Ch 18.1

1.5K 193 1
                                    

Sepuluh tahun yang lalu...

°

Kedelapan belas : 1
-Cantik-

.

Matahari telah naik sampai ke atas kepala. Cahayanya menembus dedaunan pohon yang menari bersama silir angin dari arah barat. Terlihat hamparan bunga tulip kuning bagai permadani yang bercahaya saat terkena paparan sinar matahari.

Di tengah-tengah permadani kuning tersebut menjulang sebatang pohon mimosa yang bunganya juga berwarna kuning. Ranting-rantingnya menjuntai dengan dedaunannya yang lebat.

Zeke pernah bilang kalau mimosa kuning itu rumah bagi para peri. Meski belum pernah melihatnya secara langsung, (Name) tetap percaya. (Name), perempuan yang usianya sudah menginjak 17 tahun dengan jiwa kanak-kanak yang masih melekat di dalam dirinya.

Perempuan itu kini sedang menatap objek di hadapannya dengan tidak sabar. Sudah 2 menit lamanya ia berdiam diri di bawah pohon yang di sampingnya terhampar tulip kuning. Sudah berkali-kali silir angin berusaha menggoda perempuan itu untuk terlelap atau, paling tidak, mengantuk. Namun, hasilnya nihil. Objek di hadapan perempuan itu telah berhasil mencuri seluruh atensinya.

Perempuan itu memekik tertahan, kelewat girang ketika objek di hadapannya sedang mengedip-ngedipkan mata di balik rambut hitamnya yang panjang dan kurang terawat menutupi sebagian wajahnya. Memberikan kesan misterius yang semakin menarik rasa penasaran (Name). Ia, si objek, sedang beradaptasi dengan cahaya yang diterima indra penglihatannya.

Beberapa waktu setelahnya, si objek tersebut melayangkan tatapan sedingin es kepada perempuan asing yang menatapnya dengan penuh antusias. Ia sejenak merasa seolah-olah dirinya adalah badut hiburan yang akan melucu tanpa diminta.

"Kau," (Name) menjulurkan tangannya ke hadapan 'objek' tersebut, "salah satu dari rombongan tamu yang datang kemarin, kan?"

Pandangan si objek berpindah ke uluran tangan perempuan itu. Tangan (Name) yang berbalutkan sarung tangan putih sepanjang lengan.

Manik perempuan itu berkilat seiring sebuah senyum paling indah yang pernah si objek lihat terbit di wajahnya. "Aku melihatmu tiba kemarin." Lantas tiba-tiba (Name) sadar akan kalimatnya yang agak terdengar, yeah ... aneh.

(Name) menggaruk lehernya dengan tangan yang sejak tadi terulur di hadapan si objek, canggung. "Bukan seperti itu, maksudku... saat itu aku tidak sengaja melihat rombonganmu di dermaga terdekat di bagian timur. Kau tidak salah paham, kan?"

Si objek mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak ingin terlibat ke dalam topik pembicaraan perempuan cantik di hadapannya.

Sebentar, apa baru saja ia -si objek-, berpikir bahwa perempuan aneh yang terus menatapnya dengan antusias seperti badut hiburan itu cantik?

Ya, ia tak menampik kenyataan bahwa perempuan itu memiliki paras cantik, khas orang asia. Dengan wajah mungil, pupil matanya sebening cermin, bibirnya merah merekah, dan rambutnya yang akan ikut menari bersama silir angin yang berembus nakal.

Namun, untuk mendapatkan secuil perhatiannya, perempuan itu masih belum berhasil.

Belum, masih belum.

-_-_-_-_-

If you're bald, i'm sooo sorry ... but for the sake of the story just imagine your dream hair (´-﹏-'  )

 but for the sake of the story just imagine your dream hair (´-﹏-'  )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disappear (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang