Bagian 4

10.7K 959 21
                                    

Malam ini (namakamu) tengah di sibukan dengan beberapa tugas yang tercecer, akibat hukuman itu ia mendapatkan tugas yang lumayan banyak, dari matematika hingga biologi.

"Shhh banyak amat si ah, puyeng kan jadinya." Gerutu (namakamu).

Seandainya ia tidak terlambat ia tidak akan di hukum dan tugaspun tidak akan sebanyak ini. Ngomong-ngomong hukuman, ia teringat akan perlakuan manis Iqbaal.

Iqbaal yang ia kenal dingin, cuek, berwajah datar ternyata tidak seperti itu jika dengannya. Lamunannya tentang Iqbaal terhenti saat ia mendengar suara yang berasal dari ponselnya.

Tring.

From : Iqbaal.

Belajar yang bener, jangan mikirin saya terus hehe.

Kening (namakamu) menyerit pertanda bingung, bagaimana bisa Iqbaal tahu bahwa ia memikirkannya. Lagi-lagi ponsel (namakamu) berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Tring.

From : Iqbaal.

Gausah bingung saya tahu dari mana, saya ramal besok kita ketemu di gerbang depan sekolah hehe.

Lagi-lagi (namakamu) dibuat bingung oleh Iqbaal, laki-laki itu selalu tahu apa yang ia alami.

"Ah mungkin ka Iqbaal hanya iseng." Gumam (namakamu).

(namakamu) melirik arloji yang berada di meja nakas nya. Jarum jam menujukan pukul 21.08 wib.

"Jam sembilan, eh anjir tugas gue." Ringis (namakamu).

Lagi-lagi Iqbaal membuat dunia nya terhenti, Iqbaal selalu bisa membuat ia lupa diri. Akhirnya ia kembali berkutat dengan catatannya, ia sesegera mungkin mengerjakan tugas yang tertunda itu.

Paginya (namakamu) sudah siap untuk berangkat, seperti biasa ia menggunakan angkutan umum, awalnya ayahnya mengajak berangkat bersama namun ia tahu kantor ayahnya berbeda arah dengan arah sekolahnya.

Dengan hati-hati ia turun dari angkutan tersebut, lalu menyebrang dengan pak Ujang, satpam SMA Nusa Harapan, baru saja ia mau memasuki gerbang sekolah, ada suara motor yang ia kenali.

Tin tin.

Suara motor itu tidak asing lagi bagi (namakamu), itu suara motor milik Iqbaal.

"Selamat pagi kamu. Kamu si pemilik senyum kesukaan saya." Sapa Iqbaal dengan senyumannya.

(namakamu) tersenyum tipis melihat Iqbaal dengan jaket denim belel yang selalu di pakainya.

"Pagi juga kak."

"Ramalan saya benar kan, kita bertemu di gerbang sekolah." Ujar Iqbaal dengan wajah polosnya.

(namakamu) terkekeh kecil melihat wajar polos Iqbaal.

"Aku kira cuma kebetulan aja kak."

Iqbaal tertawa kecil mendengar ucapan (namakamu).

"Kamu gatau saya siapa?" Tanya Iqbaal.

(namakamu) terdiam, apa maksud dari pertanyaan Iqbaal tersebut.

"Saya Iqbaal Dhiafakhri, si pecandu rindu juga sang peramal." Ujar Iqbaal dengan cengiran khasnya.

"Bukannya kata kak Iqbaal rindu itu berat, lalu kenapa kak Iqbaal jadi pecandu rindu?" Tanya (namakamu) dengan polosnya.

Lagi-lagi Iqbaal terkekeh kecil, (namakamu) sangat lucu menurutnya.

"Rindu memang berat, menyiksa pula tapi dengan rindu saya bisa mengerti, pertemuan yang di dasarkan rindu akan jauh lebih bermakna, rindu pula yang mengajarkan saya apa artinya bersabar."

Penjelasan Iqbaal membuat (namakamu) tertegun, ia baru tahu bahwa Iqbaal orang yang pandai dalam merangkai kata menjadi kalimat yang indah.

"Tadi kata kak Iqbaal kakak sang peramal kan? Wah hebat, ramal aku coba?" Tanya (namakamu) dengan polosnya.

Iqbaal terkekeh, ah gadis ini selalu tahu cara membuat ia tertawa maupun tersenyum.

"Saya ramal kalau kamu akan jadi milik saya." Ujar Iqbaal.

(namakamu) terdiam, pipi nya merona akibat ucapan Iqbaal.

"Ah apa sih kak hehe."

Iqbaal lagi, lagi, dan lagi terkekeh.

"Kamu engga percaya? Lihat saja nanti, ya sudah saya ke parkiran dulu ya? Kamu tunggu sini." Ujar Iqbaal.

(namakamu) hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Iqbaal.

"Ayo kita ke kelas bareng." Ajak Iqbaal.

Akhirnya Iqbaal dan (namakamu) berjalan bersama, mereka menjadi pusat perhatian murid-murid yang berada di koridor.

Iqbaal maupun (namakamu) tidak memperdulikan tatapan murid-murid yang berada di koridor tersebut.

Tak terasa sekarang mereka berdua sudah berada didepan kelas (namakamu). Otomatis mereka menjadi pusat perhatian teman-teman sekelas (namakamu).

"Sana masuk, belajar yang bener ya, jangan jadi nakal kaya saya, biarin saya aja yang begini, kamu jangan. Ohiya semangat belajarnya ya." Ujar Iqbaal.

(namakamu) mengangguk mengerti.

"Iya kak, makasih semangatnya hehe, kakak juga ya, semangat belajarnya, jangan bolos mulu hehe." Ujar (namakamu) dengan cengirannya.

Iqbaal tersenyum lalu mengangguk mengerti.

"Yaudah saya pergi dulu."

Lagi-lagi (namakamu) mengangguk mengerti, saat ia hendak memasuki kelasnya, Arra sahabatnya sudah di ambang pintu dengan wajah bingungnya.

"Lo harus cerita."

(namakamu) memutar bola matanya jengah.

"Apa yang harus di ceritain?" Tanya (namakamu).

Arra mendengus sebal.

"Kenapa bisa bareng kak Iqbaal?" Tanya Arra.

"Kita cuma ketemu di depan aja ra." Jelas (namakamu).

"Kirain janjian." Celetuk Arra.

(namakamu) mendengus sebal ketika Arra berbicara seperti itu.

"Ya engga lah gila aja lo."

"Kan kirain nyett."

Tidak lama Miss Anne datang dengan membawa beberapa buku juga beberapa lembar kertas.

Pelajaran di mulai dengan kidmat, tidak ada yang berani berbicara jika di depan sudah ada guru.

Tik tok tik tok.

Kring.

Semua murid bernapas lega saat mendengar bel berbunyi dengan tenang.

"Sampai disini dulu materi saya, sampai bertemu kembali minggu depan, selamat siang" Ujar Miss Anne.

"Siang miss."

(nanakamu) dan Arra berlajan menuju kantin, Arra terus berceloteh tentang Iqbaal itu.

"(nam..) lo harus sadar jangan terlalu seneng deket sama kak Iqbaal, yang deket sama kak Iqbaal bukan hanya elo, banyak memang yang suka kak Iqbaal, contohnya kak Vanesha, apa lo engga takut, kak Vanesha itu terkenal dengan kenekatannya, gue gamau lo kenapa-napa." Jelas Arra.

(namakamu) terdiam, ia terlalu senang dekat dengan Iqbaal hingga ia melupakan resiko dekat dengan cowo terkenal seperti Iqbaal.

"Lo engga usah khawatir ra, gue bisa jaga diri kok." Ujar (namakamu) meyakinkan.

"Yaudah, gue tau lo bisa jaga diri, kalau ada apa-apa cerita ya?"

(namakamu) tersenyum lalu mengangguk. Ia mengerti sahabatnya takut terjadi apa-apa, tapi ia yakin Iqbaal tidak seperti apa yang Arra pikirkan.

________________________________

Bersambung......

Terimakasih untuk yang sudah vote maupun komentar :) maaf jika ada kesalahan kata maupun kesalahan dalam kepenulisan, saya masih amatir masih banyak belajar, jangan lupa vote dan komentar :)

Badboy [1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang