°
Ketujuh belas
-Hangat-●
•
.
(Name) bergeming di tempat. Seketika indra pendengarnya menajam. Suara riuh rendah terdengar dari ruang makan yang sedang ramai oleh para prajurit yang sedang makan malam.
Gadis itu menelan ludahnya susah payah saat sebuah kalimat berhasil tertangkap oleh telinganya.
"Heh??! Masa? Seluruh anggota Unit Levi tewas?"
(Name) menggigit bibirnya. Seluruh anggota Unit Levi telah tewas. Bagaimana bisa? Lalu, bagaimana dengan Levi? Apa ia baik-baik saja?
Apa Levi masih hidup?
"Berita ini baru tiba tadi sore. Dari yang kudengar, pembunuhnya adalah anggota Military Police sendiri."
"Kenapa kita tidak mendapatkan informasi apapun? Apa yang sebenarnya sudah terjadi?"
Dalam waktu singkat, suasana ruang makan menjadi ricuh karena sebuah konfrontasi. (Name) sudah kehilangan nafsu makannya. Levi mungkin juga sudah tewas.
Ia membalikkan badan dan bergegas kembali menuju asrama wanita. Mengunci diri di dalam kamar setelah membasuh diri mungkin bisa membantu mengurangi beban yang ada di dalam pikirannya.
Namun, belum juga ia menjejakkan kaki, sayup-sayup terdengar suara gaduh diantara suara riuh rendah prajurit yang sedang asyik membicarakan berita terkini.
Muncul rasa ingin tahu dari (Name). Ia melangkah perlahan menuju asal suara, masih dengan beragam pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya.
Sebuah nama terlintas dalam benaknya begitu matanya menangkap siluet tubuh minimalis yang telah ditelan oleh kegelapan. Langkah satu-duanya berubah menjadi langkah seribu. (Name) berulang kali melafalkan sebuah nama di dalam benaknya.
Levi.
"Kopral Levi!" Dengan cekatan (Name) meraih tubuh pria yang nyaris kembali oleng tersebut. Pria dengan titel manusia terkuat itu menahan nyeri di bagian kaki kirinya. Bekas sebuah peluru yang pernah bersarang di sana beberapa hari yang lalu. "A-anda baik-baik saja?"
Sebuah pertanyaan bodoh. (Name) bahkan tidak menyangkalnya. Ia ternyata cukup bodoh untuk bertanya seperti itu saat ternyata keadaan Levi justru menunjukkan sebaliknya.
Tidak ada cahaya yang menerangi ruangan tempat mereka berdua berada. Cahaya rembulan pun tidak ada yang berhasil menembus masuk ke dalam ruangan.
Dengan perlahan, (Name) membawa tubuh mereka jatuh ke lantai dengan perlahan. "Kopral?"
Satu-satunya cahaya yang dapat menembus masuk ke dalam ruangan lewat celah pintu yang terbuka sedikit adalah cahaya temaram dari lampu lilin yang dinyalakan sepanjang lorong.
Tangan kanan (Name) masih menggenggam erat lengan Levi yang berbalutkan kain kemeja tipis yang biasanya Levi pakai bersama dengan setelannya. Sementara tangan kirinya berusaha menggapai-gapai udara.
Dan, tanpa sengaja tangannya menggapai wajah Levi yang sudah basah karena derai air mata.
Levi berusaha untuk menghempaskan tangan (Name) dari wajahnya. Ia sudah ketahuan. Satu-satunya cara yang ampuh adalah dengan menyergah gadis itu, lalu mengusirnya.
Namun, belum satu pun kata yang keluar dari bibirnya, (Name) sudah membawanya kedalam sebuah pelukan hangat. Sebuah pelukan yang mampu membungkam sedihnya, sebuah pelukan yang mampu membawa rasa nyaman kepada dirinya, juga sebuah pelukan yang mampu membuatnya jatuh hati lagi.
***
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappear (Levi x Reader)
FanfictionI don't own chara. I don't own you. Chara & original story belong to Hajime Isayama. ~~~ 107 tahun berlalu sejak titan menduduki sebagian daratan. Namun, diantara mereka ada beberapa jenis titan yang spesial, seperti titan yang menghancurkan Dind...