Fourteen !

384 62 4
                                    

Voment ya gaes :))




.







.









.







Seoyeon memakai sepatunya dengan kecepatan kilat dan segera berlari keluar apartementnya. Pagi ini dia bangun kesiangan sebab selama semalaman dirinya menangisi hal tak penting.

Dengan cepat ia mengunci pintu kamarnya dan turun ke lantai paling bawah.

Alangkah terkejutnya Seoyeon saat dirinya tak sengaja berpapasan dengan Jaemin, dan mereka hampir saja bertabrakan di dekat pintu keluar.

"Ngapain lo kesini?!" tanya Seoyeon dengan nada sedikit keras.

"Jemput lo" jawab Jaemin dengan tampang polosnya yang sedetik kemudian berubah menjadi tampang terkejut kala maniknya menatap mata Seoyeon yang bengkak "Gila, nangisin siapa lu semaleman sampe mata lu bengkak gitu?!"

Seoyeon yang hampir saja mengusir Jaemin untuk menolak di jemput kini pun gelagapan "Kepo lu" sarkasnya kemudian.

"Berantem ama nyokap, ya?"

Ups, Seoyeon lupa kalau manusia dihadapannya ini adalah makhluk spesial yang dapat membaca pikirannya. Kalau seperti ini, sia-sia usaha Seoyeon untuk menyembunyikan segala masalahnya.

"Tenang, gue ga ember kok" ujar Jaemin yang sadar dengan perubahan raut wajah Seoyeon "Nih pake, biar mata lu yang bengkak gak keliatan orang lain"

Seoyeon menatap kacamata hitam yang disodorkan oleh Jaemin itu "Gak ah, ntar keliatan norak"

"Udah, pake aja biar lu ga ditanya-tanyain" ujar Jaemin akhirnya memakaikan kacamata hitam itu pada Seoyeon, kemudian menarik lengan gadis itu untuk berjalan menuju motornya.

***

Siyeon terbangun dari tidurnya dan reflek melihat jam di ponselnya yang tengah ia genggam.

06.19

Siyeon segera duduk dan mengumpulkan seluruh nyawa yang kabur saat ia tidur. Dan, Siyeon pun dibuat terkejut untuk kedua kalinya saat melihat Jeno tidur tepat di sampingnya. Reflek ia melihat ke tubuhnya yang kini terbalut selimut.

'Oh, masih utuh' batinnya lega.

Entah mengapa Siyeon berpikiran sejauh itu walau sesungguhnya ia tahu Jeno bukan pria brandal yang sembarangan memainkan perempuan, tapi siapa yang tahu pikiran liar lelaki ketika tengah berdua dengan lawan jenis, bukan?

"Ugh, jam berapa, Yeon?"

Siyeon tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara Jeno yang kini tengah mengolet.

"Enam lewat" jawab Siyeon singkat.

Reflek Jeno langsung bangun dari tidurnya dan turun dari kasur, kemudian keluar dari kamar kakaknya itu.

"Buruan mandi, nanti telat" ucap Jeno sebelum dirinya menghilang di balik pintu.

Sejujurnya Siyeon malas bergerak sekarang, namun mengingat pagi ini ia masih harus sekolah, dirinya pun memaksakan bangun dan mandi di kamar mandi dalam.

***

Hyunjin merasa bahagia kini dirinya di terima dengan senang hati oleh keluarga Jeon. Tak sia-sia usahanya untuk bangun pagi karena setibanya di rumah keluarga Jeon, dirinya ditawari sarapan yang tidak bisa ditolak olehnya. Bahkan mereka terlihat bahagia saat Heejin mengenalkan Hyunjin sebagai kekasihnya pada keluarga.

"Makan yang banyak ya, nak Hyunjin. Kebetulan pagi ini ibu masak banyak" ujar nyonya Jeon yang dibalas anggukan dan senyuman manis oleh Hyunjin.

"Abang heran deh, kok cowo seganteng kamu mau jadi pacar Heejin. Dia aja kalo tidur masih suka ngiler" ucap Wonwoo—kakak Heejin—dengan tanpa dosa.

"Ih, Abang!! Aaiib!!" rengek Heejin seraya memukulkan sendok di tangannya ke tubuh Wonwoo yang duduk di sampingnya.

Hyunjin tersenyum melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Apalah dirinya yang hanya anak tunggal sehingga tak dapat merasakan asiknya memiliki saudara.

"Suka ngiler aja udah cantik, Bang" celetuk Hyunjin membuat Wonwoo bersorak menggoda adiknya.

Meja makan keluarga Jeon pagi itu terasa lebih hangat karena kehadiran Hyunjin.

***


"Pagi Nakyung-ku!" sapa Jisung dengan cerah ketika dirinya berpapasan dengan Nakyung saat hendak memasuki gerbang sekolah.

Nakyung menatap sinis ke arah Jisung "Tau najis ga sung?"

Jisung yang ditanya balas tertawa ringan "Canda, Nyai. Jangan baper, oke?" ujar Jisung kemudian menepuk bahu Nakyung dan berlari menuju kelasnya.

Jujur, kaki Nakyung mulai melemas sekarang.

"Ciaa, pagi-pagi udah disapa Aa" goda Chaeyoung yang melihat kejadian barusan.

"Berisik!" balas Nakyung kemudian berjalan dengan cepat menuju kelasnya.

Entah memang kenyataan atau hanya perasaan Nakyung saja, Jisung sudah tidak canggung lagi kepada dirinya semenjak mereka jalan berdua tempo hari.

Tak mau ambil pusing, Nakyung melupakan kejadian barusan yang dapat membuatnya baper berkepanjangan ketika mengingatnya.

***

"Pagi, Bosku! Sendirian aje nih?" sapa Jinyoung menepuk bahu Felix yang sedang jalan sendirian di koridor.

"Iya Bosku. Ayang beb lagi sakit" jawab Felix dengan nada sedih "Lu sediri, mana bucin lo?"

"Tau dah, gue jemput dia tadi pagi katanya udah berangkat ama temennya" jelas Jinyoung.

Felix mengangguk paham. Beberapa detik kemudian, matanya menangkap sebuah pemandangan ganjil yang aneh dipandang mata.

"Young, itu Eunbin bukan?" tanya Felix memicingkan matanya seraya menunjuk sepasang manusia yang tengah berjalan menuju koridor "Sama Sunwoo, ya?"

Jinyoung langsung mengarahkan pandangannya menuju objek yang dimaksud Felix kemudian mengepalkan tangannya.

"Harap sabar bro, ini ujian" ujar Felix menepuk pundak Jinyoung yang kini tengah berapi-api.










Secret ||  00L [✔]Where stories live. Discover now