Beautiful Dreams

[ Twenty One ]

Author Pov

Beby menancap gas mobilnya untuk pergi ke Cafè, tempat dimana ia biasa mojok bersama Shania.

ShaniaJ
Aku lagi di Cafè...
Kamu mau kesini?

Me
Oke aku kesana

ShaniaJ
Jangan lama-lama yaa

Tak lama kemudian, Beby sampai di Cafè. Shania sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Setelah melihat Beby datang, jantungnya langsung berdegup cepat.

"Um, hai?" sapa Beby.

"Hai."

Beby pun duduk didepan Shania.

"Kamu gak mau duduk disebelah aku?" tanya Shania.

"Mau banget?" tanya Beby meledek.

"Ya udah kalo gak mau. Gak apa-apa! Bwek!" jawab Shania.

Beby pun berpindah tempat duduk ke sebelah Shania. Dan Shania langsung menyandarkan kepalanya di bahu Beby. Itu sangat membuat Beby terkejut bukan main.

"Aku kangen." lirih Shania.

"Aku lebih." jawab Beby.

"Lebih apa?" tanya Shania, seperti memancing.

"Lebih kangen kamu." kata Beby, lalu mengaitkan jemarinya dengan jemari Shania sangat erat.

Beby menunduk, melihat mata Shania yang meneduhkannya, "Kamu masih belom mau cerita sama aku?"

"Maaf ya, butuh waktu lama bagi aku untuk cerita sama kamu."

"It's okay. Kamu sebenernya kenapa, hmm?"

"Tapi kamu janji ya, jangan marah.."

"Iya, enggak akan, Nju."

Shania menarik nafasnya panjang, ia membenarkan posisi duduknya.

"Papa tau kita pacaran."

"H.."

"Jangan potong ucapan aku.. Aku cerita dulu."

"Okay."

"Aku mau minta maaf dulu deh. Sikap aku sama kamu akhir-akhir ini nyebelin dan bikin kamu sakit hati. Tapi beneran deh, aku juga sakit karena gituin kamu. Aku gak punya niat kaya gitu." ujar Shania.

Beby mengelus pelan rambut Shania sambil tersenyum sangat bahagia.

"Papa itu tau hubungan kita udah sampe mana. Aku juga bingung kenapa dia bisa tau. Mungkin karena kita terlalu deket. Dia jadi curiga. Dia juga yang nyebarin foto kita di sekolah. Niatnya dia itu, bikin kamu kapok dan malu karena pacaran sama aku. Tapi, aku tau, kamu gak gitu orangnya. Awalnya aku bodo amat soal itu."

"Terus?"

"Ya awalnya aku gak peduli. Karena aku yakin, aku bisa lewatin semua sama kamu. Tapi, abis itu Papa ngancem. Mau pindahin aku sekolah di luar negri. Yah, aku takut. Nanti gak bisa ketemu kamu, meluk kamu, ngobrol sama kamu lagi! Jadi, mendingan aku putusin kamu daripada aku jauh dari kamu!"