18 - Haruskah Aku Menyerah?

9K 1.4K 263
                                    

Kemaren banyak yang inbox aku ngerasa bersalah gegara a/n aku kemarin wkwkwk padahal bukan buat nyindir readers di cerita ini kok wkwkwk. Setelah ini, kalian komennya tetep kaya kalian komen biasa aja ya. Ntar takutnya pada canggung lagi mau komen wkwk😂😂😂 selaw.

Cek mulmed biar lebih feel, Last Child - Pedih (Iya tahu mimi suka lagu2 jadul wkwk)

***

"Datanglah ke rumah, Yerin. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," ucap sang mama membuat gadis yang baru saja selesai mengantar bunga pesanan, kini mengerutkan kening.

Yerin berdiri dekat kasir, melepas topi yang ia kenakan dan menaruhnya di atas meja sementara sebelah tangannya masih dia gunakan untuk menempelkan ponsel ke telinganya. "Siapa, Ma?"

"Akan kuberi tahu jika kau sudah sampai rumah."

Yerin melirik ke arah jam dinding, kemudian kembali bicara pada sang mama. "Kemungkinan aku bisa ke sana setelah aku selesai bekerja. Apa orang itu tidak apa menunggu sekitar 30 menit lagi?"

"Kau masih bekerja di toko itu?"

"Hm."

"Lalu, anak orang kaya itu bersama siapa?"

"Tentu saja bersamaku. Dia kan anakku."

"Ah, baiklah. Tapi jangan terlalu lama. Tidak enak pada tamu penting ini, Yerin. Kau tidak akan menyesal bertemu dengannya," ucap wanita setengah baya di seberang sana. "Aku akan menyuruh anak bengalku untuk menjemputmu."

"Ada apa sebenarnya?" desis Yerin ketika sang mama sengaja memutus sambungan teleponnya dan membuatnya penasaran begini. Dia menggeleng untuk mengusir hal yang menganggu konsentrasinya dan lebih memilih menghampiri Nenek dan Sherin yang tengah mengecek kondisi bunga-bunga di kebun belakang.

"Mama kita mau ke mana? Kok pulangnya tidak sama papa?" ucap Sherin yang tengah menggandeng tangan mama tirinya yang berjalan bertemu dengan adik Yerin.

"Kita pergi sebentar ke rumah nenek, ya? Sekarang sini, mama gendong."

Yerin menggendong Sherin dan mendudukkan anak itu di belakang adiknya. Sang adik memberikan satu helm pada Yerin, kemudian gadis itu ikut naik ke atas motor besar adiknya yang dibeli Taehyung beberapa minggu lalu.

Sesampainya di rumah, dia masuk dan bersalaman dengan mama dan tamunya yang ternyata seorang wanita setengah baya yang wajahnya masih awet muda.

"Apa kau Yerin?" tanya wanita itu dengan mata berbinar.

"Ya, dia Yerin. Putrimu."

Bukan, bukan Yerin yang menjawab melainkan sang mama.

"Apa?" Yerin kaget mendengar apa yang dikatakan mamanya. Lebih kaget lagi saat tiba-tiba wanita yang merupakan tamu itu memeluknya erat dan menangis sambil mengelus-elus punggung Yerin.

"Anakku, aku merindukanmu. Maafkan mama yang baru datang padamu sekarang, Yerin. Maafkan mama."

Sherin yang tidak mengerti apa-apa, lebih memilih diam dan duduk di sofa sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh neneknya.

Yerin melepaskan pelukan mereka, memegang kedua bahu wanita yang kini sesenggukan karena senang bisa melihat putrinya setelah sekian tahun lamanya. "Apa maksudnya ini? Aku ... aku benar-benar tidak mengerti," ucap Yerin. Dia menoleh ke arah mamanya yang menatapnya dengan tatapan berbeda dari biasa. Tatapannya sekarang benar-benar menyedihkan. "Bisa jelaskan padaku, Ma? Aku tidak mengerti semuanya."

"Aku adalah mama kandungmu, Yerin. Aku yang mengandung dan melahirkanmu ke dunia ini," kata wanita itu.

Yerin menggeleng, dia kembali menatap mamanya untuk memastikan jika ini semua hanyalah bohong. Namun, dia malah mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di hadapan Yerin.

Cinta Kedua [Taehyung-Yerin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang