•Three•

110 44 49
                                    

'Bahagia nya gue adalah, melihat senyuman manis di wajah gadis itu.'

-Aditya Naufal Agustin

♦♦♦

Kringg!!!
Kringg!!!
Bel masuk berbunyi, tanda murid-murid melaksanakan pelajaran yang tadi tertunda.

Adhwa, Audri, Deeva, dan Luna pun melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Ketika Adhwa sedang berjalan santai, tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuhnya, dan ia pun terjatuh.

"Duh, kaki gue …" ringisnya sembari memegang kakinya.

"E—eh? Kak Naufal?" ucap Adhwa seraya menghampiri Naufal. "Lo? Gak apa-apa, kan Kak?"

"Kaki gue, nih,"

"Kaki lo kenapa Kak?" ucap Adhwa khawatir, takut-takut ia yang harus bertanggung jawab atas tragedi jatuhnya Ketua OSIS disini. "Bisa jalan?"

"Bisa kok, bisa, mau jalan kemana? Ke Mall? Ke Cafe? Ke Hotel? Ke—"

Sialan.

Adhwa pun langsung pergi meninggalkan ocehan Naufal yang tidak jelas.

♦♦♦

"Benar-benar, ya, tuh Kakel, bisa-bisa nya ngerjain gue pakai cara yang kayak begitu." gerutu Adhwa tidak jelas.

"Awas aja kalau gue ketemu sama dia! Habis tuh orang!" lanjutnya yang tidak memerhatikan guru yang sedang membagi ilmu kepada murid-muridnya.

"Masih mending, Kakel, kalau bukan—" ucapan nya terhenti dikarenakan guru yang sedang mengajari murid-murid nya, memanggil namanya.

"Adhwa Adia Fajri!"

Merasa namanya terpanggil, ia pun langsung duduk dengan tegap, jantung nya sudah tidak karuan, perut nya sudah mulas, dan keringat dingin bercucuran.

"Anda mendengarkan saya tidak?!"

"Tidak Bu," Adhwa pun langsung menutup mulutnya.

Mampus lo mampus. Batinnya.

"Seperti orang gila saja, berbicara sendiri," sindir guru tersebut yang membuat murid-murid tertawa. "Siapa suruh kalian tertawa?!" kelas pun langsung hening. "Adhwa! Lari dua puluh keliling! Di lapangan!"

Adhwa pun langsung bergerak-gerak gelisah, seperti cacing kepanasan.

"SE-KA-RA-NG!"

♦♦♦

Panas terik matahari siang ini membuat semua orang tidak mau kemana-mana, dan merasakan panas.

Seorang gadis yang sedang berlari memutari lapangan yang besarnya tidak bisa dihitung, sedang menggerutu tidak jelas.

"Apes. Hari ini adalah hari ter-apes gue. Pertama, waktu itu gue lagi asyik-asyik nya nonton drakor, tiba-tiba aja ada yang nge- LINE dan laptop gue langsung mati.

Kedua, tadi pas istirahat, gue gak kenyang, karena, gara-gara Kakak kelas itu, tuh, tiba-tiba aja megang lutut gue!

Ketiga, pas gue mau ke kelas, ada yang nabrak gue, dan tadi gue di jahilin sama dia!

Keempat, gue harus dapetin hukuman, lari dua puluh keliling, di lapangam yang segede ini."

Sudah 19 putaran. Dan gadis yang sedang berada di tengah-tengah siang bolong ini sudah kelelahan, keringat yang sudah memenuhi baju seragamnya, rambut yang sudah basah karena keringat, napas yang sudah tidak karuan, dan—mata nya yang menyipit, dikarenakan matahari nya menyorot kepada mata gadis tersebut.

Ia pun mengelap keringat nya dengan punggung telapak tangannya dan—

Semua gelap.

♦♦♦

'Sst jangan berisik, takut Awa bangun,'

'Tapi, gue masih bingung, kenapa dia bisa pingsan?'

'Ya iya lah bisa, dia harus muterin lapangan yang ada di sekolah ini selama dua puluh putaran. Lo gatau apa? Lapangan di sekolah kita gedenya kayak gimana?'

'Iya, sih, untung gue tadi gak berisik, kalau berisik, sih, mati gue.'

'Kalian, pada bisa diem gak, sih? Kalau Awa kebangun begimana?'

'Gak gimana-gimana, sih,'

Mendengar celotehan-celotehan, mata gadis yang mempunyai badan mungil pun terbuka, sesekali ia menerjapkan matanya untuk menstabilkan matanya dengan cahaya lampu.

"Eh? Lo udah siuman, Wa?"

Adhwa pun menatap sekeliling. Masih bingung.

"Lo ada di UKS, Wa, tadi lo ditemuin pingsan di lapangan." ucap Deeva yang tahu, pasti Adhwa sedang bertanya kepada dirinya sendiri dimana ia sekarang.

"Minum teh nya dulu, biar agak enak," ucap Luna menawarkan teh manis yang baru saja di bikin oleh Kakak kelas yang tadi menolong Adhwa.

"Wa! Lo harus tau! Tadi, yang gendong lo kesini tuh cogan!" seru Audri kepada Adhwa yang sedang meminum teh manisnya. "Kayak nya itu Kakel, deh, tapi gue jarang liat, namanya siapa ya?" lanjutnya bertanya kepada dirinya sendiri.

"Dri. Otak lo itu, cogan, cogan, cogan, cogan, dan cogan melulu. Jomblo, sih, ngenes kan jadinya." celetuk Luna.

"Dihh, suka-suka gue, yang ngomong siapa, mulut-mulut siapa,"

"Tapi, yang komentar siapa?" celetuk Deeva sengaja menjahili Audri.

"Jahat lo." jawabnya seraya mengerucutkan bibirnya.

"Jadi—siapa yang waktu itu nolongin gue? Pas pingsan?" Adhwa pun membuka mulut.

"Siapa, sih? Gue gak tahu namanya siapa, tapi gue kenal dia," jawab Luna menopang dagunya dengan tangan kanan nya.

"Yang pasti, sih, Kakel." ucap Deeva yang sedang memikir.

"Gue juga kayak nya kenal, deh, tapi gak tahu, deh." ujar Audri yang sepertinya sedang berpikir juga.

'Masa Kak Naufal? Gak mungkin. Tapi—kalau bukan dia? Siapa?' batin Adhwa bertanya kepada dirinya sendiri.

-Tbc-

-Min, 24 Des 2017

FalWaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang