chapter 15

7K 1.2K 329
                                    

Mood Jimin hari ini sangat buruk. Bagaimana tidak, saat di dapur pagi tadi Yoongi yang biasanya menyapa atau tersenyum manis padanya malah bersikap sebaliknya. Si manis tak berkata apapun. Ditanya Bunda hanya menjawab sekedarnya. Jimin merasa terabaikan.

Saat ini entah kenapa langkah kaki Jimin membawanya ke gedung fakultas Yoongi. Ada yang perlu dibicarakan pikirnya, namun apa yang mengganjal dihatinya ia sendiri tak tau.

Manik mata si tampan menangkap dua orang pemuda yang sedang bercengkrama melintasi koridor. Itu Yoongi dan Sehun.

Makin dekat saja rupanya mereka berdua.

Dengan langkah cepat Jimin menghampiri mereka. Melintas diantara dua pemuda itu, kemudian menarik lengan Yoongi secara tiba-tiba. Membuat si manis terkejut. Sehun dengan cekatan pula menahan Jimin yang hendak membawa Yoongi pergi.

"Wuzz apa-apaan lo?!" Kesal Sehun.

"Yoongi, ikut gue." Ucap Jimin menatap tajam si manis.

"Jangan paksa dong. Dia sama gue daritadi." Sahut Sehun.

"Bukan urusan lo." Jawab Jimin. Kini tatapan matanya beralih menatap tajam Sehun.

"Urusan gue lah, kalo lo nangisin dia lagi." Bantah Sehun, ia menarik tubuh Yoongi mendekat.

Tangan Jimin terkepal. Sebuah pukulan ia layangkan tepat di wajah tampan Sehun. Membuat Yoongi terpekik kaget dan Sehun yang mendapat serangan tiba-tiba terhuyung ke belakang.

Sehun yang tak terima membalas pukulan Jimin bertubi-tubi. Si tampan yang tersulut emosi lebih tak terima, ia menghajar Sehun tanpa jeda. Mencurahkan segala emosinya.

Yoongi mencoba memisahkan kedua pemuda itu, namun yang ada ia malah terdorong hingga terduduk di tanah.

Si manis tak menghiraukan rasa nyeri saat bokongnya mendarat tak mulus di tanah. Ia panik, tak tau apa yang harus dilakukan. Koridor sepi, ia bingung harus meminta bantuan kepada siapa.

"Stop kak—hiks—udah..."

Yoongi berusaha berdiri, kemudian menarik-narik lengan baju milik Jimin yang semakin beringas menghajar Sehun.

Jimin berhenti setelah melayangkan pukulan telak pada Sehun. Nafas pemuda itu terengah, manik matanya beralih menatap Yoongi yang berusaha menghapus air matanya.

Kedua tangan Jimin menangkap tangan milik Yoongi untuk ia turunkan dari wajah si manis. Ia menghapus sisa-sisa air mata yang ada di pipi berisi Yoongi.

"Yoon, ikut gue please." Kali ini tatapan Jimin melunak.

Yoongi menurut saja. Ia takut kalau Jimin akan semakin gencar memukuli Sehun yang sudah banyak lebam di wajahnya.

Si manis menoleh ke arah Sehun. Yoongi sebenarnya tak tega meninggalkan Sehun dengan keadaan memprihatinkan seperti ini. Akan tetapi pemuda itu mengangguk lemah, mengisyaratkan kalau ia tak apa.

Jimin membawa si manis ke taman tak jauh dari fakultas seni. Mereka duduk di bangku taman yang disediakan untuk mahasiswa duduk bersantai.

Keduanya terdiam. Tak ada yang ingin membuka percakapan.

Jimin masih mengatur nafasnya yang terengah. Keringat menetes dari pelipisnya dan sudut bibir yang berdarah. Yoongi melihatnya merasa prihatin.

"Yoon, gue mau minta maaf." Ucap Jimin, membuka percakapan. Yoongi menoleh ke arah Jimin yang sedang menatapnya intens.

Buru-buru Yoongi mengalihkan pandangannya lagi.

"Minta maaf buat apa, kak?" Jawab Yoongi pelan.

"Lo marah sama gue, maaf." Pandangan Jimin lurus tepat ke manik kucing milik Yoongi.

"Kak Jimin gak salah. Gak perlu minta maaf." Jawab Yoongi singkat.

"Tapi lo diemin gue. Lo marah kan?" Desak Jimin.

Yoongi ragu-ragu mengalihkan pandangannya menatap Jimin, "engga marah kak, untuk apa juga."

"Lo marah gara-gara di taman itu kan, Yoon?"

"Kak Jimin, untuk apa aku marah? Aku gak berhak marah ke—" ucapan Yoongi terhenti kala Jimin memajukan wajahnya dan mencuri kecupan di bibir semerah buah cherry milik Yoongi.

Si manis membeku. Tubuhnya tak dapat mencerna apa yang Jimin lakukan terhadapnya. Jantungnya berpacu kencang merasakan bibir tebal milik Jimin yang beraninya mencuri ciuman pertamanya.

Mata kucingnya melebar saat Jimin memberanikan diri untuk melumat bibir cherry itu. Dengan gerakan perlahan dan lembut agar Yoongi merasa nyaman saat ia mencecap bibir manis itu.

Ciuman Jimin semakin perdalam hingga keduanya terbuai. Sebelah tangan Jimin mulai berani melingkar indah di pinggang ramping milik Yoongi dan tangan satunya menangkup wajah Yoongi, menjelajah lebih dalam mulut manisnya.

Si manis dapat merasakan anyir darah yang berasal dari sudut bibir Jimin. Ia mengernyit, akal sehatnya seakan kembali menguasai dirinya. Refleks kedua tangan si manis mendorong dada Jimin dengan kuat.

Mereka terengah dengan tatapan saling mengunci manik satu sama lain. Jimin masih mendekatkan dirinya pada si manis, membuat kening mereka saling menempel. Keduanya mengatur nafas masing-masing. Si tampan tersenyum kecil, sebuah kecupan Jimin curi lagi dari bibir semerah cherry itu.





"Kak Jimin sayang dek Yoongi." Bisik Jimin tepat di depan bibir Yoongi.





Rona merah menjalar di pipi hingga telinga si manis. Mendengar pernyataan Jimin barusan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Tolong Yoongi butuh nafas buatan sebelum ia pingsan disini.















Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang patah hatinya lagi. Sosok itu tersenyum miris, melangkah pergi sebelum ia semakin sakit.












.
.
.
.
.
뿅~
Hiyaa^♡^
Dikit ya?:(( gaje banget lagi, aku aneh sendiri ngetiknya :(( gak romantis banget ah jiminnya :((

Tapi jimin ngegas byk yegak( ͡° ͜ʖ ͡°)

Aku kembali masuk kulyah jadi jarang bukain wattpad buat bikin cerita :((

Ice Fluffy | pjm x mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang