Kinal Pov
Aku pasti lagi mimpi kan?
Barusan... Ve minta putus.
"Aku mau kita putus." ujarnya lagi. Mengulang kalimatnya yang tadi.
"Ve.." lirihku.
"Please.." pintanya.
"Um, kamu makan dulu ya? Muka kamu pucet banget, Ve."
"Aku mau putus." ujarnya lagi.
Aku berdiri dari dudukku, "Kamu makan dulu. Bentar aku ambilin makanan kamu."
Akupun keluar dari kamarnya. Air mataku keluar. Aku langsung menangis sambil jongkok. Aku tidak peduli dengan orang yang sedang wara-wiri di depanku. Sekarang aku hanya ingin menangis. Aku bodoh!
"Kenapa dik?" tanya seorang suster sambil memegang pundakku.
"Eh? Anu.. Itu.. Pasien di dalem sini minta makan."
"Oh iya. Sudah sadar temannya?"
"Sudah suster."
"Baiklah. Tunggu saya ambilkan makanan ya."
"Ya."
Setelah itu aku menyeka air mataku. Tak lama kemudian suster itu kembali. Dan kami masuk ke dalam kamar Ve bersama. Kulihat mata Ve sedikit sembab. Mungkin dia juga menangis tadi.
"Makasih, suster."
"Iya. Jangan nangi..."
Heii!?! Aku langsung membekap mulut suster itu. Astaga! Bodoh kali suster ini.
"Apa?" tanya Ve.
"Sus.. Makanannya kan udah sampe. Makasih ya sus." ujarku sambil memberikan kode padanya agar tidak berbicara lagi.
Suster itu terkekeh, "Hehe. Iya. Sama-sama."
Aku mengambil makanan Ve, lalu menyuapinya. Awalnya dia menolak. Tapi aku paksa agar dia mau disuapi olehku. Sambil menyuapinya, aku berfikir banyak hal.
Aku melupakannya saat itu, dan malah bersenang-senang main Maximum Tune bersama Annabel. Setelah itu aku tidak berusaha untuk mendapatkan maaf darinya. Aku juga malah ikutan mengabaikannya. Aku malah balik ngambek padanya. Akibatnya dia sedih, menangis, dan sakit seperti ini. Bahkan dia sakitpun, aku taunya dari Shani.
Aku memang tidak pantas menjadi pacarnya lagi.
Pacar macam apa yang membuat gadisnya malah sakit seperti ini? Pacar macam apa yang membuat gadisnya menangis, kecewa, dan marah seperti ini?
Setelah itu selesai menyuapinya, aku menyodorkannya beberapa pil obat yang tadi diberikan oleh suster.
Ve duduk diatas ranjangnya. Kemudian aku berdiri, merapihkan poni Ve yang sedikit berantakan. Menatap matanya yang dari kemarin sudah kurindukan. Ve juga membalas tatapanku.
Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Hembusan nafasnya terasa di wajahku. Jantungku berdebar tidak karuan lagi. Bibirku akhirnya menyentuh bibir Ve. Lama bibirku bersentuhan dengan bibirnya. Kemudian, aku melepaskan ciumanku.
"Kita.. putus aja, Ve. Maaf. Aku-u.. Gak bisa jadi pacar yang baik. Ce-pat sem-buh, ya-a." ujarku terbata-bata. Sebisa mungkin aku tahan airmataku agar tidak jatuh. Namun, airmata itu sudah jatuh di pinggir pipiku.
Aku menggenggam tangannya. Dan menyadari cincin pemberianku masih ia pakai. Padahal, bulan depan.. Adalah anniversary kita untuk satu tahun. Tapi... ternyata sudah tidak bisa dirayakan lagi.
"Makasih." ujarku.
"Sa..ma-sa..ma." jawabnya, tapi tidak menatapku. Dia menatap ke arah lain.
Aku melepaskan genggamanku. Lalu aku pergi dari kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dreams
FanfictionMencintai itu hal yang sangat menyenangkan! Akan lebih menyenangkan lagi jika orang yang kau cintai juga mencintaimu! Cover photo from: Instagram Jcvrnd19.