13 - Sebuah Permintaan Maaf

10.8K 1.5K 277
                                        

Ada flashback sedikit jadi jangan bingung ya haha. Sengaja gak gue miringin atau tandain tulisannya.

***
Pukul setengah tujuh malam Yerin dan Sherin baru sampai rumah. Mereka menunggu busway cukup lama, belum lagi macet karena jam lima sampai jam segini adalah jam pulang kerja.

Yerin melihat Taehyung sedang duduk di sofa sembari membaca sesuatu. Sherin yang melihat sosok papanya, langsung berlari dan duduk di sebelah Taehyung.

"Papa sedang apa?" tanya anak itu sembari mengayunkan kedua kakinya.

Yerin berjalan seperti biasa, menyapa Taehyung sekilas sebelum akhirnya pergi ke kamar tanpa mengharap lelaki itu akan membalas sapaannya karena Yerin yakin Taehyung masih marah.

Saat Yerin sudah pergi, lelaki itu menutup bukunya dan melirik ke arah Sherin yang masih menatapnya. "Kau habis darimana? Kenapa jam segini baru pulang?"

"Aku ikut mama ke toko bunga," jawab Sherin. "Tadi Sherin ikut mengantar bunga naik sepeda bersama Mama Yerin. Pemilik toko itu adalah nenek tua yang memakai sepeda yang waktu itu pernah bertemu kita. Dia baik sekali padaku ...."

"Dia kembali bekerja?" gumam Taehyung, tak lagi mendengarkan ucapan anak bungsunya karena sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Sepertinya, Yerin benar-benar membuktikan ucapannya yang berkata akan bekerja keras.

"Pa, Sherin ingin bicara sesuatu pada papa," kata anak itu, "Tapi papa janji jangan marah pada Sherin, ya?"

"Memangnya ada apa?"

"Papa janji dulu, berjanji padaku." Anak itu menunjukkan jari kelingkingnya pada sang papa, yang membuat alis Taehyung saling bertaut. "Mama Yerin bilang ini adalah pinky promise. Ayo, kita saling membuat janji."

"Pinky promise?" Taehyung menaikkan satu alisnya ketika Irene mengulurkan kelingkingnya sembari berkata pinky promise. Mereka berdua tengah makan malam di restoran yang ada dekat pantai tempat mereka menginap. Mereka sengaja memilih meja outdoor, yang berhadapan langsung dengan laut sebagai pemandangan di depan sana.

"Lama sekali, ayo tautkan kelingkingmu!"

Irene yang kesal, menarik tangan suaminya dan menautkan kelingkingnya dengan kelingking Taehyung. Lelaki itu hanya mampu terdiam karena tersihir oleh aura cantik yang terpancar saat wanita itu tersenyum.

"Kau harus berjanji padaku jika kau akan menuruti keinginanku."

"Memangnya apa yang kau mau? Bukankah aku selalu menuruti keinginanmu?"

"Ya, tapi aku ingin mencoba melakukan pinky promise denganmu."

"Ini sangat kekanakan, kau tahu?" Meski begitu, Taehyung terkekeh dan mengacak rambut istrinya. Irene menepis tangan Taehyung, tidak ingin disentuh oleh lelaki itu. Ketika Taehyung mendadak diam, Irene kembali tertawa.

"Maaf, aku agak risih bila dipegang di tempat umum seperti ini, Hyung. Aku harap kau mengerti aku." Irene mengedipkan sebelah mata, membuat Taehyung tersenyum maklum dan berkata tidak apa-apa.

"Tadi aku melihat ada sebuah kalung cantik di salah satu toko perhiasan di dekat sini. Aku ingin sekali kalung itu. Apa kau mau membelikannya untukku?"

Taehyung yang tersadar dari lamunannya, mendekatkan kelingkingnya ke kelingking sang anak. Sherin menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kemudian mulai mengatakan sesuatu, "Kemarin aku memecahkan guci papa. Sherin tidak sengaja, Pa. Maafkan Sherin."

Mendengar itu, Taehyung tampak shock dan langsung melepas tautan kelingkingnya.

"Apa katamu?" Tanpa sadar nada bicaranya meninggi. "Apa Yerin yang menyuruhmu bicara seperti ini?"

Cinta Kedua [Taehyung-Yerin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang