Ch 8 : A

2.3K 336 50
                                        

(A/N: yang nulis bingung idenya tadi pergi kemana. Hapi reading y'all (っ'-')╮ =͟͟͞͞🔪)

Kedelapan

.

.

"Kalian akan ikut ekspedisi?" aku menatap Marie dan Daniel secara bergantian. Mereka tak menampakkan raut ketakutan atau putus asa atau yang lainnya di wajah mereka. Mereka malah melukiskan wajah bangga mereka.

"Tentu saja!"

Setelah sesi mengharukan beberapa saat yang lalu, Daniel mengajakku keluar untuk minum-minum atau sekadar mentraktirku makanan.

"(Name), kenapa kau kabur malam itu?" Marie sudah berhenti menangis beberapa waktu yang lalu. Matanya sembab dan sesekali ia masih sesenggukan.

Aku menghela napas, Aku juga tak tahu bagaimana cara menjelaskannya.

Seperti mengerti isi pikiranku, Daniel menggantikan posisiku untuk menjelaskan. "Marie, (Name) pasti memiliki alasannya sendiri. Sudahlah..."

Marie menatap ke arah Daniel kesal. "Siapa yang menyuruhmu untuk menjawab? Aku bertanya pada (Name)!"

Beginilah situasinya jika Marie dan Daniel sudah masuk dalam sesi debat kusir. Bisa-bisa hal remeh-temeh tidak penting lainnya ikut mereka perdebatkan.

Daniel sangat memperhatikan kalimatnya sebelum bicara. Ia tak ingin kami bertiga diusir karena Marie yang mencak-mencak dalam debat kusir mereka hingga mengganggu kenyamanan pelanggan lain.

"Jadi kau benar-benar akan bergabung dengan Pasukan Pengintai, (Name)?"

Aku terperanjat karena Marie langsung menatapku dengan tajam. "Ah ..., euh..."

Ya.

"Excuse me," seseorang menginterupsi di waktu yang tepat. Kami bertiga langsung menoleh ke sumber suara. Di sana berdiri Kopral Levi.

"Heichou!"

(°д° ) ?!

Hari sudah berganti malam saat aku bersama Kopral Levi keluar dari bar yang ramai pengunjung tersebut. Daniel dan Marie mendapat perintah untuk membantu pasukan Garnisun yang melayani seorang bangsawan penguasa perdagangan di distrik Trost, Reebs. Reebs Corporation.

"Kop-"

"Levi," sambar Kopral Levi memotong ucapanku. "Panggil aku Levi," jelasnya.

Aku masih melongo. Maksudku, apa maksud dari ucapannya? Ia ingin aku cukup memanggil namanya saja?

"Oi, brat! Kau mengabaikanku?"

Aku harus bagaimana? Mengiyakan? Meminta maaf karena mengabaikannya? Aku bingung. Maksud― maksudku...

Kenapa aku jadi gugup dan bingung seperti ini?

"Maaf," aku membungkukkan badanku. Saat aku menegakkan kembali tubuhku, aku bisa melihat tatapan tajamnya yang sama sekali tidak menunjukkan emosi. "Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Jika kau sudah mengerti sekarang cepat kembali ke asrama sebelum jam berkeliaranmu habis."

Tapi itu masih lama...

"Atau kau lebih senang bersamaku di sini dan menghabiskan malam bersamaku saat ini juga."

Aku mendelik mendengar ucapannya yang meluncur begitu saja dari bibirnya. Bagaimana bisa seorang Kopral Levi, Humanity Strongest Soldier, berbicara seolah 'hal itu' adalah 'hal' yang 'biasa saja'.

^*-*^*-*^*-*^

^*-*^*-*^*-*^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Disappear (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang