"Yoon, tunggu!"
Jungkook kini tengah berusaha mengejar Yoongi yang menghindar sejak pagi tadi. Mereka ada di kelas yang sama namun Yoongi tidak biasanya memilih tempat duduk berjauhan dengannya. Ditegur pun hanya mendeham dan tidak menatap Jungkook sama sekali.
Ada yang tidak beres dan di tutup-tutupi oleh sahabatnya ini. Ia harus tau itu.
Mereka memang sudah berteman sejak bayi, karena ibu mereka memang bersahabat. Namun begitulah Yoongi, selalu menutupi masalah yang ia hadapi. Memilih memendamnya sendiri, tanpa peduli jika menceritakan masalahnya dapat mengurangi beban hati.
"Yoon, tunggu!—" kali ini Jungkook berhasil meraih pergelangan tangan Yoongi dan menariknya, menyebabkan tubuh si manis berbalik menghadap dirinya.
"—lo kenapa sih?!" Pandangan Jungkook lurus menatap mata kucing milik Yoongi lekat-lekat. Ia sadar, ada yang berubah dari mata indah itu. Terlihat—membengkak?
"Lo—abis nangis, Yoon?" Ia yakin betul kalau sahabatnya ini habis menangis semalaman. Terbukti dari matanya yang membengkak dan wajahnya terlihat lebih lesu.
"E-engga." Yoongi menyahuti, dengan pandangan masih mengarah ke sembarang tempat, menghindari tatapan mengintimidasi Jungkook.
Kalau sudah begini, Jungkook terlihat seperti dominan. Sisi fluffy-nya benar-benar hilang.
"Gue tau lo abis nangis. Karena apa?—Jimin?" Rasanya Yoongi ingin menenggelamkan diri di kolam di taman kampusnya. Jungkook menyeramkan, sungguh.
Lebih menyeramkan dari kelinci yang direbut wortelnya.
"B-bukan, Kook."
"Kalo bukan, trus apa? Kenapa lo ngehindar? Kenapa lo gak mau natap gue, Yoon?" Cengkraman Jungkook sedikit melonggar. Yoongi melirik pergelangan tangannya ada bekas merah yang disebabkan jari-jari milik Jungkook.
"G-gue a-ada janji sama kak Sehun, Kook. Gue buru-buru." Balas Yoongi, terbata.
"Bohong. Gue tau betul kalo lo lagi bohong, Yoon. Kita ini sahabatan udah lama, lo masih gak mau cerita masalah lo ke gue?" Kini Jungkook memegangi bahu Yoongi dengan kedua tangannya. Berharap kalau si manis akan menatap wajahnya.
"G-gak ada masalah apa-apa, Kook. Seriusan."
Jungkook menarik Yoongi ke bangku dipinggir koridor. Kedua makhluk manis itu duduk berhadapan, Jungkook yang menatap si manis, dan Yoongi yang mengalihkan pandangannya.
"Yoon, liat gue—" tangan kanan milik Jungkook menangkup pipi kiri Yoongi lembut. "Tolong lo jangan kayak gini, gue ikutan sedih jadinya."
Yoongi perlahan mengangkat wajahnya. Menatap sahabat dari kecilnya yang tersenyum tulus padanya. Sudut bibir si manis perlahan membentuk senyuman sama tulusnya.
Yoongi mulai membuka suara, menceritakan kejadian semalam yang menyesakkan hatinya. Selama bercerita ia sekuat tenaga agar tak ada air mata yang kembali keluar. Jungkook prihatin dengan keadaan si manis yang seperti ini, ia dapat merasakan bagaimana hati seorang Min Yoongi yang teriris.
"Yoon, gue tau banget perasaan lo sekarang gimana. Dan gue juga gak tega ngeliat lo begini. Biasanya lo ceria—" Jungkook menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Kalo saran gue, mending lo move on. Terbukti sampe sekarang kak Jimin emang gak nunjuki rasa apa-apa ke lo. Sementara ada kak Sehun yang perhatian kan? Dan dia emang dari awal mau merjuangin lo, Yoon." Jungkook mengusap punggung sempit milik Yoongi, berusaha memberi kenyamanan terhadap si manis.
"Tapi, gue gak ada rasa sama kak Sehun, Kook. Dia udah gue anggep kayak kakak sendiri. Sama kayak bang Hoseok."
"Iya gue tau. Tapi coba deh, lo sedikit buka hati lo buat kak Sehun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Fluffy | pjm x myg
Fanfiction[completed] Satu kamar kosong dirumah Min Yoongi dan tempat kost Jimin yang kacau, Sebuah kebetulan? Top!Jim Bot!Yoon