°
Keenam belas
-Sedang Jatuh Cinta-●
•
.
Dengan tersengal-sengal, (Name) berlari sekuat tenaga sampai ke garis finish yang sudah Caroline buat sebelum adu kecepatan ini dimulai. Caroline yang langkahnya mulai melambat pun tak ingin kalah dari (Name) yang berlari lebih kencang darinya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertinggal lebih jauh lagi, paling tidak ia bisa sejajar dengan (name).
"Yasssh!" teriak kemenangan (Name). Masih dengan napas satu-duanya, (Name) berjalan mendekati Caroline. "Jangan marah~," ucapnya sambil mencolek lengan Caroline. Caroline gemas, ia balik mencubit pipi (Name) kuat-kuat.
"Aw!"
"Dude, kau pasti sudah berbuat curang!"
"Curang? Bukankah itu karena kamu sudah terlalu tua dan melambat?"
Caroline terkesiap mendengar (Name) mengatainya tua dan lambat. Teganya dirimu (Name)! "How dare you!!!" Caroline menendang pantat (Name) kesal, sementara (Name) malah terpingkal-pingkal tak dapat menghentikan tawanya.
Di mata Caroline, (Name) adalah gadis yang perlu ia lindungi dengan seluruh nyawanya. Gadis polos yang bermulut (kelewat) jujur dengan mental bocah ini sudah Caroline anggap sebagai bagian dari keluarganya sejak pertemuan pertama mereka.
"Istirahatlah, aku akan mengambil air." Caroline mengibas-ngibaskan kedua tangannya di hadapan wajah (Name) yang secara tak langsung menyuruh (Name) mengambil duduk di tepian danau.
"Hmph, aku juga ingin membantu!" (Name) menggembungkan kedua pipinya, sebal. Kedua sudut bibir Caroline berkedut, senang. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk membetulkan scarf beige yang melingkar di leher (Name). "Dasar bebal!" ucapnya sambil menyentil kening (Name), "siapa pula yang butuh bantuanmu."
^ (* 。⌒ 。*)^
"Hanya perasaanku saja, atau memang sejak tadi kau hanya membicarakan tentang Kopral Levi?"
Nng...?
"Ada apa (Name)? Kenapa wajahmu memerah begitu?" ucap Caroline sambil menyunggingkan senyum jahil di bibir tebalnya.
"Ugh!" (Name) menyentuh dahinya yang mengerut. "Kurasa penyakitku sedang kambuh."
Tidak mau kalah dari (Name) dahi Caroline juga berkerut-kerut. Maksudnya?
Tangan (Name) bergerak menuju dada bagian kiri. Di sana ia dapat merasakan degup jantungnya yang cepat dan embusan napasnya yang hangat. "Mayor Hanji pernah bilang kalau gejala yang kurasakan ini adalah tanda-tanda dari sebuah penyakit memati..."
Pfft...
"Phuahahahahahhahahahahahahahahahahhahahahahahaha!"
"...kan."
Caroline tak bisa menghentikan tawanya. Ia mulai khawatir tak bisa tidur semalaman jika mengingat ucapan (Name).
Sementara ekspresi heran, atau lebih tepatnya lagi cengo, ditunjukkan oleh (Name). Ia tak tahu apa yang sedang ditertawakan Caroline. Memangnya apa yang lucu? Apa?
Setelah beberapa waktu, tawa Caroline mulai mereda. Terakhir, ia menarik napas dalam-dalam....... tahan sebentar........ embuskan lewat mulut...... fyuh~ cukup melelahkan rupanya.
Caroline menolehkan kepalanya ke arah kanan. Di sana (Name) duduk sejajar menghadap dirinya (masih) dengan wajah cengo yang bertengger sejak tadi. Pfft!!
"Ekhm! Jadi, (Name), gejala apa saja yang kau rasakan selama ini?" setengah hidup Caroline menahan tawanya dan menunjukkan wajah serius, seperti seorang inspektur yang sedang menginterogasi.
(Name) memalingkan pandangannya. "Uhn, itu seperti... saat aku berada di ruangan yang sama dengan Kopral Levi jantungku terasa seperti berhenti berdetak (meski hanya sesaat), a-aku juga kadang tidak bernapas (nggak sadar maksudnya), dan... itu... yah, euh. Entahlah!" Ia membenamkan wajahnya yang memerah di kedua telapak tangannya. Napasnya memburu, jantungnya berdegup dengan kencang, dan suara tepuk tangan yang memenuhi indra pendengarnya.
Tepuk tangan?
"Selamat!" (Name) mendongakkan wajahnya, menatap Caroline yang malah memasang senyum lebar. "Adikku yang bodoh ini sedang jatuh cinta!"
"A-apa? Aku ... jatuh cinta?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappear (Levi x Reader)
FanficI don't own chara. I don't own you. Chara & original story belong to Hajime Isayama. ~~~ 107 tahun berlalu sejak titan menduduki sebagian daratan. Namun, diantara mereka ada beberapa jenis titan yang spesial, seperti titan yang menghancurkan Dind...