Pagi menjelang, yura masih saja meringkuk diatas tempat tidur nya, dia memang tidak berniat untuk bekerja hari ini. Dia terlihat sangan lelah karena menangis semalaman.
Semalam dia memberitahu asisten rumah tangga nya jika dia tidak bekerja hari ini karena sedang tidak enak badan, dia menyuruh asisten rumah tangga nya menelepon pagi ini kepada seteven atau johny.
Sungguh lelap tidurnya, karena kurang lebih dia barus saja tertidur 2 jam yang lalu karena keleleahan menangis terus menerus.
Berbeda dengan pria yang semalam membuat keadaan yura sangat kacau, dia menggeliat pelan didalam selimutnya iya, sebelum pergi yura masih sempat menyelimuti nya, di sangat baik bukan?
Pria iti terbangun dengan kepalanya yang masih pusing akibat dari alkohol. Dia seakan tersadar, dia telanjang dan melihat baju nya yang berserakan dimana-mana, dan sebuah hoodie?
"Hoodie siapa itu? Sepertinya aku pernah melihatnya? " dia hanya bergumam berusaha mengingat kejadian semalam, dan sekelebat dia teringat semalam dia berada di club milik james, terlalu banyak minum dan dia melihat bayangan seperti yura? Sahabatnya? Adik dari lay?
"Tidak, tidak mungkin. Apa aku telah merenggutnya? Arrgghhh shiy!! " dia berteriak frustasi dan mengacak rambut nya kesal ketika mengingat siapa pemilik hoodie itu, hanya dia yang mempunyai nya. Iya dia adalah Yura Zhang, adik sahabatnya, dan juga sahabat nya.
"Ini semua gara-gara perjodohan itu, jika saja mereka tidak memaksaku untuk menikah dengan anak teman nya. Arrghhhh sial!! " dia terus saja berteriak. Dia berpikir bagaimana jika lay tahu? Atau apakah dia akan membencinya, karena jika terjadi sesuatu dia tidak akan bisa bertanggung jawab, meskipun dia juga menyayangi yura. Oh Shit!! Masalah lagi. Umpat nya kasar.
Charlie beranjak dari tempat tidur membereskan pakaian yang berserakan dan mengambil hoodie itu, dia harus segera mandi karena akan terlambat ke kantor. Dan memikirkan seperti nya dia harus bicara dengan yura, iya dia harus bicara. Sialan. Entah umpatan yang keberapa kali yang dia keluarkan.
Di kediaman yura, dia masih bergelung didalam selimutnya meskipun sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.
Asisten rumah tangga nya sudah bolak balik membangunkan tapi dia tidak membuka pintunya, dia mengurung diri di kamar nya.
Hari ini lay akan kembali dari Cina dia mengambil penerbangan sore, seharusnya besok dia kembali tapi perasaan nya tidak enak sejak kemarin pikirannya hanya tertuju pada adik semata wayang nya.
Sedangkan di perusahaan, yang menghandle steven dan johny karena di beri perintah oleh yura yang mereka ketahui sedang tidak enak badan, perasaan kemarin dia baik-baik saja.
Mereka jadi khawatir, dan lagi mereka mendapat kabar bahwa kepulangan lay di percepat jadi hari ini, dan mereka bertugas untuk menjemputnya. Setelah pekerjaan selesai karena dia berangkat dari sana sore hari.
Ini sudah pukul 4 dan yura masih betah dengan mengurung diri didalam kamar, asisten nya sudah bulak-balik untuk memeriksa nya dan hasilnya nihil dia tidak membuka pintu sedikitpun, para asisten rumah tangga nya itu jadi khawatir dengan yura majikannya karena sepulang semalam entah dari mana dia langsung mengurung dirinya dikamar sampai sekarang.
Yura sudah bangun dari tidur nya tapi dia sedang menatap kosong kearah jendela seraya duduk di sofa yang berada di dalam kamarnya. Dia memikirkan bagaimana nasibnya kedepannya.
Sekarang waktunya steven dan johny menjemput lay, karena bos sekaligus sahabat nya itu sebentar lagi landing. Mereka begegas dan tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai.
Lay berjalan dengan menyeret koper miliknya seraya mengotak-atik ponselnya menghubungi seseorang dia sudah sampai, dan mereka menunggu diruang tunggu.
"Dimana yura? " pertanyaan itu yang terlontar setelah lay sampai di depan kedua pria yang sudah seperti adik baginya. Kedua pria itu saling berpandangan mengerinyit heran, seakan memberi kode satu sama lain, apakah yura tidak memberitahu lay? Tumben sekali. Gumam mereka berdua.
"Dia sedang tidak enak badan, hari ini kantor kita yang handle. " lay menaikkan sebelah alisnya bingung, tumben sekali adiknya tidak mengabari jika dia sakit, ini pasti ada yang tidak beres, lay tahu jika adiknya ada masalah dia akan menyimpan nya sendiri sebelum lay memaksa nya menceritakannya. Pantas saja perasaanku tidak enak sejak kemarin. Batin lay.
Mereka berlalu menuju kediaman lay sekalian mereka ingin melihat keadaan yura, apakah sudah lebih baik?
Sedangkan dikamarnya yura baru saja selesai membersihkan diri, badannya masih terasa nyeri. Dan juga dia sangat lemas. Setelah berpakaian dia keluar kamar, ternyata ada asistennya yang berdiri diluar kamar membawa nampan berisi bubur dan obat demam.
Yura mempersilahkan asisten rumah tangga nya masuk, dan dia menyuruh meletakkan nampan itu dimeja yang dekat dengan jendela. Kemudian asisten rumah tangga nya pamit kembali ke bawah, dia melangkah menuju meja untuk menyantap bubur itu dengan pandangan kosong dia menyuapkan satu sendok bubur itu.
Pikirannya masih melayang pada kejadian semalam, dia sudah lelah menangis sampai air matanya mengering dan dia hanya memasang wajah datar.
Lay dan kedua pria kembar berbeda ini sudah sampai di kediamannya, dan segera masuk dia ingin menemui yura, adik kesayangannya.
Asisten rumah tangga nya menunduk dengan kedatangan lay, dan cukup terkejut pasalnya dia memberitahu akan kembali besok.
Dengan langkah lebar dia menyeret koper nya dan meletakkan di pintu kamar nya, lalu beranjak membuka pintu kamar sebelah nya, iya itu kamar yura.
"Dek,.. " dengan hati-hati dia membuka pintu dan melihat adiknya sedang melamun dan tidak sadar akan kehadirannya. Dia berjalan pelan ke arah nya kemudian duduk disampingnya dan mengelus rambutnya, yura menoleh sedikit terkejut karena setahunya abang nya ini pulan besok siang, tapi sekarang dia sudah disini, disisinya.
Sedetik kemudian yura langsung memeluk kakak laki-lakinya dan meluncur sudah air mata yang sedari tadi entah kemana. Dia menangis sesegukkan dipelukkan sang kakak. Lay dengan sayang mengelus rambut dan punggung adik nya, meskipun dia kaku datar dan dingin, tapi melihat adiknya menangis seperti ini hatinya ikut sakit. Da terlalu menyayangi adiknya.
Seteven dan johny yang melihat itu hanya berpandangan tidak mengerti kenapa yura sampai menangis histeris seperti itu, mereka juga menyayangi yura seperti kakak perempuan mereka karena mereka hanya anak tunggal, jadi mereka bisa merasakan sakitnya bagaimana menjadi lay yang melihat orang tersayang nya menangis histeris seperti itu.
Setelah tangisan nya berhenti, yura tertidur di pelukan lay. Dan lay mengangkatnya dan memindahkan nya keatas ranjang, membaringkannya dan menyelimutinya sebelum pergi dia mengecup kening adiknya itu. Lalu beranjak keluar menemui dua pria yang masih ada dirumah ini dan mereka menunggu diruang keluarga dekat balkon.
"Ada apa dengannya? Aku tidak pernah melihat dia sehisteris ini selama ini? " pertanyaan steven membuat lay diam dia juga bingung ini kali kedua dia melihat adiknya histeris setelah beberapa tahun lalu sang nenek dari ibunya meninggal dunia. Apakah masalah nya memang seberat itu? Pikiran lay berkecamuk memikirkan apa yang menimpa sang adik, dia memijit pelan keningnya dan menyenderkan kepalanya pada senderan kursi.
"Ini kedua kalinya dia sehisteris ini, dan dia seperti ini dulu saat nenekku yang ada di new zealand meninggal. Dia sangat dekat dengan nenek dan saat beliau meninggal karena penyakit yang dideritanya, yura histeris seperti ini selama seminggu bahkan." johny dan steven yang mendengarnya kaget, dan khawatir juga. Seberat apakah masalah yang dialami yura?
Mereka harus membantu lay dan yura, karena lay dan yura juga selalu membantu mereka, iya mereka harus!! Batin steven dan johny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Loving You [CHANYEOL]
Random"Jatuh Cinta pada sahabat sendiri itu memang sedikit menyenangkan, tapi sayang. Cintaku bertepuk sebelah tangan sebelum aku bisa mengatakannya. " -Yura Zhang "Apa aku terlambat menyadarinya? aku menyadari perasaanku setelah kau pergi dan menghila...