Bagian 1

20.5K 1.2K 31
                                    

Pemuda dengan jersey basket ber nomor punggung '28' sedari tadi memainkan bola basket itu dengan lincah.

Keringat bercucuran juga rambut nya yang berantakan membuat pesona pemuda ini bertambah. Tampan bahkan lebih dari tampan.

Pemuda yang di kenal sebagai Kapten tim basket SMA Nusa Harapan.

Pemuda tadi Iqbaal Dhiafakhri;
pemuda tampan yang di kagumi seluruh gadis-gadis di sekolahnya, bahkah di luar sekolah.

Sosok Iqbaal menjadi idola karena wajahnya yang hampir sempurna. Tapi sayang, dia sangatlah cuek dan dingin terhadap perempuan, ia juga cukup kaku menghadapi perempuan.

dug
dug
dug

Iqbaal dengan lincah meng dribble bola itu berkali-kali, sesekali ia mengusap keningnya yang bercucuran keringat.

Dug

"Ah sssst."

Bola itu melesat, Iqbaal sendiri melongo melihat bola itu mengenai kepala gadis berwajah polos yang saat ini memegang kepalanya yang terasa nyeri.

Dengan wajah datar Iqbaal menghampiri gadis itu.
Gadis itu masih berdiri dengan sempoyangan, kepalanya terasa berat, pandangannya mulai kabur, hingga akhirnya semuanya gelap.

Gadis itu pingsan tepat saat di belakangnya ada Iqbaal, dengan cekatan Iqbaal membopong gadis itu ala bridal style.

Tindakan Iqbaal tersebut menjadi bahan tontonan seluruh murid di koridor ini, Iqbaal tidak memperdulikan itu, tapi gadis ini yang Iqbaal pedulikan sekarang.

Brak.

Iqbaal menendang keras pintu uks yang tertutup itu, membuat penjaga uks terkejut bukan main.

"Tolong dia." Ujar Iqbaal dingin.

Iqbaal membaringkan gadis ini di tempat tidur yang ada di uks ini.

"Sebentar."

Penjaga Uks itu mengambil minyak kayu putih, lalu mengoleskan tepat di hidung gadis ini.

"Enghh."

Lenguhan itu mampu membuat Iqbaal bernapas lega, setidaknya gadis itu masih bisa di selamatkan.

"Lo gapapa?" Tanya Iqbaal.

Mata gadis ini membulat melihat siapa yang berada di depannya saat ini,laki-laki tampan yang di gemari gadis-gadis di sekolah kini ada di hadapannya.

"Aku gapapa kak, kalo boleh tau siapa yang bawa aku kesini?"

"Ya gue siapa lagi." Ujar Iqbaal dingin.

"Makasih kak."

"Iyaaa, maaf atas apa yang terjadi, apa kepala lo masih sakit?"

"Udah ngga kok kak."

Iqbaal lagi-lagi bernapas lega saat mengetahui gadis ini terlihat baik-baik saja.

"Nama lo siapa?"

"(Namakamu) Aleena."

Iqbaal mengangguk mengerti lalu ia berpikir sejenak.

"Saya baru ngeh kalo saya bicara pake lo-gue sementara kamu pake aku kamu,kesan nya ga enak, lebih enak begini, kalo kamu wajar kamu menggunakan kosa kata itu, saya kaka kelas kamu jadi kamu bersikap sopan, saya maklumi itu."

(Namakamu) hanya tersenyum mendengar penuturan Iqbaal, laki-laki yang mempunyai sejuta pesona mampu membuat jantungnya berdetak lebih kencang.

"Btw kamu kelas 10 berapa?" Tanya Iqbaal.

"10 Mipa 2 kak."

"Yasudah, kamu gapapa kalo tinggal sendiri, saya mau ganti baju."

(namakamu) mengangguk mengiyakan ucapan Iqbaal.

"Sekali lagi makasih kak."

Iqbaal mengangguk dan berlalu dari uks ini. Setelah itu ia berjalan menuju loker untuk mengambil baju seragam.

Setalah berganti Iqbaal berjalan menuju gerbang sekolah, tepatnya ke warung kopi bi Ningsih yang berada di samping sekolah.

Warung kopi bi Ningsih warkop yang sering kali dibuat tempat bolos, tempat sbth atau apapun yang bersangkutan dengan anak nakal, karena warung bi Ningsih hanya di isi oleh anak² nakal, tukang bolos, tukang bikin onar, sama seperti Iqbaal.

Iqbaal memilih bolos dan memakan gorengan bi Ningsih dari pada ia harus berkutat dengan rumus-rumus matematika.

"Baal serbat ga?" Tanya Ari sembari menyodorkan rokok milik nya.

Iqbaal menggelengkan kepalanya, senakal-nakal nya dia tidak akan pernah menyentuh barang itu, barang bisa merusak tubuhnya.

Nakal boleh bego jangan, itu prinsip Iqbaal.

Kringgg.

Bel berbunyi menandakan siswa-siswi sudah di perbolehkan pulang, banyak murid-murid yang berhamburan keluar.

Pandangan Iqbaal teralihkan, di halte ada gadis yang ia tolong tadi, (Namakamu) yang sedang di goda oleh rival nya, Rayyan cs.

Iqbaal berjalan menuju halte depan sekolahnya, ia berdecih melihat kelakuan Rayyan.

"Berhenti."

Suara tegas nan dingin membuat Rayyan memberhentikan aksinya, ia mendengus melihat rival nya saat ini.

"Ngapain lo."

"Berhenti gangguin dia."

Refleks (namakamu) berlari kearah Iqbaal dan bersembunyi di balik punggung Iqbaal.

"Apa urusan lo?"Tanya Rayyan ketus.

"Siapa pun yang berani nyentuh dia sedikit pun, berurusan sama gue." Balas Iqbaal dengan suara dingin dan tatapan tajamnya.

"Ck penganggu."
"Cabut." Lanjut Rayyan.

Setelah di pastikan aman, (namakamu) bernapas lega akhirnya segerombolan anak-anak nakal itu pergi dari halte ini.

"Kamu gapapa, engga di apa-apain kan sama mereka?" Tanya Iqbaal.

"Aku gapapa kak, sekali lagi makasih."

Iqbaal mengangguk mengerti lalu tersenyum tipis, senyuman yang mampu membuat (namakamu) terpana.

"Kamu lagi nunggu apa?"

"Bus hehe." Ujar (namakamu) dengan cengiran khasnya, Iqbaal terkekeh melihat wajah polos gadis ini.

(namakamu) mematung melihat Iqbaal tertawa kecil, jantung nya berdetak lebih kencang, darahnya berdesir hebat. Yang ia tahu Iqbaal jarang sekali tertawa kecil seperti itu.

"Kalau gitu saya anter kamu pulang ya?"

"Gausah kak, gapapa aku bisa naik bus."

"Jam segini engga ada angkutan lewat, bentar saya ambil motor dulu."

"Tapi...."

"Tunggu sini."

(namakamu) hanya mengangguk pasrah menerima tawaran Iqbaal.

_________________________

Bersambung...

Absurd bgt iya, amatiran juga iyaa,😭jangan lupa vote dan komentar, saya tunggu tanggapannya, ini masih awal jadi masih begini, tapi kesana-sana insyallah ga gini hehe:) maaf kalau ada kesalahan dalam tanda baca maupun kesalahan kata-kata, saya masih amatir, masih belajar banyak.

Badboy [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang