Two !

959 122 52
                                    

Don't forget to vomment y'all


.


.




.





"Loh, belum pulang, Yeon?" tanya Jeno ke Siyeon yang lagi mainin hpnya didepan gerbang.

Siyeon noleh, terus geleng-geleng "Gue lupa kalo hari ini gue piket. Jadi gue di tinggal ama Chaeyoung. Padahal tadi mau nebeng, anjir"

"Lah, terus, lu nunggu siapa?" tanya Jeno yang masih tetep stay di motornya.

"Gue lagi pesen gojek nih" jawab Siyeon sambil nunjukin layar hp nya yang lagi nampilin aplikasi gojek.

"Cancel. Bareng gue aja" ujar Jeno "Sayang duitnya"

Awalnya Siyeon ragu. Namun, melihat harga yang terpampang gojeknya itu lumayan menguras uang saku hariannya, akhirnya Siyeon mengangguk dan memilih men-cancel gojeknya kemudian ikut pulang bareng Jeno. Beruntung rumah mereka searah.

"Makasih ya, Jen" ucap Siyeon setelah ia turun dari motor Jeno.

Jeno ngangguk " Sans aja" balas Jeno.

"Gue ga harus ganti bensin lu kan?" tanya Siyeon hati-hati.

"Ya enggak lah, ngapain gue nyuruh lu cancel gojek lu kalo ujung-ujungnya gue nyuruh lu bayar bensin"

Siyeon tertawa pelan "Ok ok. Sekali lagi, thanks, ya"

"Iya, sama-sama. Gue duluan"

"Hati-hati di jalan"

Setelah Jeno sudah menghilang di belokan gang, Siyeon masuk ke dalam rumahnya yang sebenarnya sudah malas ia tempati.

"Pulang sama siapa kamu?" tanya—ralat—bentak Papa Siyeon begitu anak gadisnya memasuki rumah.

"Temen, Pa" jawab Siyeon jutek.

"Cowo?" tanya Papa Siyeon masih dengan nada yang keras. Siyeon mengangguk pelan.

"Siapa yang nyuruh kamu pulang sekolah bareng cowo, ha?!" bentak Papa Siyeon membuat gadis itu emosi.

"Apa salahnya sih, Pa pulang bareng temen cowo?" tanya Siyeon frustasi.

"Papa ga pernah yang ngajarin kamu untuk jadi cabe!!"

Siyeon bener-bener tertohok denger bentakan Papanya itu. Ia mengepalkan tangannya. Air matanya sudah mulai menetes.

"Terus, aku harus sebut Papa yang tiap hari bawa pulang cewe-cewe asing dengan sebutan apa?!!" teriak Siyeon. Tepat setelah ia berkata demikian, tangan besar Papanya mendarat di pipi kanannya.

"Berani kurang ajar ya kamu sama Papa?!"

"Orang kayak Papa itu udah gak pantes Siyeon sebut Papa!!" kemudian, tamparan kedua mendarat di pipi kirinya.

"Siyeon benci Papa!!" Bentak Siyeon kemudian pergi keluar rumah. Ia sudah tak tahan dengan perlakuan Papanya tersebut.

***

Tangan Seoyeon bergetar. Ia baru saja—dengan tidak sengaja—membunuh Hyeyeon—teman sekelasnya—menggunakan pisau berujung tajam yang kini sudah menancap di bagian perut Hyeyeon.

Seoyeon menutup mulutnya. Ia belum sepenuhnya percaya dengan apa yang telah ia lakukan, sampai tiba-tiba terdengar suara yang memanggil nama Seoyeon dari luar diiringi suara bel yang dipencet berkali-kali.

Dengan cekatan, Seoyeon menyembunyikan mayat Hyeyeon di semak-semak halaman belakang apartementnya kemudian mencuci tangannya dan berjalan menuju halaman depan. Berakting seolah tak terjadi apapun.

"Oh, Siyeon. Pantes ribut amat. Ngapain lu ke sini?" tanya Seoyeon to the point.

Siyeon dengan lancangnya masuk kedalam apartement Seoyeon, dan duduk di kursi tamu. Memang, kalau ada masalah, tempat kaburnya pertama adalah apartement Seoyeon, karena paling dekat dengan rumahnya.

"Bokap marahin gue lagi"

Seoyeon mengangguk paham. Memang, hampir semua teman sekelas Siyeon tau kalau Siyeon itu anak broken.

"Bentar ya, gue buatin minum dulu" ucap Seoyeon, dan dibalas anggukan oleh Siyeon.

5 menit kemudian, Seoyeon datang membawa dua gelas es sirup melon dan satu kaleng biskuit.

"Santai dulu, tenangin pikiran lu, jangan dibawa emosi mulu" ujar Seoyeon saat melihat Siyeon menghabiskan minumannya hanya dengan sekali tenggak.

"Abis gue kesel njir" balas Siyeon menghembuskan napasnya kasar "Masa gue dibentak, ditampar dan dikatain cabe cuma gara-gara gue pulang bareng Jeno doang. Padahal tiap Hari dia bawa pulang cewe, beda-beda pula"

"Yang sabar ae, Yeon. Orang kayak gitu belom pernah ngerasain azab aja" balas Seoyeon sambil menepuk pundak Siyeon.

***

"Ayang Nensiii, tungguin aa' napa!" seru Felix sambil berlari mengejar Nancy yang sudah berjalan jauh didepannya.

"Jalan lu kayak cewe ah, lelet!!" sembur Nancy kesal.

"Ya, lu nya aja kali yang jalannya kecepetan kaya atlet marathon" seru Felix yang mulai menyamakan langkahnya dengan Nancy.

"Bodo Lix, bodo" balas Nancy, kemudian menautkan tangannya pada tangan Felix, dan mereka pun berjalan bersama menuju kelas.

"Hey, Nancy!" seru seorang lelaki membuat Nancy menoleh dan melepaskan gandengannya dengan Felix.

"Eh, Hwall!!" seru Nancy girang.

Felix udah masang komuk males. "Mulai-mulai"

"Ih, yang, kenalin ini Hwall, mantan aku"

"Dah kenal" balas Felix jutek kemudian berjalan menuju kelasnya sendirian.

"Biarin aja, dia emang kek gitu orangnya. Ntar juga balik lagi bawelnya" ujar Nancy kemudian mengobrol bersama Hwall sambil berjalan ke kelas.

***

Pagi itu, di kelas 12-IPA-3—kelasnya Nancy, Eunbin, Jinyoung, Jaemin, Jeno dan Seoyeon—, pada heboh setelah denger berita kalo bakal ada murid baru di kelas itu.

"Eh, murid barunya cewe apa cowo?" tanya Yena pada Nancy.

"Cowo. Mantan gue pas SMP dia" jawab Nancy.

"Eh, serius lu?" tanya Rachel.

Nancy mengangguk.

"Yah, gue kira cewe" balas Sanha kecewa.

Gak lama kemudian, Pak Jongdae masuk ke kelas diikuti anak baru itu.

"Ya, hari ini kalian mendapatkan teman baru" ucap Pak Jongdae setelah memberi salam. Lalu, beliau mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan, nama saya Heo Hyunjoon. Panggil saja Hwall. Salam kenal semuanya"

"Ya, Hwall, kamu bisa duduk di samping—" ucapan Pak Jongdae terputus kala mata beliau berputar mencari bangku kosong "—Seungmin"

Hwall mengangguk dan kemudian berjalan menuju bangku yang ditunjuk Pak Jongdae.

"Gila, keren banget mantan lu, Nan. Gebet boleh?" bisik Yena.

"Terserah aja sih, gue udah ga ada rasa lagi sama dia ini" balas Nancy.

Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now