Alfa's POV
"Faffa.... Kamu suka ya melihat aku tertidur seperti ini??" ucapnya dengan nada yang entah dibuatnya seakan menggoda. Sialan, dia membuatku merasa risih akan hal ini lagi. Bagaimana mungkin dia masih saja terus memanggilku dengan nama itu. Kami bahkan tak dekat sama sekali.
"Iya... Aku perlu untuk mengamati dan mencari tahu bagaimana caranya agar bisa membunuh anak iblis sepertimu ini." balasku sambil menaikkan sebelah alis mataku.
Si iblis ini memang selalu saja melakukan hal yang tak terduga. Bahkan aku sama sekali tak punya pikiran kalau dia akan melakukan hal ini.
"Tidakkah kau merasa jarak kita berdua ini cukup sempurna untuk sebuah ciuman?" katanya yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya lagi dan berbisik ditelingaku.
Langsung tersadar seketika setelah mendengar kalimat mengerikan itu, aku berdiri dan langsung meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaan tadi.
Entah apa yang terjadi, aku benci kalimat itu... Tapi kenapa jantungku kini berdegup sangat kencang? Ahhh apalah ini, kenapa bisa seperti ini... Ini tidak benar, anggap saja itu tak pernah kudengar dari mulut Lucifer itu..
"Fa..... Kau mau kemana?" teriaknya yang membuatku ingin sekali menyumbat mulutnya itu dengan sepatuku ini. "Mau kemana akunya... Itu bukan urusanmu!!"
Berjalan dengan langkah yang dipercepat dan meninggalkan dia. Kenapa bisa manusia itu merasa sok akrab padaku? Aku bahkan tak menganggap dia sebagai salah satu manusia yang mungkin bisa diajak berteman. Sebaiknya dia melupakannya atau mungkin dia akan menyadarinya saat aku menjadi tidak biasa.
Bukan berjalan menuju kantin, aku malah menjadi heran sendiri karena tubuh ini sudah berdiri saja di depan pintu perpustakaan. Harusnya bukan kemari... Si brengsek itu merusak kerja otakku juga sekarang. Harusnya kuludahi saja wajahnya tadi. Tapi jika harus kembali ke kantin, pasti aku akan bertemu lagi dengannya disana. Mending aku duduk dan membaca disini saja.. Aku melangkah masuk ke dalam perpustakaan dan mencari beberapa buku untuk kubaca.
"Apa posisi bukunya sudah diubah ya? Aku tak menemukan buku itu.." ucapku sendiri yang bingung karena buku yang biasanya kubaca tidaklah lagi berada di rak yang sama. Mungkin sesuatu yang lebih mengarah ke film horor, aura jahat seseorang menggelitik di belakang leherku. Mungkin aku terdengar begitu lebay sekarang, tapi jika kamu berada diposisiku, aku tak tahu apa yang akan kamu rasakan...
"Kau mencari buku ini kan..?" suara yang sudah jelas kukenal dengan baik; suara si iblis ini mendadak merusak dan menyayat pelan daun telingaku.
Spontan saja aku berbalik dan.....
"Ouchhh...!!" sialan... kening kami berdua berbenturan satu sama lain.
Sambil memegang keningku yang terasa seakan membengkak, langsung saja kuberi dia tatapan paling mengerikan yang kumiliki. Dan anehnya, dia malah langsung tertawa kecil melihat ekspresi wajahku. Hei!!! Apa aku badut atau alien? Bagaimana mungkin kamu menertawaiku seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wonder If You Hurt Like Me | TAMAT
Romance[COMPLETED] Dia terdiam sejenak dan tak menjawab pertanyaanku.. Aku bingung dan terkekeh pelan.. "Kau sungguh mudah ditebak juga Reza Prawijaya.. Aku sudah tahu dari awal kau menyukai kak Imel.. Nomor di chat line itu; ada namanya..." sahutku lagi...