Satu minggu berlalu sejak kejadian malam itu, yura sudah bekerja seperti biasa dan lay masih belum mengetahui perihal yang dialami yura.
Lay diam bukannya tidak peduli, tetapi dia hanya tidak ingin memaksa sang adik jika dia belum siap untuk menceritakan masalah nya.
Yura pov
Aku belum siap untuk menceritakan semua yang telah aku alami seminggu yang lalu, dan akupun belum pernah bertemu lagi dengan charlie semenjak saat itu.
Bukan, bukan dia tidak ingin tapi aku yang selalu menghindar aku selalu mencari alasan agar aku tidak bertemu dengannya. Aku belum siap untuk bertatap muka langsung dengannya, bayangan kejadian malam itu selalu menghantui ku jika aku bertemu dengannya.
"Apa kau baik-baik saja yura? " aku baru menyadari ternyata aku sedang di butik sahabatku, sana.
"Aku baik saja kok nona lee. " dia menghela nafas seperti lega mendengar bahwa aku baik-baik saja. Tidak sebenarnya aku sangat tidak baik-baik saja. Tapi aku berusaha bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, maafkan aku sana aku belum bisa memberitahu mu.*****
Satu bulan berlalu, dan aku masih belum ingin bercerita kepada bang lay atau pun bertemu dengan charlie.
Bicara tentang charlie, aku baru mengetahui dua minggu yang lalu ternyata dia sudah bertunangan, dan aku mengetahuinya dari bang lay. Hatiku sakit mendengarnya meskipun dia tidak mengetahui perasaanku tapi aku tetap merasakan sakit di hatiku. Di tambah lagi dengan apa yang sudah dia lakukan kepadaku. Hatiku semakin sakit.
Aku tahu dia di jodohkan, dan aku bertekad tidak akan pernah ingin mengusik nya kembali, untuk berteman? Aku rasa itu tidak buruk.
Tiba-tiba rasa mual menghampiriku setelah mencium bau parfume yang di kenakan bang lay, ini sangat aneh. Padahal parfume ini menjadi favorite ku, maka dari itu bang lay tidak pernah menggantinya.
Aku menahan mual yang seakan tengah mengobok perut ku dan ingin mengeluarkan seluruh isi dalam perut ku. Demi tuhan ini sangat menyiksa.
Aku berlari kearah toilet setelah bunyi denting lift terbuka disusul bang lay dengan wajah khawatirnya. Dia mengikuti ku kedalam toilet, untung nya ini toilet khusus di lantai ruangan bang lay jadi tidak banyak orang berada disini.
Hueeekkk.. Hueeekkk...
Aku terus memuntahakan cairan bening, dan badanku jadi lemas karena tenagaku habis terkuras akibat memuntahkan cairan tadi.
"Kamu baik-baik saja? Ayo kita ke dokter. " dia terlihat sangat khawatir dan terus memijit tengkukku. Aku hanya menggeleng dan hanya bilang bahwa aku baik-baik saja.
Sekarang kami sedang berada diruangan bang lay, dengan ob yg telah membawa teh mint yang dipesan oleh bang lay.
"Sebenarnya kau kenapa? Akhir-akhir ini kau terlihat berbeda Yura Zhang.!" nadanya sedikit tegas dan menyiratkan akan kekhawatiran yang sangat tinggi.
Aku hanya menghela nafas, dan menggeleng. Kemudian bang lay hanya menghela nafasnya kasar seraya duduk di sebelah ku dan memelukku mencium pucuk kepalaku, dan aku menenggelamkan wajahku pada dada bidang nya mencari posisi senyaman mungkin. Dan aku tidak sadar bahwa aku tertidur.
Aku terbangun, dan ternyata aku sudah berada didalam kamarku, melirik sekilas kearah nakas dan ternyata ini sudah pukul 5 sore, apakah aku tertidur selama itu?
Aku mulai merasakan nya lagi, perasaan mual yang tidak tertahankan seperti pagi tadi, dan langsung saja aku berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan nya, tapi hanya cairan bening saja yang keluar dari mulutku.
Seakan teringat sesuatu, kemudian aku keluar dari kamar mandi dan berjalan kearah nakas melihat kalender dan benar saja, aku telat datang bulan. Bagaimana ini?
Untung saja waktu itu aku sempat membeli nya, iya testpack aku akan mencobanya.
Setelah menunggu beberapa menit, aku merasa kaki ku lemas, dan aku terduduk di lantai dengan perasaan yang sulit ku jelaskan.
"Aaarrrrgghhhh.......!!!! " aku berteriak sangat kencang sampai bang lay terburu-buru menghampiri ku.
"Ada apa yura? Kenapa kau menangis? " dia menghampiriku dan bertanya, aku berhambur kedalam pelukkannya dan menangis sejadi-jadinya. Ini yang aku takutkan, dia hadir dalam tubuhku. Aku tidak menyalahkannya tapi aku menyalahkan diriku sendiri.
"Ssttt, tenang lah dulu. Setelah itu baru kau jelaskan ada apa sebenarnya. " ucapannya selalu menenangkanku, aku takut ini mengecewakannya. Dia sudah terlalu banyak berkorban sebagai kakakku. Aku juga takut mengecewakan baba dan mama dan kak tiffany. Aku takut.
"A-aaku ta-takut.. " aku hanya bisa berkata lirih dan bang lay menenangkanku menggendong ku ke arah sofa yang berada di sudut kamarku.
"Minum lah dulu, lalu kau bisa ceritakan semua maslah mu padaku, aku ini kakak mu jadi wajar jika aku harus tahu masalahmu, agar aku bisa membantu mu, yura.! " aku meminum minuman yang di berikaan bang lay padaku, dan melirik dia dengan pandangan seolah menyiratkan ketakutan dan bang lay menenangkanku dengan berkata tidak apa-apa.
Aku menghela nafas dan menyodorkan testpack tadi yang menyatakan bahwa dalam rahimku telah berisi kehidupan.
Bang lay mengerinyit dan sedetik kemudian mata nya terbelalak kaget melihat kenyataannya. Dan dia mengatupkan. Rahangnya menahan emosi yang bergejolak.
"Siapa pria brengsek yang sudah melakukan ini padamu.! " desisannya terdengar tegas dan tajam dalam waktu bersamaan.
"Charlie. " hanya itu yang bisa aku keluarkan, aku melihat dia menggeram marah. Kilatan matanya menunjukkan emosi yang sudah berda di Puncak nya tapi dia masih bisa menahannya sampai saat ini.
"Brengsek! Apa ini yang membuatmu menjadi orang berbeda selama sebulan ini? Kenapa kau tidak pernah bercerita kepadaku aku ini kakak mu, kakak macam apa aku ini menjagamu saja tidak bisa. Akan kuhajar pria brengsek itu. " dia mengeluarkan kekesalannya dan segera beranjak keluar untuk mendatangi charlie.
Sebelum menghilang dari pintu aku menahannya dengan memeluknya dari belakang.
"Tidak, jangan bang aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu atau dengannya. Ini hanya kesalahan dia melakukannya karena dia sedang mabuk. Tolong dengarkan penjelasanku dulu dan tenangkan dirimu. Aku tidak ingin kau meledak dan merugikan dirimu sendiri. Aku mohon. " bang lay menghela nafas dan mencoba mereda kan emosi nya. Dia berbalik menatapku, menangkup kedua pipiku dan berkata, "aku sangat menyayangimu, aku merasa aku bukan kakak yang baik. " setelahnya dia memelukku erat aku balas tak kalah erat dan menangis histeris karena tidak kuat melihat wajah dan matanya seakan menyiratkan, dia kecewa pada dirinya sendiri.
Setelah aku menangis dipelukkan bang lay, aku menceritakan bagaimana ini bisa terjadi bang lay hanya mendengarkan dengan seksama dan seakan mengerti dia memelukku kembali, dan terus mengucapkan kata maaf.
"Aku harap abang tidak memberitahunya bahwa aku sedang mengandung, aku tidak ingin merusak kebahagiaannya dia sudah bertunangan dan beberapa bulan lagi dia akan menikah, aku tidak ingin menghancurkannya." bang lay mengelus Puncak kepalaku dan menciumnya sayang.
"Aku akan berusaha tidak memberitahu nya. " jawaban itu sedikit membuatku lega.
"Aku harap persahabatan kalian baik-baik saja, kau tidak perlu memusuhi nya aku tahu kau juga sangat menyayanginya seperti adikmu sendiri kan bang? " dia hanya mengangguk dan bergumam.
"Aku harap begitu, aku akan berusaha tidak membawa persahabatan kita. " aku tersenyum dan menganggukkan kepala."Besok kita check up kerumah sakit, tidak ada penolakan, aku tidak ingin calon keponakanku kenapa-kenapa. " aku tersenyum menanggapi.
"Oke, uncle lay. " aku menjawabnya dengan suara yang seperti anak kecil dan dia tersenyum. Seraya mengelus pelan rambutku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Loving You [CHANYEOL]
De Todo"Jatuh Cinta pada sahabat sendiri itu memang sedikit menyenangkan, tapi sayang. Cintaku bertepuk sebelah tangan sebelum aku bisa mengatakannya. " -Yura Zhang "Apa aku terlambat menyadarinya? aku menyadari perasaanku setelah kau pergi dan menghila...