"Ingin mengganti guci itu dan bekerja keras katanya?"
Taehyung menghempaskan tubuh di atas tempat tidurnya, menjambak rambut sendiri karena tidak bisa menjaga ucapannya di depan Yerin.
Dia terlalu kesal karena guci itu bukan hanya mahal, tapi berarti untuk hidupnya. Dia membeli guci itu saat bulan madu bersama Irene beberapa tahun lalu. Saat di mana Irene yang hobi menghamburkan uang untuk barang antik semacam itu, tertarik pada sebuah guci dengan bentuk unik dan menarik. Meski mahal, Taehyung rela mengeluarkan uang untuk membeli sebuah guci itu. Setidaknya, bisa melihat Irene tersenyum karena Taehyung menuruti keinginannya, sudah menjadi kebahagiaan sendiri untuk laki-laki itu.
Biasanya, Irene hampir tak pernah tersenyum pada Taehyung. Dia selalu saja memasang raut wajah datar ketika bersamanya. Taehyung tahu, Irene tidak benar-benar mencintainya, namun Taehyung selalu mencari cara agar Irene jatuh cinta dan mau menerimanya.
Sekarang, guci itu hanya tinggal kenangan. Hancur berantakan seperti hati Taehyung yang belum sembuh dari luka akan rasa sakit yang ditorehkan Irene untuknya.
Dia tidak mengerti dengan gadis bernama Yerin itu. Berjanji akan membayar ganti rugi? Padahal Taehyung tahu, gajinya sebagai guru itu kecil. Belum lagi gaji itu harus dibagi untuk keperluan keluarganya dan keperluannya sendiri. Jika Taehyung tidak memberinya uang dan memperkerjakan gadis itu untuk merawat anaknya, dia pasti akan bekerja keras sekali.
Belum lagi kelakuan ibu dan adiknya yang selalu menuntut dan seolah mendesak Yerin agar menuruti keinginan mereka. Gadis berumur 25 tahun itu harus banting tulang sendirian demi menghidupi kedua orang terdekatnya.
Taehyung tidak memaksa Yerin untuk memberinya uang ganti rugi. Dia juga tidak bilang jika dia butuh uang ganti rugi. Lagipula, dengan ganti rugi tidak akan membuat guci itu kembali sempurna dan Irene kembali padanya, kan?
Jadi, sia-sia saja.
Taehyung tadi terlalu kalut. Lelaki itu menghela napas, menatap langit-langit kamar sembari memikirkan ucapan terakhir yang dia lontarkan pada Yerin.
'Harusnya tidak seperti itu. Bagaimanapun dia sudah membantuku. Apa aku harus minta maaf padanya?' batin Taehyung. 'Ah, tapi sepertinya tidak perlu. Itu memalukan. Toh, dia selalu terlihat baik-baik saja setiap hari dan aku tidak pernah melihat dia murung. Dia tampak seperti manusia yang tidak punya rasa, flat, tak ada ekspresi selain tersenyum meski berulang kali bertemu dengan orang-orang yang membencinya. Jadi, untuk apa minta maaf jika dia tak pernah mempermasalahkan semuanya?'
Setelah membasuh muka dengan air, Yerin berjalan menuju kamar Sherin dan melihat anak itu tengah duduk menyandar di pinggir ranjang sembari membaca buku-buku dongeng yang dibelinya di toko buku bersama Yerin.
Yerin tersenyum ketika dia duduk di pinggir ranjang anaknya. "Mau mama bacakan sekarang atau nanti saja?"
"Sekarang, Ma." Sherin menyerahkan buku dongeng itu pada mamanya. Dia menaruh bantal yang tadi dia gunakan untuk mengganjal punggung di kepala ranjang ke atas kasur, menepuk-nepuknya, kemudian berbaring sembari menarik selimut. "Aku sudah siap, kapten." Sherin memberi hormat pada Yerin, sama seperti tadi siang di mana Yerin melakukan hal seperti itu juga padanya.
Mendengar itu, Yerin tertawa dan mengacak rambut Sherin. "Baiklah. Mama akan menceritakan padamu kisah Putri Duyung Ariel yang bertemu dengan pangerannya ...."
Awalnya Sherin mendengarkan dengan baik, tak jarang dia ikut komentar atas apa yang Yerin ucapkan. Namun, lama-lama anak itu memejamkan mata dan tertidur pulas tepat saat cerita itu hampir berakhir. "Putri Ariel yang sudah sepenuhnya menjadi manusia, diboyong ke kerajaan oleh Pangeran. Setelah itu, mereka berdua menikah dan tinggal di istana. Hidup mereka berakhir bahagia. Hore!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua [Taehyung-Yerin] ✔
Fanfiction(DITERBITKAN) (PART WATTPAD MASIH LENGKAP) Kisah Guru TK muda yang menikah dengan duda karena desakan salah satu muridnya yang ingin punya mama karena iri melihat teman-temannya punya mama dan papa. Namun, anak pertama Taehyung tidak setuju jika wan...