Eight !

471 65 5
                                    

Jangan lupa voment :)









.











.















.

















Jinyoung memberhentikan mobil Jeno yang tengah berjalan keluar gerbang sekolah tersebut. Jeno pun menghentikan laju mobilnya dan membukakan pintu mobilnya agar Jinyoung bisa masuk.

"Nebeng ya, Bro!" ujar Jinyoung sambil menaruh tas nya di dashboard mobil Jeno.

"Siap!" sahut jeno mulai menjalankan mobilnya kembali "Tumbenan lu ga bawa mobil"

"Lagi di bengkel" jawab Jinyoung singkat.

"Terus, cewe lu kemana?" tanya Jeno, tak tega menyebut Eunbin sebagai 'babu'.

"Dia dianter kakaknya tadi" jawab Jinyoung.

Jeno mengangguk. Ia mulai memperhatikan jalanan yang ada di depannya.

"E..eh, itu Siyeon bukan?" tanya Jinyoung menunjuk seorang gadis yang sedang duduk di kursi dekat halte sambil memainkan ponselnya.

"Eh, iya juga, ya" sahut Jeno menjalankan mobilnya mendekati tempat Siyeon duduk.

Setibanya dihadapan Siyeon, Jeno membuka kaca mobilnya, dan berteriak "Eh, Yeon! mau nebeng ga lu?!"

Siyeon menoleh kemudian mengangguk dan berjalan ke arah mobil Jeno. Gadis itu membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang dan Jeno kembali menjalankan mobilnya.

"Lu tadi nunggu siapa, Yeon?" tanya Jeno.

"Ga nunggu siapa-siapa" jawab Siyeon.

"Lah, lu ga niat pulang?" kali ini Jinyoung yang bertanya.

"Enggak. Males"

Jeno dan Jinyoung saling tatap.

"Lah, terus nanti gue kudu bawa lu kemana?" tanya Jeno heran.

"Kemana aja lah. Asal jangan bawa gue pulang"

Jeno pun mengangguk, sementara Jinyoung masih tidak habis pikir.

"Makasih ya, No" ucap Jinyoung ketika mobil Jeno sudah berhenti di depan rumahnya.

"Yoi!" sahut Jeno. Setelah Jinyoung turun, Jeno kembali menjalankan mobilnya. Kini, hanya tersisa Jeno dan Siyeon di dalam Mobil.

"Terus, kita kemana sekarang?" tanya Jeno.

"Kemana aja lah, atau ke rumah lu juga gapapa" balas Siyeon. Ia benar-benar malas memikirkan rumahnya sekarang.

Jeno mengangguk dan menjalankan mobilnya kearah rumahnya. Suasana canggung mulai tercipta di dalam mobil Jeno. Sebenarnya, Jeno ingin bertanya perihal mengapa Siyeon tak ingin pulang ke rumahnya, namun lelaki itu takut membuat Siyeon kesal. Akhirnya, mereka hanya diam selama perjalanan.

"Rumah lu gak ada ortu lu, No?" tanya Siyeon setibanya di rumah Jeno, dan mendapati rumah Jeno yang sepi layaknya rumah tak berpenghuni.

"Ortu kerja di Los Angeles. Di rumah cuma ada gue, sama pembantu" jawab Jeno.

Siyeon mengangguk.

"Lu kalo mau istirahat di kamar kakak gue aja" ujar Jeno menunjuk sebuah kamar yang ada di samping kamarnya.

"Kosong?" tanya Siyeon memastikan.

"Kosong. Kakak gue lagi kuliah di London. Dia cewe kok" jawab Jeno.

Siyeon mengangguk dan masuk ke dalam kamar kakak Jeno.

Entah mengapa kini ia merasa tak enak hati dengan Jeno karena telah meminta untuk tinggal di rumahnya. Efek karena ia benar-benar malas mengingat rumahnya-ayah-dan ibunya, Siyeon jadi berbicara yang tidak-tidak.

***

Nakyung menggenggam pulpennya dengan erat, dan matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Ia tengah mencari inspirasi untuk mengerjakan PR kimianya.

Namun, tiba-tiba, pikirannya melayang ke kejadian tadi pagi. Ia teringat buku notes kecilnya yang tertinggal di mobil Jisung kemarin. Segera Nakyung mengambil buku itu di dalam tasnya dan mulai melupakan PR nya.

Nakyung membuka satu persatu lembar buku notes-nya. Isinya masih sama dengan sebelum buku itu tertinggal di mobil Jisung—hanya goresan-goresan tinta pulpen yang membentuk sebuah tulisan berisi curahan hatinya yang tidak begitu penting.

Namun, ada satu hal yang menarik indra pengelihatan Nakyung ketika dia membuka lembar terakhir di bukunya.

Ada sebuah tulisan dari pulpen—yang ia yakini sebagai tulisan Jisung.

Nakyung mulai membaca tulisan itu.



A million stars up in the sky

one shines brighter i can't deny

A love so precious a love so true

a love that comes from me to you

The angels sing when you come near

within your arms i have nothing to fear

You always know just what to say

just talking to you makes my day

I love you with all of my heart

together forever and never to part









Nakyung tersenyum sendiri membaca tulisan itu, entah ia menyadarinya atau tidak.

Namun, senyumnya memudar kala ia mengigat satu hal.

Sejak kapan Jisung pintar membuat puisi?

***

"Iya, ada apa, Ma?"

tanya Seoyeon setelah mengangkat panggilan suara dari Mamanya tersebut. Awalnya ia merasa heran, tumben Mamanya menelpon? Seoyeon pikir perempuan itu sudah melupakan anak gadisnya karena sibuk kerja di luar kota—yang sampai saat ini Seoyeon tak tahu apa pekerjaannya.

"Mama udah ketemu sama Papa. Kamu mau nyusul Mama ke sini?"

Seketika, ponsel Seoyeon yang berada di genggamannya jatuh begitu saja ke sofa yang kini tengah ia duduki.

Seoyeon tak habis pikir. Bagaimana bisa Mamanya tersebut masih mau mencari keberadaan Papanya yang tak bertanggung jawab itu?

Untuk apa Seoyeon menyusul Mamanya ke luar kota?

Dan, untuk apa pula Seoyeon menemui Papanya?

Seoyeon merasa tak perlu hidup tanpa Papanya.

Apakah ada yang bisa menjamin kebahagiaan Seoyeon jika gadis itu hidup bersama Papanya?

Seoyeon rasa tak ada.

Seoyeon menangis detik itu juga, mengabaikan ponselnya yang masih terhubung dengan ponsel Mamanya. Ia sudah tak ada gairah untuk menjawab panggilan itu.

Rasanya, ia ingin kembali ke masa lalu dan menghancurkan kejadian di masa lalu yang membuatnya kini di cap sebagai 'anak haram'

Persetan dengan kebahagiaan Mamanya yang kini sedang bertemu dengan Papanya
















Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now