Jongin tersenyum sendu saat melihat Taeoh keluar dari pintu kedai mereka. Seharusnya hari ini mereka berlibur seperti rencana mereka. Namun bos dari tempat kerja Taeoh menghubungi Taeoh untuk bekerja. Jadi mau tidak mau rencana mereka harus tertunda.
"Jika kau tidak tega Taeoh bekerja kenapa kau tidak melarangnya saja,Jongin-ah" ucap Kang ahjumma yoeja parubaya yang bekerja di kedai bulbogi nya. Kang ahjumma hanya heran kenapa Jongin tidak melarang Taeoh bekerja jika Jongin tidak menyukai Taeoh yang bekerja paruh waktu.
"Aku hanya ingin memahami keinginan nya Ahjumma,Taeoh bekerja paruh waktu atas kemauananya sendiri. Jadi aku tidak bisa melarangnya. Meski aku sedih saat Taeoh lelah namun aku juga tahu lelahnya Taeoh ingin membuat ku bahagia.Taeoh ku ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk ibu nya. Padahal aku tidak menginginkan sebuah kado,cukup Taeoh sehat dan bahagia saja itu adalah kado terindah untukku" Jongin tersenyum manis lalu melanjutkan ucapannya.
"Jika Taeoh tidak bisa memahami ku yang aku tidaklah butuh sebuah kado,maka aku lah sebagai ibu yang harus memahami anak ku. Jika kami saling egois dengan keinginan masing-masing kami tidaklah akan sedekat ini""kau adalah ibu yang luar biasa Jongin-ah" ucap Kang ahjumma tulus
Jongin tersenyum manis
"Itu adalah tugas kita Ahjumma,Tugas seorang ibu. Memahami anak kita sendiri,karna anak adalah kekuatan seorang ibu"
.
.
.Waktu sudah menunjukan jam 11.00 pagi namun Haowen tidak ada niatan turun dari ranjangnya. Haowen lebih memilih bergelung dengan selimut tebalnya,dengan pikiran-pikiran yang masih berkaitan dengan masa lalu kedua orangtua.
Clek
Mendengar pintu kamarnya di buka Haowen semakin mengeratkan selimut yang membungkus seluruh badan ya.
merasakan ada pergerakan di samping pun tidak membuat Haowen ingin membuka selimutnyaGrep
Sebuah pelukan Haowen rasakan.
"Hao,belum bangun?" tanya lembut sosok yang memeluk Haowen
"Ini bahkan sudah siang,Mom tidak sarapan mom malas berhadapan dengan nenekmu" ucap sosok itu yang ternyata Irene itu."Hao" Irene mengusap lembut bahu Haowen
"apa yang mommy lakukan sampai detik ini,tidak membuat daddy mu menerima mommy. Apa karna dari awal mommy yang memaksa daddy mu menyeretnya kehidupan mommy?" Irene tersenyum kecut
"Mommy mencintai daddy mu apa itu salah? Cinta itu harus di miliki bukan? Terlepas dengan cara baik atau buruk. Hanya orang-orang bodoh yang menanggap 'cinta itu tidak harus memiliki,melihat dia tersenyum dan bahagia itu sudah cukup ' itu hanya pemikiran bodoh menurut mommy" Irene menutup matanya lalu tak lama membuka kembali matanya
"Dan ini cara mommy untuk mendapatkan daddy mu sampaikan kapanpun mommy tidak akan melepas daddy mu. Tidak peduli hubungan kita buruk di dalam yang penting pandangan orang di luar sana baik untuk kita" ucap Irene tersenyum kecilSementara Haowen berusaha menahan isak tangis.
Barulah tangis Haowen pecah saat Irene sudah keluar dari kamarnyaHaowen terus menangis di balik selimut,menangis nasibnya yang memiliki seorang ayah yang menyesali perbuatannya di masa lalu,lalu menangisi nasibnya pula yang memiliki seorang ibu yang hanya terobsesi kepada ayahnya,padahal jelas-jelas ibu nya tahu jika ayahnya terluka hidup dengan ibunya.
Haowen menangis,terus menangis dengan isakan memilukan. Kenapa? Kenapa kedua orangtua nya sibuk dengan kesakitan mereka tapi tidak melihat kesakitan Haowen.Haowen lelah,Haowen lelah berpura-pura bodoh tidak mengetahui hubungan tidak baik kedua orangtuanya,Haowen lelah selalu berusaha membuat orangtuanya bersama.
Dan di saat Haowen merasa ada kasih sayang dari sosok seorang nenek,di saat Haowen merasa masih ada sosok tempat nya bersandar Haowen harus mengetahui fakta jika mungkin saja Jaejoong sang nenek hanya mencintai karna merasa itu sudah tanggung jawabnya seorang nenek,bukan kasih sayang tulus dari seorang nenek kepada cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Daddy (END)
FanfictionSebanyak apapun luka yang kau torehkan,aku tetap dengan cinta ku padamu- Jongin Aku hanya baru menyadari jika aku menjatuhkan pilihan yang salah - Sehun Kebohongan itu membuatku ingin bertemu dengan mu dan Kebenaran itu juga membuatku bertambah in...