"Aku menyukaimu..".
"Aku menyukaimu.."
"Aku menyukaimu..".
"Aku menyukaimu.."
"Aku menyukaimu..".
"Aku menyukaimu.."
.
.
.
"Arrrggghhhh Hentikaaaannnnn !!!"
.
.
.
.Author's POV
Reza masih menempelkan telinganya di pintu kamar, dia yakin kalau tadi melihat Alfa masuk kemari.
"Alfa...?"
"Alfa..?"
"Alfa..?" panggilnya untuk ketiga kali tapi sama sekali tak mendapat respon balik dari dalam. Reza berpikir mungkin yang dilihatnya itu salah dan akhirnya berjalan meninggalkan kamar Rama dan turun ke bawah. Disisi lain, Rama dan Alfa masih berada di dalam; Rama berusaha mencium Alfa tapi bocah pendek itu buru-buru menutupi mulutnya dengan tangan. Ciuman yang tidak berhasil dilakukan oleh Rama ini membuatnya kecewa dan melangkah mundur.
"Maafkan kakak.. Kakak kelepasan.." sahut Rama. Alfa diam dan tak menjawab perkataan Rama. Dia pun lalu keluar dan meninggalkan Rama yang tampak kesal. Rama pun melempar dan menendang apapun yang ada di kamarnya. Untung saja saat itu Alfa sudah menuruni tangga dan tak mendengar kegaduhan yang terjadi dalam kamar tersebut.
Alfa berjalan menuju ruang makan, tapi dia berhenti lagi dan hendak mundur karena melihat Reza sudah duduk disana.
"Eh kakak... Kemari dan duduk dekat Cindy.." Dia pun bangun dan menghampiri Alfa; menggandengnya agar bisa duduk dan makan bersama mereka.
Tak berapa lama kemudian, Rama datang dan duduk di samping Reza. Suasana tampak menjadi canggung bagi ketiganya; tapi bibi dan Cindy tampak senang karena mereka tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
.
.
.
.
Reza's POV
Aku masih belum bisa melupakan kejadian beberapa hari yang lalu. Aku sungguh kecewa karena dia datang dan menuduhku tanpa bertanya terlebih dahulu. Hal yang lebih menyakitkan adalah dia sama sekali tak mempercayaiku; apa aku serendah itu dengan meniduri semua gadis yang kupacari? Mungkin aku memang seorang playboy, tapi itu bukan berarti aku berperilaku brengsek dan tak bermoral. Aku tahu membedakan mana yang perlu dan tidak aku lakukan. Jika memang kalian ingin tahu yang sebenarnya aku akan memberitahukannya... Ciuman pertamaku kutempatkan dibibirnya; bibir bocah pendek itu. Aku menyadari telah jatuh hati padanya semenjak kami mulai bersama. Mungkin ini bukan hal yang normal bagi siapa saja; tapi aku yakin dia pun akan berpikiran hal yang sama. Seorang Alfa Herlambang yang begitu mencintai teman kecilnya; Tiara.. Mana mungkin aku dengan lancang datang dan bilang kalau aku memiliki perasaan terhadapnya. Kuakui benar, aku pernah lepas kendali dan bilang padanya kalau aku menyukai dia saat kami berbaring menatap bintang bersama di lapangan basket.. Tapi syukurlah, dia sama sekali tak meresponku hingga juga tak menyadari saat aku bangun perlahan dan melempar bola kearahnya. Mungkin menyembunyikan perasaanmu dan melihatnya tersenyum saja itu sudah cukup bagiku; tapi hatiku meminta agar aku mengutarakannya. Dan orang sepertiku yang sering dan bahkan sudah menjadi panggilan sayangnya untukku; dia suka sekali memanggilku brengsek, tapi entah kenapa aku menyukai panggilan tak sopan itu. Aku ingat saat kami ke kebun binatang, dia begitu tampak kekanak-kanakan disana. Hal yang paling kusyukuri saat bersama dengannya adalah satu, saat aku melihat dia tersenyum lebar kearahku; dua, saat dia memakiku hanya karena aku hampir membuatnya mati sekejap karena sepotong donat; dan yang ketiga, setiap kali aku menciumnya. Dia itu begitu manis saat diam melongo; aku suka ekspresi terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wonder If You Hurt Like Me | TAMAT
Romance[COMPLETED] Dia terdiam sejenak dan tak menjawab pertanyaanku.. Aku bingung dan terkekeh pelan.. "Kau sungguh mudah ditebak juga Reza Prawijaya.. Aku sudah tahu dari awal kau menyukai kak Imel.. Nomor di chat line itu; ada namanya..." sahutku lagi...