Twenty Six !

283 36 1
                                    

Vote & Comment eaa




.



.




.




"Ih, Hyunjin!!! Tungguin aku!!" seru Yena mengejar Hyunjin yang melangkah dua kali lebih cepat didepannya.

Bukan mengurangi kecepatan langkahnya, Hyunjin justru mempercepatnya, berusaha menghindari Yena.

"Hyunjin!!"

Lelaki itu menoleh, terkejut. Tak menyangka bahwa Yena dengan sangat mudah dapat mengikuti langkahnya . bahkan kini gadis itu sudah memegangi lengan Hyunjin.

"Anterin aku pulang, ya?" pinta Yena.

Dengan kasar, Hyunjin melepaskan tangan Yena dari lengannya.

"Please, Hyunjin. Sekali ini aja" mohon Yena, kali ini dengan sedikit memaksa.

"Cukup Yena. Lu jangan ganggu-ganggu gua lagi. Belum puas lu bikin hubungan gue sama pacar gue hancur?!" bentak Hyunjin.

Yena tertohok. Raut wajahnya menjadi sedih, air matanya mulai berjatuhan. "Kamu ga ngerti ya sama perasaan aku!!"

"Buat apa gua ngertiin orang yang bahkan ga ngertiin gua?!"

Emosi Hyunjin semakin memuncak. Air mata Yena semakin deras.

"KAMU JAHAT!!"

"Jahatan mana sama elu yang udah ngarang cerita yang fitnah gua dan buat cewe gua salah paham?!"

"Cerita apa, Jin?"

"Ga usah muna lo! Lo kan yang udah cerita kalau gue pernah nganuin lo? Dan, cewe gua denger cerita lo terus dia minta putus!" seru Hyunjin.

Yena menyeka air matanya "Jadi, dia beneran percaya cerita gue?"

Hyunjin mengerutkan alisnya "Cerita lo itu bohong, kan?"

Yena tertawa pelan, membuat Hyunjin hampir mencekik cewe itu jika ia tak bisa mengontrol emosinya.

"Maksud lo apaan bikin cerita kaya gitu?!"

"Gua mau hubungan lu sama Heejin hancur dan lu jadi pacar gue. Puas?!" balas Yena.

Hyunjin menatap sinis. "Jangan harap gue mau pacaran sama nenek lampir kaya lu"

Setelah itu, Hyunjin melajukan motornya keluar pekarangan sekolah.

Yena tersenyum sinis "Ini belum berakhir, Hwang Hyunjin"


***



"Aduh, ssh.. Hwall, pelan-pelan" rintih Nancy menahan sakit.

"Iya, sebentar lagi selesai" ujar Hwall.

Ruangan UKS yang sepi tersebut memaksa Hwall untuk merawat Nancy sendirian. Maklum, penjaga UKS nya a.k.a Pak Ten sudah pulang beberapa menit yang lalu karena ini memang sudah pukul 5 sore.

Sore itu, Nancy mendapatkan musibah yang membuat Hwall harus ikut turun tangan membantunya.

Nancy yang harus menunggu Felix yang sedang latihan band bersama timnya itu, pergi ke perpustakaan untuk menghilangkan rasa bosan. Namun, di tengah-tengah ia membaca buku, Nancy mendapatkan panggilan alam yang mengaharuskan dirinya pergi ke toilet. Selesai urusan di toilet, naasnya, ia tersandung oleh tali sepatunya yang terlepas, ditambah lantai toilet yang licin memang mendukung, sehingga bertemulah lutut Nancy dengan lantai keramik yang sudah lama pecah. Nancy yang tak bisa apa-apa itu pun hanya merintih kesakitan, berharap ada yang menolongnya siapapun itu.

Dan pada akhirnya, tibalah Hwall yang baru dari toilet pria. Ia terundang karena mendengar suara desahan wanita yang menurutnya ambigu.

Begitu menemukan Nancy yang terduduk di lantai toilet dengan kaki yang baerdarah, Hwall segera menggendong Nancy sampai UKS, dan merawat luka Nancy.

"Hwall, ini sakit banget" keluh Nancy, air matanya sudah mengalir deras sejak tadi. Ia memang tidak pernah terbiasa melihat darah luka.

"Iya, tahan" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Hwall, padahal dirinya juga merasa panik, tapi ia mencoba untuk relax.

"Udah selesai" ujar Hwall setelah selesai membalut luka Nancy.

"Hwall, gue takut"

Mendengar itu, Hwall otomatis memeluk Nancy dan mengusap surai gadis itu. Menyandang status sebagai mantan pacar Nancy membuat Hwall paham sekali dengan gadis itu. Seperti saat ini, gadis itu pasti tengah ketakutan setelah melihat darah di lukanya yang cukup banyak tadi.

Hwall tahu, Nancy memiliki phobia terhadap darah luka karena trauma. Ketika masih kecil, Nancy menyaksikan sendiri tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya, karena ia ikut dalam mobil yang tertabrak truk itu. Namun, ia dan ayahnya selamat dalam kecelakaan itu. Dan, tragedi itu selalu membekas di benak Nancy hingga saat ini.

Disisi lain, Felix yang baru selesai dari latihan band nya berjalan di koridor mencari Nancy. Mengingat tadi sebelum berpisah gadisnya itu bilang ingin menunggu di perpustakaan, jadi Felix pergi ke perpustakaan. Namun hasilnya nihil. Felix mencoba menghubungi Nancy, tetapi ponsel gadis itu tidak aktif.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari Nancy keliling sekolah. Dan, Felix pun berhasil menemui Nancy di UKS dan tengah berpelukan dengan Hwall.

Emosinya seketika memuncak. Dengan brutal, Felix mendobrak pintu UKS dan langsung menarik Hwall yang tengah memeluk Nancy itu kemudian memberikan bogem mentah ke pipi mulus Hwall.

"BRENGSEK!! BERANINYA MELUK CEWE ORANG DI BELAKANG!!" bentak Felix ke Hwall yang kini tengah merintih sambil memegangi pipinya yang kini mengeluarkan darah.

"FELIX, KAMU APA-APAAN SIH??!!" teriak Nancy. Dirinya yang tengah menangis, air matanya semakin deras menatap kejadian di depannya ini.

"Laki-laki brengsek itu harus dikasih pelajaran, Nan"

"Hwall ga salah apa-apa, Lix!" seru Nancy. Suaranya mulai serak.

"Ga salah apa-apa kamu bilang? Meluk cewe orang di belakang itu kamu bilang ga salah?!" balas Felix. Tertawa meremehkan.

"Kamu ga tau apa-apa, Lix!!"

"Ga tau apa-apa gimana?! Ini semua udah jelas, aku liat—"

"Kita putus!" potong Nancy.

Felix melotot. Berharap ia salah dengar. Namun, raut wajah Nancy yang sama sekali tidak bersahabat itu mengatakan kalau yang didengarnya itu benar-benar nyata.

"Nan..." tangan Felix berusaha menyentuh lengan Nancy yang kini tengah bersusah payah turun dari ranjang UKS, namun segera ditepis oleh Nancy.

"Hwall, kamu gapapa kan?" tanya Nancy berjongkok di hadapan Hwall.

Hwall mengangguk sebagai jawaban. Kemudian ia berdiri dan membantu Nancy berjalan keluar UKS, meninggalkan Felix yang kini bagai orang bodoh, tak mengerti apa-apa.

Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now