Bangun pagi ini Yoongi nampak cerah ceria. Ia tersenyum lalu tertawa-tawa kecil diatas tempat tidur sembari memeluk dan menciumi boneka kumamonnya, gemas.
Bagaimana tidak si manis mengingat kejadian menyenangkan semalam. Dimana Jimin menyusulnya ke kampus dan memberikannya jaket kulit yang masih tergantung rapih di pintu kamarnya.
Walau hal kecil ini tidak ada arti bagi Jimin, namun bagi si manis ini mengandung banyak makna. Dan menimbulkan dampak yang luar biasa menyenangkan.
Tak biasanya Yoongi bersenandung kecil sembari merapikan tempat tidurnya. Membuka jendela kamarnya lebar-lebar, menghirup udara pagi yang segar. Ini pertama kalinya ia melakukan hal-hal tersebut.
Ia segera membasuh wajahnya dan menyikat gigi, nanti saja mandinya kalau sudah mau berangkat ke kampus. Toh, ia tanpa mandi juga sudah wangi.
Selesai menyegarkan diri, si manis meraih jaket kulit Jimin yang tergantung di pintu. Jaket itu sudah kering, karena memang sifatnya yang mudah kering.
Ia kemudian melipatnya hingga rapih. Menciumi aroma khas Jimin, dan lagi-lagi tersenyum. Memeluk erat jaket itu seolah sedang memeluk yang punya. Yoongi berniat untuk mengembalikannya pagi ini.
Ia membuka pintunya. Suasana rumah hening. Bunda pasti sudah pergi ke toko rotinya, akhir-akhir ini banyak pesanan yang membuat Bunda kewalahan.
Yoongi menarik nafasnya perlahan kemudian menghembuskannya. Memantapkan diri untuk berhadapan dengan sang pujaan hati. Tangan kanannya terangkat hendak mengetuk pintu kayu di depannya.
"M-maahhh..." suara lirih itu menghentikan niat Yoongi untuk mengetuk pintu. Tangannya menggantung di udara. Dahinya mengkerut, yakin kalau dia barusan mendengar sesuatu.
"Maamaaa..." suara itu terdengar lagi. Berasal dari sumber yang sama. Di dalam kamar Jimin. Raut khawatir terpancar di wajah manis seorang Min Yoongi. Ia mengetuk pintu kamar Jimin perlahan.
"K-kakk Jimin?" Panggilnya dengan suara seperti bisikan.
Tak ada sahutan. Yang Yoongi dapat hanya Jimin yang kembali memanggil Mama-nya.
Ia memanggil sekali lagi, dengan nada yang agak keras dan ketukan pintu tak beraturan. Namun tetap nihil. Jimin tidak menanggapinya.
Memberanikan diri, Yoongi mencoba membuka pintu kamar itu. Di kunci. Yoongi menghela nafasnya. Pikirannya berkecamuk, bagaimana keadaan Jimin di dalam. Ide terlintas, kunci kamarnya dan bang Hosiki kan sama.
Dengan langkah tergesa ia mencabut kunci yang bergantung kumamon miliknya. Kemudian memasukkan kunci itu ke lubang pintu milik Jimin. Berhasil. Pintu terbuka.
Suasana temaram dengan penerangan hanya berasal dari lampu tidur. Jendela kamar masih tertutup rapat.
Di atas kasur terlihat seorang pemuda bergerak gelisah dengan mata tertutup. Seperti ia sedang bermimpi buruk. Yoongi mendekat dengan masih memperhatikan Jimin.
"Kak Jimin?"
"K-kak Jimin bangunn"
Si tampan masih tetap tak sadar. Tangan bergetar terulur untuk mengguncang tubuh si tampan. Yoongi menangkap bahunya dan menggoyangkannya perlahan. Si tampan tetap bergeming.
Jujur ia bingung saat ini. Jimin sulit dibangunkan dan tetap memanggil Mama-nya. Tak sengaja Yoongi menyentuh kulit lengan si tampan, panas. Suhu tubuhnya panas. Si manis kemudian mengecek kening Jimin dan benar saja ia demam.
Yoongi tidak tau harus berbuat apa, selama ini yang mengurusinya saat demam adalah Bundanya. Dan Bunda sedang berada di tokonya.
Menghubungi bunda.
Ia bergegas menuju kamarnya kemudian menekan tombol panggil pada kontak Bundanya. Tak ada jawaban, Bunda benar-benar sibuk.
Ia kembali ke kamar Jimin, si tampan tampak sama. Si manis mondar-mandir gelisah, apa yang harus ia lakukan. Ia tak tau cara merawat orang sakit. Yoongi membuka jendela kamar milik Jimin, mungkin hawa segar pagi akan berpengaruh dengan demam Jimin.
'Ayo mikir Yoongi!! Haduhh gue harus ngapain ini?!'
Mengingat-ingat apa yang Bundanya lakukan saat dirinya sedang demam. Ia melangkah ke dapur, mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres dan obat penurun panas yang ada di kotak p3k. Membawanya ke kamar Jimin.
Yoongi menaruh handuk kecil yang sudah basah itu diatas kening Jimin dan mengusapnya perlahan. Kira-kira begitu yang Bundanya lakukan.
Lalu minum obat?
Tapi bunda menyuapinya bubur dulu sebelum minum obat. Apa ia harus melakukan hal itu kepada Jimin?
"Apa perlu gue bikinin bubur ya? Tapi gatau caranyaa"
"Tapi kan kalo mau minum obat harus makan dulu"
Yoongi baru akan beranjak dari tempatnya saat pergelangan tangannya di tangkap oleh tangan lain. Jimin menahannya. Yoongi kaget dan menoleh mendapati mata si tampan terbuka sedikit.
Jimin menggelengkan perlahan kepalanya yang masih terbaring. "Gak usah." Ujarnya lemah dengan suara beratnya yang serak.
"T-tapi kak—"
"Temenin gue aja disini."
Yoongi bimbang sekaligus senang. Ia senang Jimin memintanya untuk menemani, namun ia juga khawatir kalau Jimin tidak makan, ia tak bisa minum obatnya.
Yoongi meraih tangan Jimin yang mencegahnya pergi tadi. Mengusapnya perlahan sembari tersenyum tulus.
"Kak, aku bikinin bubur dulu ya. Kakak harus minum obat biar cepet sembuh. Nanti aku kesini lagi." Yoongi menjelaskan selembut mungkin memberi pengertian.
Cengkraman itu melonggar. Akhirnya Jimin membiarkan si manis membuatkan bubur.
Lama berkutat dengan urusan membuat buburnya, akhirnya selesai juga. Yoongi sudah mencicipinya terlebih dahulu, memastikan kalau bubur buatannya enak dan layak konsumsi.
Ia membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air mineral ke kamar Jimin. Si tampan nampak terbaring lemas di peraduannya.
"Kak, ayo makan dulu." Si manis menaruh nampan tersebut di atas meja nakas. Meraih handuk kecil di kening Jimin dan menaruhnya di baskom berisi air. Membantu Jimin terduduk.
Yoongi menyerahkan buburnya kepada Jimin. Lelaki itu hanya menatap mangkuk bubur dan Yoongi bergantian.
"Makanlah, kak." Ujar Yoongi tersenyum manis. Dia mendudukan diri di tepi ranjang.
Jimin meraih sendoknya dan mencoba membawanya mendekati mulut. Tangannya bergetar, bubur yang berada di sendok tersebut tercecer mengotori selimut hitam miliknya.
"Aduh kak. Sini biar aku aja yang suapin." Dengan cekatan Yoongi mengambil alih sendok bubur dari tangan Jimin dan mengelap tumpahan bubur di selimut dengan tisu yang ada di atas nakas. Jimin hanya duduk diam dan memperhatikan segala perlakuan pemuda manis di hadapannya ini.
Suapan demi suapan hingga bubur tandas. Selama itu tak ada yang berbicara. Yoongi bungkam karena jantungnya berdebar tak karuan, sementara Jimin mencoba menahan kepalanya yang berdenyut.
Yoongi menyodorkan minum ke Jimin dan membantunya memegangi gelas. Kemudian membantu pemuda itu meminum obatnya. Jimin meringis merasakan kepalanya semakin berdenyut.
"Bisa gak pijat kepala gue?" Pinta Jimin.
Yoongi melongo dengan permintaannya. Sejurus kemudian mengangguk. Jimin membalikkan badannya, membelakangi Yoongi. Si manis dengan ragu menyentuh kepala Jimin dengan jantung berdebar.
Rasanya seperti seorang istri yang mengurusi suaminya saat sedang sakit.
Begitu menyenangkan,
sampai lupa kalau bisa saja setelah ini dirinya sakit hati lagi.
.
.
.
뿅~
Aduhh kak Jimin atitt:(((
Ada yungi kok yg urus:))
ga lama kan updatenyaa :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Fluffy | pjm x myg
Fanfiction[completed] Satu kamar kosong dirumah Min Yoongi dan tempat kost Jimin yang kacau, Sebuah kebetulan? Top!Jim Bot!Yoon