Six !

562 73 7
                                    

Vote commentnya guys ~~






.






.






.











"Pagi Nancy-ku!" sapaan itu membuat Nancy yang baru saja keluar dari gerbang rumahnya terkejut. Sepagi ini Felix sudah datang ke rumahnya.

"Pagi juga, Felix" balas Nancy ragu. Perasaan kemarin Felix ngambek, kok sekarang udah baik-baik aja.

"Kamu masih marah sama aku, Yang? Maafin aku kemarin ninggalin kamu" rengek Felix pelan sambil mengayun-ayunkan tangan Nancy.

"Loh, yang harusnya nanya itu aku, kamu masih marah sama aku soal kejadian di kantin kemarin itu?" tanya Nancy balik seraya memegang tangan Felix.

"Ada gak sih sejarah aku marah sama kamu, Yang? Aku tuh ga pernah marah sama kamu, cuma kesel aja" jawab Felix, ditambahi cengiran di akhir kalimatnya.

Nancy memasang wajah datarnya "Sama aja, Lix"

Felix tertawa kecil "Eh, Yang, kemarin pulang bareng siapa?"

Nancy diam. Bingung harus bilang apa. Walau pada akhirnya dia berkata jujur "Kemarin tuh ya, Yang. Hp aku lowbat, terus mati. Jadi aku belum sempet telepon supir atau pesen grab. Dan, karena sore itu ada Hwall yang kebetulan lewat, akhirnya aku pulang bareng dia"

Felix memudarkan senyumannya di akhir kalimat Nancy. Dia diam. Bingung mau kesel tapi mereka baru aja baikan. Jadi, gimana?

"Yang? Kamu gak marah kan?" ayunan telapak tangan Nancy di depan wajah Felix tersebut membuat lamunan Felix terbuyar.

"Eh, enggak kok yang. Ngapain marah" balas Felix kemudian menarik lengan Nancy menuju motornya "Yuk, berangkat, nanti keburu telat"

***

Heejin kaget, sekaget kagetnya orang kaget yang dikagetin jadi makin kaget— audah, puyeng.

Mata Heejin udah melotot, dan kemudian dia teriak dalam satu tarikan napas "HYUNJIN!!!! KENAPA LO BISA DI KASUR GUEEE???!!!"

Hyunjin memutar tubuhnya dan menghadap ke Heejin kemudian ngomong dalam keadaan masih merem "Berisik. Udah tidur lagi aja"

Heejin yang masih ga terima dengan perlakuan Hyunjin yang dengan lancangnya tidur di kasurnya pun segera mendorong Hyunjin hingga lelaki itu terjatuh.

"Aduh!" rintih Hyunjin memegangi kepalanya yang terlebih dahulu menyentuh lantai itu.

"Siapa suruh tidur di kasur gue, ha?!" bentak Heejin sambil melempari Hyunjin dengan bantal.

"Sat. Reaksi lu udah kayak habis diapa-apain aja njir"

"Lagian semalem lo tidur di sofa kan?"

"Huh! Di sofa itu gue ga puas. Banyak nyamuk lagi. Terus juga gue ga bisa tidur kalo ga pake selimut, jadi gue tidur di kasur lu" jelas Hyunjin sambil memegangi lengannya dalam keadaan sudah duduk.

Heejin makin melotot mendengar penjelasan Hyunjin "Jadi lo semalem tidur pake selimut gue?!"

Hyunjin mengangguk.

Segera, lemparan bantal kedua mengenai wajah Hyunjin.

"Buset dah. Santai mba nya. Gue ga satu selimut ama lu kok" sewot Hyunjin, melempar kembali bantal Heejin hingga mengenai pemiliknya.

Heejin menatap Hyunjin heran. Ini yang harusnya marah siapa?

Karena kesal dan malas berdebat lagi, Heejin pun segera turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

"Eh, Jin!" seru Hyunjin.

"Hm?"

"Berhubung udah siang, mau mandi bareng?"

Dengan kecepatan kilat, Heejin berlari masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras. Dan, itu Hyunjin anggap sebagai jawaban 'enggak'.

***

"Chaeyoung?" gumam Haechan saat melihat seorang gadis—yang ia yakini sebagai Chaeyoung—tengah bersusah payah mendorong motornya.

"—eh, ngagetin gue lu, njir gue kira apaan" omel Chaeyoung saat mendapati Haechan tengah berada di sampingnya bersama motor kesayangannya.

Haechan menggaruk tengkuknya sambil nyengir "he he, sori"

Chaeyoung diam dan mengentikan langkahnya. Karena kedatangan Haechan, Chaeyoung jadi punya niatan buat nebeng Haechan. Tapi karena gengsinya melebihi batas, akhirnya dia cuma bilang "Eh dasar motor jelek. Gue bisa telat ini. Mana bengkel belum ada yang buka lagi"

"Mogok, Chae? Apa habis bensin?" tanya Haechan yang kini sudah turun dari motornya.

"Tau dah. Perasaan baru kemarin gue isi bensin. Full lagi" jawab Chaeyoung.

Haechan terdiam. Memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang "Hmm, lu bareng gue aja ke sekolahnya, gimana?"

Chaeyoung diam. Berpikir sejenak "Lah, terus motor gue gimana?"

"Tinggal dulu disini aja. Ntar siang kita bawa ke bengkel" jawab Haechan. Kemudian tiba-tiba dia salting, menyadari bahwa barusan ia menyebut kata 'kita'. Takut respon Chaeyoung negatif.

"Oh, yaudah deh" Chaeyoung menganggukkan kepalanya dan mengikuti Haechan naik ke motornya. Haechan bernapas lega. Ia kini merasa senang bisa berangkat ke sekolah bareng gebetan.

***

"Asek bosku. Mau juga lu berangkat bareng Haechan" sapa Nakyung yang melihat Chaeyoung turun dari motor Haechan tadi.

"Motor gue mogok, njir. Tadi di jalan ketemunya ama dia. Yaudah, terpaksa gue nebeng dia" balas Chaeyoung malas

"Halah, terpaksa-terpaksa juga ujung-ujungnya mau kan" cibir Nakyung tertawa kecil melihat muka Chaeyoung yang udah sepet.

"Nakyung?"

Gadis yang disebut namanya itu sontak menghentikan tawanya dan menoleh ke sumber suara.

"Eh, Jisung? Ada apa?"

Jisung mengulurkan tangannya dan mengambil tangan Nakyung kemudian menaruh notes book kecil di telapak tangan Nakyung "Punya lo. Kemarin ketinggalan di mobil gue"

Nakyung menatap buku kecil ditangannya itu dengan tatapan heran.

"Oh, makasih" jawab Nakyung pelan.

Jisung mengangguk "Gue duluan ya"

"Oh, ok ok" balas Nakyung kemudian kembali melihat buku catatannya.

"Heran gue. Perasaan kemarin gue taroh di dalam tas deh" gumam Nakyung.

"Kelupaan kali lu kalo ngeluarin, terus jatuh di mobilnya Jisung" balas Chaeyoung memberi argumen.

"Iya kali ya" ucap Nakyung kemudian menaruh buku kecilnya di dalam tasnya.

"Eh, btw, kemarin lu pulang bareng Jisung?" tanya Chaeyoung.

Nakyung mengangguk.

Chaeyoung tersenyum miring "Udah kemarin pulang bareng, terus tadi pegang-pegangan tangan" ujar Chaeyoung "Eh, PJ ya kalo dah jadi"

Nakyung memelototkan matanya "APAAN SIH!! Lu aja sana benerin hubungan lu ama Haechan!!" seru Nakyung mencoba memukul Chaeyoung, namun tidak tepat sasaran, karena Chaeyoung sudah lari menjauh.






















Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now