Twelve !

450 65 12
                                        

Voment yooo~


.



.


.






"Yeon, beliin gue minum lah. Aus nih" pinta Jaemin pada Seoyeon yang duduk dihadapannya.

"Beli sendiri. Punya tangan, punya kaki punya duit juga" jawab Seoyeon jutek sembari memainkan ponselnya.

'brak!' terdengar Jaemin memukul meja kantin itu dan menimbulkan bunyi yang nyaring "Lu lupa posisi lu di gue itu apa?!"

Seoyeon berdecak kemudian ia meletakkan ponselnya di meja dan mulai berjalan menuju stand minuman di kantin.

Sebenarnya Seoyeon malas memiliki predikat sebagai 'babunya Jaemin' karena dengan begitu, ia harus selalu dekat dengan Jaemin jika di sekolah dan itu adalah hal yang paling di benci Seoyeon setelah masalah keluarganya.

Jika saja bukan karena masalah Hyeyeon, dirinya tak akan mau menerima permintaan Jaemin.

Seoyeon meletakkan segelas es jeruk dihadapan Jaemin dengan kasar "Nih!"

Jaemin melirik ke arah es jeruk itu, kemudian menatap Seoyeon dengan sorot mata yang tajam "Siapa yang minta beliin es jeruk?!"

"Ya lu ga bilang minta beliin apa?"

"Ya tanya dong!" seru Jaemin kemudian mendorong es jeruknya ke hadapan Seoyeon "Ganti. Beliin es teh"

Seoyeon menarik napas dalam-dalam berusaha menahan diri untuk tidak kesal berhadapan dengan makhluk astral didepannya ini.

Jika Seoyeon adalah psycho, mungkin dia sudah memenggal kepala Jaemin detik itu juga.

Akhirnya, dengan langkah kasar, Seoyeon pun kembali berjalan menuju stand minuman untuk membeli pesanan Jaemin. Sedangkan si cowo tengah memamerkan senyum kemenangan saat ini.

***

"Serius Jin lu pacaran ama Heejin??" tanya Felix dengan suara kerasnya membuat sebagian pengunjung kantin menoleh kearah mereka.

"Sejutarius" jawab Hyunjin sebelum memasukkan potongan siomay kedalam mulutnya.

Felix menggelengkan kepalanya, tak habis pikir.

"Gue heran kok Heejin mau sama cowok modelan kek lu" ujar Jisung kemudian meminum colanya.

"Ya karena gue ganteng"

"Yeeeuu kepedean amat lu wer!" cibir Felix seraya melempari wajah Hyunjin dengan es batu

"Eanjir, itu jangan dilemparin, kena bibirnya aja ntar tambah jeding kasian Heejinnya" ucap Jisung membuat Felix tertawa keras.

"Kurang asem lu, Sung" umpat Hyunjin seraya menoyor kepala Jisung.

"Hyun...." suara itu membuat ketiga lelaki yang tadinya ribut langsung diem dan menoleh secara kompak kearah gadis yang tengah berdiri di dekat mereka.

"Eh? Heejin?"

Jisung dan Felix yang melihat pemandangan tersebut langsung berbisik-bisik.

"Mau duduk di sini?" tanya Hyunjin menunjuk kursi kosong disampingnya. Heejin mengangguk.

Felix dan Jisung yang mengerti akan situasi ini segera berdiri dari duduknya seraya membawa mangkuk bakso masing-masing.

"Cabut duluan ya bro!" seru Jisung.

"Kita tau lu lagi mau berduaan ama ayang beb" timpal Felix dan kedua lelaki itu pun tertawa.

Sementara Hyunjin kini tengah mengepalkan tangannya untuk menahan kesal. Jika sekarang lelaki itu sedang tidak bersama gadisnya, mungkin meja kantin dihadapannya kini sudah melayang ke wajah dua kawannya tersebut.

***

"Lo ga pulang lagi, Yeon?" Tanya Jeno yang hendak jalan menuju parkiran, namun langkahnya terhenti kala melihat Siyeon duduk sendirian di bangku taman sekolah.

Siyeon menoleh kearah Jeno lalu menggeleng "Males"

"Mau kerumah gue lagi?"

Siyeon membesarkan pupil matanya dan menggeleng pelan "Engga ah. Ntar lu kerepotan lagi kalo ada gue"

"Emang gue ada bilang kalau lu ngerepotin gue pas di rumah?"

"Hm, engga sih, cuma ngga enak aja" jawab Siyeon seraya menggaruk tengkuknya.

"Engga Yeon, lu ga ngerepotin. Gue malah seneng lu main ke rumah gue" ujar Jeno.

Siyeon menatap Jeno dengan tatapan aneh seakan barusan Jeno mengatakan hal yang janggal.

"Eh, maksud gue kan kalau lu ke rumah gue, gue jadi ngga ngerasa kesepian lagi" ucap Jeno buru-buru menjelaskan sebelum Siyeon salah paham.

Siyeon mengangguk "Okelah. Gue ke rumah lu lagi" ujar gadis itu pada akhirnya.

Jeno mengangguk dan tersenyum tipis seraya berjalan menuju mobilnya diikuti Siyeon di belakangnya.

"Rumah lu emang tiap hari sepi gini ya, No?" tanya Siyeon begitu kakinya melangkah masuk ke dalam rumah megah milik keluarga Lee itu.

Jeno mengangguk kemudian berjalan menuju kamarnya "Lu kalau mau istirahat ke kamar kaka gue aja"

Siyeon mengangguk paham seakan sudah sering berkunjung ke rumah Jeno.

Malam itu, setelah makan malam, di kamar Kakak Jeno-yang Siyeon tahu namanya Lee Saerom itu-, Siyeon hanya menidurkan dirinya diatas kasur seraya memainkan ponselnya. Dirinya belum mengantuk padahal waktu sudah menunjukkan kalau beberapa jam lagi akan menuju waktu tengah malam.

Pukul 22.57

Siyeon sudah menguap, namun rasa kantuk tak kunjung datang. Apalagi di luar tengah turun hujan deras disertai angin yang membuat tubuh Siyeon seketika merinding.

Pet!

Gelap. Hanya itu yang Siyeon lihat sekarang. Siyeon rasa listrik tengah padam malam ini.

Tubuh Siyeon semakin merinding.

Gadis itu mengaku takut kegelapan semenjak dirinya dikunci selama tiga hari didalam gudang yang gelap 6 bulan yang lalu.

Dengan cepat, Siyeon mengirimi pesan kepada Jeno yang ada dikamar sebelah.

____________________________________

Siyeon

No, mati lampu ya?

Read

____________________________________

Siyeon semakin khawatir lantaran Jeno hanya membaca pesannya.

Namun, perasaan khawatirnya itu hilang ketika mendengar suara pintu terbuka.

"No?" tanya Siyeon memastikan.

"Lu takut gelap ya?" tanya Jeno balik seraya berjalan menuju kasur yang Siyeon tiduri.

"Iyaa" jawab Siyeon dengan suara bergetar, membuat Jeno semakin yakin.

Yakin untuk mendekati Siyeon yang tengah tidur di atas kasur kakaknya itu.

"Ga usah takut. Gue bakal nemenin lu disini sampe besok pagi"












Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now