Epilog

3.7K 263 37
                                    

Setelah pulang dari rumah sakit, aku lebih sering mengurung diri di kamarku.

Duduk di kursi meja belajarku. Lalu tanganku tergerak untuk membuka laci mejaku.

Kulihat sebuah buku yang tidak asing. Berwarna putih dengan corak bunga. Ini bukankah buku yang diberikan gadis itu? Kala itu didalam mimpiku..

Ah tidak, aku baru ingat ini adalah buku yang kudapat pada saat bertukar kado kemarin di Sekolah.

Apakah aku akan diberikan kesempatan untuk bertemu gadis itu di kehidupan nyata?

Aku ingin menatap lagi bola mata indah gadis itu.

Mendengar lagi canda tawanya seperti kala itu.

Melihat senyumannya yang akan membuatku berdebar tidak karuan.

Ciumannya yang sangat lembut, yang bahkan bisa membuatku terbang ke langit.

Sentuhannya dan pelukkannya yang akan memenangkanku.

Ocehan dan celotehannya yang tidak pernah membuatku bosan.

Mimpi panjang itu...

Sungguh menyebalkan.

Mengapa semuanya harus mimpi? Tapi mimpi indah itu berakhir menyedihkan.. Aku.. Tidak ingin berakhir menyedihkan seperti itu. Aku ingin akhir yang bahagia! Apakah bisa!?

***

Hujan deras kali ini membuatku terjebak didalam supermarket ini. Dan kembali mengingat gadis itu. Kala itu aku berciuman dengannya dibawah hujan.

Sedangkan sekarang aku sudah terlambat untuk menemui Annabel di Cafè.

Ah, kalau di mimpi, Annabel itu teman baruku kan? Kalau di hidup nyata, Annabel itu sepupu ku, yang sangat amat menyebalkan!

Kring..

Lihat?! Belum apa-apa dia sudah menelfon!

"Dimana sih lo? Buruan! Udah lumutan gue disini!" serunya di telepon, sampai-sampai aku harus menjauhkan ponselku dari telingaku.

"Sabaaaaar!!" sahutku.

Ah, Annabel benar-benar menyebalkan! Sabar dikit kek! Gak tau apa diluar itu hujan?! Aku langsung menutup teleponnya.

Aku memakai tudung hodieku. Aku berniat menerobos hujan. Sepertinya akan menyenangkan. Daripada aku menunggu hujan berhenti, sampai di Cafè aku dihajar nanti sama si Annabel. Cari aman aja.

Bruk!!!

"Aaww!!" rintihku, juga orang yang menabrakku.

Suaranya sepertinya aku kenal.. Tidak asing di telingaku. Bahkan, itu sangat familiar!

Aku menoleh ke arahnya. Bola matanya tidak asing. Itu bola mata yang sangat kurindukan. Kami terdiam sejenak.

Apa aku bermimpi lagi? Bukan bukan. Ini bukan mimpi. Dia Veranda yang asli di dunia nyata!!

"Veranda.."

"Kinal.."

Dia memanggil namaku!

Done.. :)

Beautiful DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang