Yerin menyerahkan helm, kemudian mengeluarkan uang untuk membayar ojek online yang mengantarnya sampai ke toko bunga.
Setelah mengucap terimakasih, Yerin melangkah perlahan menuju tempat di mana nenek tua berada.
Dia rindu sekali pada nenek, mereka bertemu hanya saat wanita tua itu diundang untuk datang ke resepsi pernikahan Taehyung dan Yerin satu bulan lalu.
Yerin baru sempat berkunjung ke sini karena sekarang dia ada waktu luang. Sherin sudah kembali bersekolah dan Taehyung bekerja. Dibanding diam di rumah, lebih baik gadis itu pergi saja ke tempat ini.
Wanita itu menjerit ketika melihat sang nenek dikeluarkan paksa dari dalam toko oleh dua orang laki-laki berbadan tinggi besar. Dia menghempaskan wanita tua itu ke luar, membuat Yerin berlari menghampirinya.
"Mama tidak apa-apa?" tanya Yerin membungkukkan sedikit badan dan membantu nenek itu berdiri.
"Yerin?" Nenek yang usianya sudah memginjak angka 60 itu menampakkan senyum. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."
Wanita yang rambutnya diikat kucir kuda ini tak percaya begitu saja. Dia beralih menatap kedua orang berbadan tinggi besar yang masih ada di hadapan mereka.
"Kalian siapa? Apa yang kalian lakukan pada mamaku?"
"Dia berhutang dengan jaminan toko ini. Dia selalu bilang akan melunasi hutang namun setiap kami datang selalu saja bilang tidak punya uang!" kata salah satu di antara mereka. "Seharusnya bilang pada ibumu jika jangan berhutang bila tak mampu membayar."
"Tapi, jangan bersikap kasar seperti tadi. Apa kalian tidak kasian padanya, ha?" ucap Yerin. "Berapa jumlah hutang yang dimiliki mamaku? Aku akan segera melunasinya."
"50 juta,"
"Baiklah, datang lagi ke sini besok. Aku akan membawakan uangnya untuk kalian," Yerin bicara tanpa berpikir panjang.
Wanita tua itu reflek mengelus lengan Yerin. "Sudah, Nak, tidak usah. Jangan merepotkan. Ibu akan melunasi secepatnya."
Yerin menoleh ke arahnya, kemudian tersenyum sembari menepuk tangan wanita yang hinggap di lengannya. "Ibu tenang saja, sama sekali tidak merepotkan."
Kedua lelaki itu mengangguk, kemudian melangkahkan kaki menjauh dari toko bunga yang baru akan dibuka satu jam lagi.
"Kau mungkin tidak merasa direpotkan, namun bagaimana dengan suamimu? 50 juta bukanlah uang dengan jumlah sedikit. Aku tidak mau membebankanmu, Nak."
Yerin sempat terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya mengelus pundak wanita itu dan berkata, "Ibu tidak perlu cemas. Sudah, ayo masuk lagi ke dalam. Aku akan membantu membereskan toko sebelum buka."
Yerin kembali mengobrol dengan wanita itu sembari beres-beres karena ada beberapa rangkaian bunga yang ikut jadi korban kedua laki-laki itu. Mereka merusaknya karena kesal pada wanita yang selalu berjanji membayar namun tak ditepati. Mereka kesal karena jika sudah sampai di tempat di mana bos mereka berada, mereka juga akan kena marah besar.
Wanita tua itu bercerita jika dia terpaksa berhutang karena anaknya sedang dalam masalah. Dia sudah tidak bekerja karena sejak dua tahun lalu terbaring koma di rumah sakit setelah jatuh dari pesawat. Tak lama setelah Yerin pergi ke Jerman.
Uang tabungan milik ibu dan anaknya itu sudah habis untuk biaya pengobatan, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda si anak akan kembali membuka mata.
Dia juga mengeluarkan karyawannya karena tidak mampu menggaji mereka. Wanita tua itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit menemani sang anak dibanding menjaga toko sehingga jumlah uang yang dia dapatkan tidak sebanding dengan pengeluaran.
Dia terpaksa berhutang pada rentenir dengan jaminan toko karena itu adalah satu-satunya jalan terbaik. Yang tersisa hanya toko bunga ini. Dia bahkan tidur di sini karena rumahnya yang lama sudah dijual untuk biaya berobat dan makan.
Tidak ada orang yang mau dipinjamkan terus-terusan. Awalnya masih ada tetangga yang memberi pinjaman, namun ketika dia kembali meminjam tanpa membayar hutang yang sebelumnya tentu saja orang tidak akan percaya lagi. Sampai sekarang, si tetangga tidak pernah lagi menegur wanita tua itu karena dia belum membayar hutang sebesar satu juta sejak beberapa bulan lalu.
"Waktu itu, tetangga-tetanggaku menjenguk dan memberikan uang sumbangan. Salah satu di antara mereka bilang mengapa aku tidak mau melepaskan anakku saja dan membiarkannya pergi. Dia mungkin berkata begitu dengan niat baik, namun aku tidak bisa melakukan itu karena itu sama saja membunuh anakku sendiri," katanya, raut wajah yang mulai keriput disertai kantung mata hitamnya menjelaskan jika dia saat ini memikul beban berat di hari tua. "Aku yakin suatu saat dia pasti akan sadar dan bangun dari tidur panjangnya. Saeronku pasti kembali."
Yerin mendekat ke arah wanita itu, memeluknya dari belakang dan menaruh dagu di bahu ringkih si nenek. "Aku juga akan berdoa untuk kesembuhan Saeron. Aku bisa menggambarkan sosok Saeron lewat cerita-ceritamu tentangnya meski aku belum pernah bertemu langsung. Dia adalah gadis yang kuat dan tangguh, aku percaya dia akan sembuh."
"Ya, terimakasih, Yerin. Kapan-kapan aku akan mengajakmu ke tempat di mana Saeron dirawat untuk melihat kondisi anakku."
***
"Kau ingin bicara apa?" tanya Taehyung untuk yang kesekian kali karena Yerin hanya diam dan menatap suaminya saja tanpa mengeluarkan suara.
Yerin bingung bagaimana cara memulai pembicaraan ini. Walau Taehyung adalah suaminya, dia tidak enak pada laki-laki itu karena meminjam uang dengan nominal yang tidak terbilang sedikit.
"Yerin, kau mendengar saya, kan?"
Wanita itu mengangguk. "Mm, aku ... aku tidak memaksamu bila kau tidak mau namun ...."
"Namun?" Taehyung menunggu lanjutan kalimat Yerin yang sengaja digantung dan membuatnya semakin penasaran. "Ada apa? Katakan saja!"
"Aku ingin pinjam uangmu, Hyung. Kau keberatan atau tidak?"
"Astaga." Taehyung mengusap wajahnya kasar ketika mendengar kata yang diucapkan sang istri. "Hanya masalah begini? Saya bahkan menunggumu bicara sampai 15 menit."
"Jumlahnya tidak sedikit, aku tidak enak padamu."
"Memangnya kau butuh untuk apa dan berapa?"
"Untuk membantu nenek di toko bunga," kata wanita yang kini mengelus rambut laki-laki yang meletakkan kepala di pahanya. Yerin menceritakan apa yang tadi dikatakan oleh si nenek dengan detail. Sesekali, Taehyung mengangguk dan tampak mendengarkan apa yang diucapkan istrinya. "Sebenarnya nenek itu butuh 50 juta. Aku punya sedikit tabungan. Sisanya aku pinjam padamu dan orangtuaku saja. Kau ingin memberi pinjaman berapa?"
"Kapan kau akan memberikan uang itu pada rentenirnya?"
"Aku sudah janji akan memberinya besok."
"Baiklah, saya akan memberi uang itu besok pagi."
"Kau akan meminjamkan berapa dulu? Sisanya nanti biar aku pinjam orangtuaku agar besok uangnya sudah terkumpul," kata wanita yang kini memperhatikan Taehyung yang sedang sibuk memilin rambut panjang Yerin dan memainkannya berulang-ulang. "Aku akan pergi ke rumah mereka untuk ambil uang baru ke toko."
"Tidak perlu. Besok saya akan memberimu sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan."
"Apa kau tidak keberatan? 50 juta bukan uang yang sedikit. Jujur saja aku tidak ingin melakukan ini sebenarnya namun aku tidak punya uang sebanyak itu," Yerin tampak cemas. "Tidak mau bagi dua saja dengan orangtuaku agar lebih ringan? Kau kan juga banyak pengeluaran. Untuk ini, itu dan ...."
"Selama saya masih bisa memberikannya, saya tidak keberatan."
Wanita itu tersenyum ke arah suaminya, kemudian mengecup kening Taehyung sekilas. "Terimakasih, aku janji akan mengganti uangmu, Hyung."
"Kau tidak perlu mengganti uangku, namun ada syaratnya."
"Apa itu?"
"Sederhana saja. Luangkan waktumu untuk pergi berdua dengan saya malam minggu. Saya anggap hutangmu lunas. Bagaimana? Kau setuju?"
***
A/n : Cinta kedua #33 in fanfiction hahaha sumpah kalian kece banget guys! Makasih banyak yaaaa😄😍😗😙😘😚❤💋 Semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua [Taehyung-Yerin] ✔
Fanfiction(DITERBITKAN) (PART WATTPAD MASIH LENGKAP) Kisah Guru TK muda yang menikah dengan duda karena desakan salah satu muridnya yang ingin punya mama karena iri melihat teman-temannya punya mama dan papa. Namun, anak pertama Taehyung tidak setuju jika wan...