Alfa's POV
.
.
Seorang wanita tinggi berambut panjang berdiri di hadapanku. Aku mengangkat wajahku untuk melihatnya. Kupikir ini akan terasa kurang nyaman berada diposisi ini sekarang. Jika diperhatikan sesaat, usianya mungkin sama dengan kak Tari. Aku rasa harus pindah dan duduk saja di kursi yang lain. Mungkin akan lebih baik jika seperti itu.
"Ummm.. Ada yang bisa aku bantu kak..?" tanyaku padanya.
Dia bahkan sama sekali tak menjawab pertanyaanku dan malah memperhatikanku dari tadi seperti sekarang. Mungkin sebaiknya aku menghindar dengan sopan agar tak menyebabkan kecanggungan diantara kami. Aku berdiri dan sedikit menunduk hormat lalu hendak pergi; tapi dia langsung memegang lengan kiriku dan aku sedikit terkejut akan tindakannya.
"Apa kamu ini adalah pria yang bernama Alfa...?"dia balik menanyaiku. Dan tunggu sebentar... Dia tahu namaku? Kok bisa.. Apa mungkin kami pernah bertemu sebelumnya? Tapi kurasa memang baru kali ini aku berjumpa dengannya.
"Ummm.. Benar kak.." jawabku mengiyakan. Aku tak bisa membaca ekspresi wajahnya karena dia menatapku dengan serius.
"Apa kamu mengenal Rama Prawijaya?" dia bertanya lagi. Aku semakin bingung karena wanita ini juga kenal dengan kak Rama. Apa mungkin dia ini rekan kerja kak Rama? Tapi untuk apa aku harus menjawab pertanyaannya? Aku bahkan sama sekali tak mengenal dia.
"Ahh.... Maaf kak. Kupikir aku tak seharusnya menjawab semua pertanyaanmu seperti ini. Kita bahkan sama sekali tak mengenal satu sama lain. Aku tak tahu sebenarnya darimana kamu tahu namaku. Tapi kurasa, ini cukup tidak etis bertanya dengan situasi sekarang." balasku dan berniat melepaskan pegangan tangannya di lengan kiriku. Dia bahkan semakin memegang erat lenganku dan menatap tajam dan tersenyum kecil. Aku bingung harus meladeni orang asing ini dengan cara apa.
"Oke.. Maaf karena aku tidak sopan seperti ini.. " dia pun melepaskan pegangan tangannya pada lenganku. "Aku Sinta... Maaf, aku seharusnya tidak bertanya seperti itu padamu." Sahutnya lagi dan langsung pergi meninggalkanku. Aku malah tambah bingung akan tingkah lakunya. Mungkinkah jawabanku tadi sedikit kasar dan menyinggung perasaannya? Kurasa tak ada yang salah dengan hal itu.
Berlalunya wanita bernama Sinta tadi kemudian disusul oleh munculnya kak Rama yang memegang dua botol soda dan popcorn. Kak Rama mengajakku masuk karena film-nya akan segera di mulai. Syukurlah karena kak Rama memesan tiket untuk film action dan bukan horor. Jika ia, aku pasti sepanjang film hanya akan menutupi mataku karena aku tak begitu suka akan genre film seperti itu. Entah mungkin karena aktris wanita muncul di layar sekarang langsung mengingatkanku kembali akan wanita tadi. Sepertinya aku memang harus bertanya kepada kak Rama, mungkin saja dia mengenal wanita itu.
"Kak... Umm begini.. Apa kakak...." Belum juga selesai, kak Rama malah memotong pembicaraanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wonder If You Hurt Like Me | TAMAT
Romance[COMPLETED] Dia terdiam sejenak dan tak menjawab pertanyaanku.. Aku bingung dan terkekeh pelan.. "Kau sungguh mudah ditebak juga Reza Prawijaya.. Aku sudah tahu dari awal kau menyukai kak Imel.. Nomor di chat line itu; ada namanya..." sahutku lagi...