Voment juseyo :"))
.
.
.
"Bi, Nancy nya ada?" tanya Felix pada pembantu di rumah Nancy. Ya, sore itu Felix menyempatkan dirinya untuk menjenguk Nancy di rumahnya.
"Ada, di kamar, masuk aja"
Felix mengangguk dan kemudian masuk ke kediaman rumah Nancy yang selalu sepi ini. Iya, orangtua Nancy sibuk kerja di luar negeri. Tidak, bukan orangtuanya. Lebih tepatnya Ayahnya, karena Ibu Nancy sudah meninggal sejak Nancy masih kecil.
"Hai, Yang. Gima-" ucapan Felix terpotong kala melihat makhluk lain di kamar Nancy selain gadisnya itu.
Seketika senyumnya luntur.
"Hai, Yang"
"Hai, Lix" Sapa Nancy dan Hwall berbarengan.
Felix menjadi bingung. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Eung, gue ganggu, ya?" tanya Felix ragu.
"Engga kok, Yang, masuk aja. Lagian aku sama Hwall juga ga ngapa-ngapain kok"
Mendengar itu pun, Felix mengurungkan niatnya untuk keluar kamar Nancy.
"Yaudah, gue pulang dulu ya, Nan. Cepet sembuh" ujar Hwall seraya mengacak rambut Nancy pelan.
Dan, adegan itu dilakukan tepat di depan mata Felix. Ingin rasanya Felix teriak 'jangan sentuh cewe gua!' tapi urung, karena dirinya sedang tak mau membuat masalah kali ini.
Tepat setelah Hwall pergi, Felix langsung menduduki kursi yang sebelumnya diduduki oleh Hwall.
"Yang, gapapa kan?" tanya Nancy melihat ekspresi wajah Felix yang tak bersahabat.
Felix menarik napas kemudian membuangnya secara perlahan "Gapapa kok, Yang. Kamu sendiri gimana keadaannya? Masih pusing?"
"Ga kok, Yang. Udah agak mendingan. Tadi udah minum obat, sama disuapin makan sama Hwall. Dia yang maksa"
Felix menahan amarahnya dengan tersenyum kemudian membelai rambut Nancy dengan lembut, mencoba memaklumi.
"Oh iya, Yang. Aku lupa beliin buah buat kamu!" seru Felix tiba-tiba membuat Nancy tertawa kecil.
"Udah, gapapa, Yang. Kamu dateng ke sini aja udah jadi obat buat aku"
Perkataan Felix tersebut membuat Felix secara tiba-tiba mencium bibir Nancy.
"Gapapa, Yang. Biarin aku sakit, asal kamu cepet sembuh"
***
"Ada apa sih, Young?" tumbenan amat ngajak gue ke tempat ginian" tanya Eunbin. Matanya menatap sekeliling ruangan di café ini.
Ya, sepulang sekolah tadi, Jinyoung mengajak Eunbin pergi ke café yang ga jauh dari sekolah.
"Ya, ngajak lu makan, ga salah kan?" jawab Jinyoung.
Eunbin mengendikkan bahunya, tak berminat menjawab perkataan Jinyoung. Setelah itu Eunbin fokus pada ponselnya.
"Sejak kapan lu deket ama Sunwoo?" Jinyoung akhirnya buka mulut setelah beberapa menit terdiam.
Eunbin menatap Jinyoung dengan tangan yang masih memegang ponselnya "Ha? Sunwoo? Engga kok, ga deket banget"
"Ga deket apanya? Orang akhir-akhir ini gua sering liat lu bareng Sunwoo"
"Ya, lu liatnya pas lagi bareng aja kali" balas Eunbin tanpa menatap Jinyoung.
"Atau jangan-jangan lu pacaran ya sama Sunwoo?"
Eunbin membesarkan pupil matanya mendengarkan terkaan Jinyoung yang terlampau ngawur itu "Sembarangan lu kalo ngomong! Lu sendiri kan yang bilang kalau gue itu punya lu, ya ga mungkin lah gue pacaran sama yang lain!"
Jinyoung tersenyum mendengar cerocosan Eunbin barusan.
"Jadi, lu masih setia ama gue?"
Eunbin merotasikan bola matanya sebelum menjawab "Sebenarnya, gue udah bosen sih sama hubungan kita yang makin hari makin ga jelas ini. Gue sadar kalo sebenarnya lu itu cuma mainin gue. Maka dari itu, gue sempet mencoba menjauh dari lu. Tapi ternyata hati gue ga bisa jauh dari lu, Young"
Jinyoung sedikit tertohok mendengar Eunbin mengatakan bahwa dirinya hanya mempermainkan gadis itu. Dan detik itu juga, hati Jinyoung membantah.
"Eung, ini semua ga kaya yang lu pikirin, Bin. Iya, emang dari luar keliatannya gue cuma mainin lu, atau manfaatin lu, tapi sebenarnya maksud gue ga kaya gitu. Gue ngelakuin itu semua cuma biar bisa deket terus sama lu" ucap Jinyoung tulus sembari menggenggam kedua tangan Eunbin.
Mata Eunbin hampir berkaca. Oke, dia ngaku kalau sekarang dia lagi baper sama tingkah Jinyoung.
"Lu mau kan, jadi pacar gue?"
Okay, untuk pertamakalinya, Jinyoung akhirnya mau memperjelas hubungannya dengan Eunbin.
Seraya tersenyum, Eunbin mengangguk "Gue akuin, susah buat berpaling dari lu, Young"
***
"Permisi, kami dari kepolisian. Apa benar ini apartement saudara Lee Seoyeon?"
Seoyeon yang masih shock karena tiba-tiba apertementnya di datangi oleh beberapa polisi hanya bisa mengerjapkan matanya dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Dengan kaku, Seoyeon menganggukkan kepalanya.
"Bisa ikut kami ke kantor polisi?"
Seoyeon benar-benar terkejut dan takut. Ingin rasanya ia menampar pipinya dan berharap bahwa semua ini adalah mimpi.
Tapi takdir mengatakan lain. Ini bukan mimpi. Bahkan, sebelum menjawab pun, tangan Seoyeon sudah di borgol dan dibawa masuk ke dalam mobil polisi.
"Chaeyoung?" mata Seoyeon membesar kala melihat sosok Chaeyoung-yang tak lain adalah sahabatnya-berada di kantor polisi bersama ibu angkat Hyeyeon.
Apa maksud dari semua ini?
"Ya, silahkan duduk, saudari Seoyeon"
Mendengar intruksi tersebut, Seoyeon segera duduk diantara Chaeyoung dan ibu angkat Hyeyeon.
"Saudari Seoyeon, kami mendapat sebuah laporan bahwa saudari Hyeyeon sudah hilang sejak dua minggu yang lalu. Menurut Pelapor, terakhir kali, korban berkunjung ke apartement saudari Seoyeon, apa benar?"
Seoyeon mendongakkan kepalanya. Terkejut. Bingung. Haruskah ia menjawab dengan jujur?
"I..iya" jawab Seoyeon gugup. Ia sungguh takut dengan tatapan polisi tersebut.
"Lantas, mengapa Saudari Hyeyeon tidak pulang setelah dari apartement anda?"
Tubuh Seoyeon bergetar. Ia tak sanggup menjawabnya.
5 menit
10 menit
20 menit.
"Baik, jika anda belum bisa menjawab sekarang, untuk sementara anda bisa mendekam di rumah tahanan terlebih dahulu"
Siapapun, tolong. Seoyeon ingin pulang ke rumah!!
______
Muehehe, ini update an gw yg terakhir sebelum UTS. Gw bakal update lg setelah UTS. Jadi jangan di tunggu ya
/siapa juga yg nunggu/ :vHehehehehehehehehehe :"))
Okay, lanjut
Gw mau nanya, menurut kalian di cerita ini, siapa kapal yg paling kalian suka?? dan, kapal mana yang crack??
Di jawab ya. Maksa nih :v
YOU ARE READING
Secret || 00L [✔]
Diversos❝apakah rahasia itu akan selamanya tersimpan rapi ?❞ ©seonoora, 2017