat mengenaskan. Matanya sembap dan rambutnya acak-acakan.

Siap tidak siap Vanesa harus menemui Raveno. Dia tidak peduli lagi penampilannya yang sudah macam orang gila ini.

Vanesa keluar dari kamar dan menuju ke taman belakang rumah lewat pintu dapur. Dia tidak ingin memancing perhatian yang tidak diinginkan dengan melewati pintu utama.

Pada jarak sepuluh langkah ke depan, seseorang tengah berdiri memunggungi Vanesa. Sebelum Vanesa sempat menepuk pundak orang itu, dia berbalik dan menatap Vanesa dengan senyum meremehkan. "Hai, My Twin," sapa Angel santai.

Vanesa mengerutkan dahi. Kenapa Angel yang ada di sini? batin Vanesa.

"Gue peringatin satu hal sama lo, lo jangan pernah lagi deket-deket Raveno karena dia adalah TU-NA-NGAN gue." Angel menunjuk-nunjuk muka Vanesa. "Gue juga tahu kalo lo kemarin jadian sama dia, jadi gue mau lo putus sama Raveno. Raveno selamanya akan jadi milik gue, ngerti? Milik gue!" tambah Angel.

Dada Vanesa bergemuruh. Wajahnya mendongak menatap Angel. "Gue gak akan pernah pergi dari kehidupan Raveno. Yang seharusnya pergi tuh lo, lo yang udah jadi perusak dalam hubungan gue. Jadi perusak hubungan orang kok bangga. Oh ... gue tau, cita-cita lo jadi pelakor, 'kan?"

Angel yang sudah menahan emosinya sejak tadi kontan mengankat tangan, bersiap menampar pipi sang kembaran. Namun, Vanesa lebih dulu bergerak menahan.

Vanesa tersenyum sinis menatap Angel. "Lo mau nampar gue?"

Angel justru menatap Vanesa dengan seringai licik. Sebentar lagi gue akan liat di depan mata gue sendiri kehancuran lo, batin Angel. Secara tiba-tiba Angel menampar pipinya sendiri dan juga menjatuhkan diri tepat di depan kaki Vanesa.

Vanesa bingung melihat perilaku Angel barusan. Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi interaksi keduanya.

"Nesa, apa yang lo lakuin?" Itu suara Raveno.

"Ah, sakit, Nes," lirih Angel.

Raveno membantu Angel untuk berdiri.

"Ini gak seperti yang kamu lihat. Tadi—"

"Cukup! Gue gak mau lagi denger kebohongan yang bakal keluar dari mulut lo. Pertama, lo udah bohongin gue yang ternyata selama ini lo bagian dari keluarga Caronez. Kedua, lo udah nampar saudara kembar lo sendiri. Gue mau kita sekarang putus!"

Jlebb ...

Kata-kata itu bagaikan pisau yang menyayat-nyayat hati Vanesa.

"Awalnya gue menolak pertunangan ini karena gue udah milih lo. Tapi, setelah tahu semua kebohongan lo, gue jadi benci sama lo.Gue paling benci sama orang pembohong," tambah Raveno.

"Jika ini keputasan Kakak, gue akan terima. Namun, suatu saat Kakak akan menyesalinya dan saat itu mungkin gue udah gak lagi seperti dulu yang ngemis cinta dari Kakak. Terima kasih, Kak, udah pernah mengajarkan apa itu cinta," lirih Vanesa. Dengan cepat Vanesa berbalik meninggalkan tempat itu.

Angel yang menatap kepergian Vanesa diam-diam memasang senyum kemenangan, sementara Raveno melihat punggung Vanesa dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Kilau cahaya mentari menerobos gorden kamar Vanesa. Gadis itu menggeliat di kasurnya, merasa terusik.

Fake Nerd ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang