"Why not? Am I repulsive to you?"
No...
"Is it because I'm murderer and you are not, right?"
○●○●
"Perse..."
Persephone-ku...
My great creature."
。
。
Ketujuh
。
。
"Levi," panggil Erwin sambil mengetuk-ngetukkan batang grafitnya di atas peta formasi untuk ekspedisi ke-57 yang akan dilaksanakan satu bulan mendatang. Levi, pria cebol itu duduk di atas sofa yang tak jauh dari Erwin dan anteknya dengan secangkir teh hitam di tangannya dan gaya khasnya saat memegang cangkir.
"Bicaralah," ucap si cebol itu sebelum ia menyeruput teh hitamnya. Erwin melirik sebentar ke arah pria itu, menunggu sampai lawan bicaranya menyelesaikan kegiatannya.
"Mulai besok tanggungjawab (Name) kuserahkan padamu," tembak Erwin langsung ke inti pembicaraan. "Kau tak perlu lagi mengawasi Eren, karena kini tanggung jawabnya kuserahkan pada Hanji."
Levi tak bergeming. Ia tak kaget, namun juga tak mengira kalau ia akan diberikan tugas menjadi baby sitter lagi. Ia tetap melanjutkan kegiatannya menikmati teh sebelum Erwin menyelesaikan ucapannya.
"Kau tahu, mungkin suatu hari nanti Polisi Militer akan ikut campur dalam urusan Pasukan Pengintai. Mungkin juga sebelum itu akan ada orang lain yangー"
"Erwin, langsung saja ke intinya!" sambar Levi memotong perkataan Erwin. Alisnya bertaut, ada rasa tak suka karena ia sama sekali tak dapat memahami maksud dibalik perkataan Erwin.
Erwin berhenti mengetukkan batang grafitnya. Ia meletakkannya asal, lalu menarik kedua tangannya dan menjadikan sikunya sebagai tumpuan. Ia menautkan ujung jemarinya, dilanjutkan dengan meletakkan dagunya di sana. Mata yang menyimpan banyak rahasia itu menatap Levi dengan pandangan tak terbaca. "Setelah ekspedisi ini berakhir, aku ingin kau bersembunyi ke pinggir kota dan bawa regumu bersamamu. Tak perlu menahannya di ruang bawah tanah seperti Eren. Cukup awasi dan biarkan ia tetap aman dari jangkauan pemerintah."
Kali ini Levi bergeming. Erwin, pria itu akan merencanakan hal gila apa lagi kali ini? Belum selesai rencananya menjebak pengkhianat, kini ia sudah merencanakan hal gila lainnya.
"Ia akan berguna bagi umat manusia di masa depan. Tapi, untuk kali ini kita perlu menyembunyikan baunya rapat-rapat."
Levi yang sejak tadi mematung kini tangannya bergerak untuk menurunkan cangkir tehnya ke pangkuannya. "Dengan kata lain, kau ingin aku menyembunyikan 'bau'-nya sambil mengasahnya begitu?"
✧*̣̩⋆̩☽⋆゜
Marie dan Daniel, sepasang kekasih yang pernah merawat diriku beberapa waktu lalu kini sedang menyambar lenganku dan memaksaku masuk ke dalam pelukan hangat mereka tanpa peringatan. Aku tak sengaja bertemu mereka saat sedang berjalan ke luar asrama sore ini.
Marie terus menggumamkan sesuatu yang tak begitu jelas. Beberapa kali kutangkap kata-katanya dengan indera pendengarku, ia memanjatkan puji syukur karena nyatanya aku masih hidup. Daniel melepaskan pelukannya. Ia meninju pelan bahu kananku dengan akrab sambil berkata, "Jeez, kau berhasil menakutiku dengan suratmu saat itu, dude. Benar-benar mirip seperti pesan terakhirmu saja." Daniel sedang berusaha mencairkan suasana. Tangannya perlahan berpindah untuk mengelus punggung Marie yang masih sesenggukan di pelukanku.
"Hei, bagaimana caramu lolos dari pos penjagaan? Bukankah seharusnya tidak semudah itu lolos dari pandangan para penjaga pos?"
Aku tersenyum bangga. "Kau tidak tahu?" Daniel menaikkan sebelah alisnya, Tau apa? "Kadang kau perlu menutup mulutmu agar tidak ada orang lain yang memanfaatkanmu."
Oh shit!
Thomas si gentog bocor sialan!*
Aku tertawa, sementara Daniel mencebik kesal. Kuakui ucapan Marie memang benar adanya. Daniel mungkin cukup kuat dan layak menjadi salah satu anggota Pasukan Elit Kopral Levi, tapi kalau urusan sumbu pendek Daniel yang mudah meledak, kita semua perlu berpikir ulang untuk hal ini.
✧*̣̩⋆̩☽⋆゜
Dari kejauhan, sepasang netra dengan warna kelamnya memerhatikan setiap liuk gerakan (Name). Percakapannya dengan Erwin beberapa waktu lalu mengiang di kepalanya.
Ia akan berguna bagi umat manusia di masa depan.
Kiang-kiut bunyi engsel menandakan seseorang sedang membuka pintu yang berada tepat di belakang tubuh pemilik netra kelam tersebut.
"Levi," tubuh Hanji muncul dari balik pintu. "aku baru saja bicara dengan Erwin." Wanita itu masuk tanpa perlu repot-repot meminta izin sang pemilik ruangan. Dari tempat Hanji berdiri, ia dapat mencium bau obat pembersih kesayangan sang tuan rumah memenuhi ruangan tersebut.
"Kali ini aku tak mengerti isi otak si alis tebal sialan itu."
Hanji tergelak terbahak-bahak. Ini kali pertama ia mendengar Levi menyumpahi atasannya sendiri secara langsung. Ia menghapus gumpalan air mata yang berkumpul di sudut matanya. "Kau ingin tahu apa rencana Erwin, Levi?"
Levi tak mengucapkan sepatah kata pun di tempatnya berdiri. Ia bergeming cukup lama, sampai obyek yang dari tadi di perhatikan menghilang dari pandangannya. Ia menggeser sedikit tubuhnya untuk menatap Hanji yang sedang membolak-balikkan kumpulan kertas yang diklip di ujung kiri atasnya. Hanji cukup peka untuk mengetahui gesture Levi tanpa perlu melihatnya langsung.
"Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada (Name)?"
.•.*.°.*.•.*.°.*.•.
* kalian mungkin bertanya-tanya siapa Thomas. Jadi, Thomas tuh penjaga yang lagi meronda pas (name) kabur. Dan dia sering banget melalaikan tugasnya dengan ditinggal bobo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappear (Levi x Reader)
FanficI don't own chara. I don't own you. Chara & original story belong to Hajime Isayama. ~~~ 107 tahun berlalu sejak titan menduduki sebagian daratan. Namun, diantara mereka ada beberapa jenis titan yang spesial, seperti titan yang menghancurkan Dind...